Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Hari Pertama
"Selamat pagi Pak Alden," ucap Scarlett menemui Alden di ruangannya.
"Oh, selamat pagi Ms. Balamy. Kamu datang lebih awal ternyata," balas Alden, pria berusia hampir kepala 3 itu bangkit dari kursinya. Ia merapikan jas hitamnya.
"Panggil saya Scarlett saja Pak," kata Scarlett tidak terbiasa dipanggil dengan nama belakangnya.
"Saya suka dengan nama belakang anda. Tapi karena kamu terlihat kurang nyaman dengan itu maka saya akan memanggil nama depanmu saja." Kata Alden tersenyum menampilkan lesung pipinya membuat pria itu terlihat manis. Scarlett bahkan terpana melihat senyuman manis pria itu saat pertama kali bertemu.
"Kemari lah, saya akan menunjukkan ruangan mu," ucap Alden. Scarlett mengangguk lalu mengikuti Alden dari belakang.
"Ini ruang kerja mu. Dan tepat di depan ruangan mu adalah ruangan Frank, CEO di perusahaan ini. Frank lah yang memberikan berkas lamaran mu pada ku. Frank bilang kamu rekomendasi dari sepupunya," ujarnya lalu membuka pintu ruang kerja Scarlett.
"Kamu sudah tahu kan tugas dan tanggung jawab mu?"
Scarlett mengangguk.
"Baiklah, job desk mu hari ini saya sudah saya handle. Di meja mu sudah di sediakan semua perlengkapan yang akan membantu mu selama bekerja," kata Alden memberi arahan pada Scarlett.
"Kalau begitu saya pergi dulu," ucap Alden.
"Baik Pak, terima kasih," ucap Scarlett.
Alden tiba-tiba melangkahkan kakinya saat hampir keluar dari pintu.
"Saya lupa mengatakannya. Jangan lupa menemui Pak Frank jam 10 nanti sekaligus mengantar kopinya," kata Frank mengingatkan Scarlett.
"Baik Pak.." Scarlett mengangguk.
Scarlett membuka laptopnya dan mulai mengerjakan tugas-tugasnya.
Satu setengah jam kemudian, alarm di ponselnya berbunyi. Scarlet menyimpan file yang dikerjakannya. Scarlett merenggangkan otot-otot tubuhnya yang mulai kaku karena duduk dan berkutat hampir dua jam di depan laptopnya.
"Belum juga dua jam, rasanya badan ku sudah pegal," gumam Scarlett berdiri.
"Waktunya mengantar kopi," ucap Scarlett mengambil ponselnya, memasukkannya ke dalam kantong blazernya.
Scarlett pergi menuju pantry kantor. Dia menemui beberapa karyawan yang sedang menyeduh kopinya. Ada juga yang duduk di kursi menikmati kopi mereka.
"Alden bilang pak Frank tidak suka dengan kopi instan, lalu bagaimana cara membuatnya. Aku tidak bisa memakai alat-alat itu," batin Scarlett melihat Coffee Grinder yang digunakan untuk menggiling biji kopi dan mesin pembuat kopi espresso. Biasanya dia selalu dibuatkan kopi tapi. Scarlett melihat dua orang OB sedang duduk di sudut pantry. Sepertinya mereka bisa membantunya. Scarlett berjalan menghampiri kedua OB tersebut.
"Hai.. bisakah kalian membantuku untuk membuat kopi dengan mesin-mesin itu," ucap Scarlett menunjuk mesin pembuat kopi.
"Aku sekretaris baru Pak Frank. Aku belum pernah memakainya sebelumnya," cicit Scarlett.
"Tentu saja Nona," ujar salah satu dari mereka. OB itu kemudian mengajari Scarlett cara membuatnya. Scarlett mengikutinya, mulai dari menggiling kopi hingga menyeduhnya. Banyaknya kopi yang diseduh harus memiliki takaran yang pas agar menghasilkan kopi yang nikmat. Di timbang dengan menggunakan mesin digital.
"Terima kasih," ucap Scarlett saat kopinya sudah siap.
"Sama-sama Nona," kata OB tersebut lalu pergi.
Setelah membuat kopi, Scarlett memotong beberapa jenis buah segar dari dalam kulkas dan menatanya di atas mangkuk putih berukuran sedang. Kata Alden, Frank selalu memakan buah sebagai cemilannya. Benar-benar hidup sehat.