Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SOSOK LAIN KAI
"Kalau masih naik motor lagi. Ayah gantung motor itu di alun-alun!" ancam Umar.
Kai langsung merengek.
"Ayah ...."
"Dengan supir atau Ayah benar-benar melakukannya, Kai!" kali ini Umar tak main-main dengan ancamannya.
Febri menggeleng dengan kelakuan sang cucu yang menurutnya jauh dari etika perempuan. Kaina terlalu blak-blakan. Keras kepala, suaranya terlalu tegas. Bahkan cara berjalannya seperti preman pasar.
"Ayah, jalanan bakalan macet parah. Ini hari senin, Yah!" jelas Kai.
Umar sangat tahu ini hari senin. Pria ini juga ingin menggunakan motor anak gadisnya. Ia akan terlambat jika tidak menggunakan motor itu. Tetapi, jika harus mengantar Kai dulu dengan motor. Ia akan tetap terlambat.
"Ayah ... cepat lah!' suara Kai sedikit meninggi.
"Kai!" tegur Febri.
"Nek ...," Kai merengek sambil menghentakkan kakinya di lantai.
Febri terkekeh melihat tingkah cucunya yang seperti anak kecil. Residen yang dibuka Umar untuk tempat tinggal barunya tengah direnovasi. Ada beberapa bagian yang dirubah Kai setelah melihat mansion yang akan mereka tempati nanti.
"Hei ... kalian malah berdebat. Cepat pergi, sebelum kalian benar-benar terlambat!" titah Febri mengusir putra dan cucu perempuannya itu segera berangkat.
Akhirnya Umar membonceng Kai. Febri sedikit menahan napas ketika motor itu melesat kencang meninggalkan halaman rumah putranya.
"Astaga, nggak anak nggak cucu ... sama-sama keras kepala. Heran, turunan siapa sih itu!' gerutunya kesal.
Perempuan itu kembali ke dalam rumah. Memberikan perintah pada pekerja untuk membersihkan kamar Umar dan Kai.
"Kamar Non Kai sudah beres, Ibu besar. Bahkan kamar Tuan juga," lapor Sri, pembantu baru.
"Yang benar?" tanya Febri tak percaya.
Wanita itu pun naik ke lantai dua di mana kamar Kai dan Umar berada. Benar saja. Dua kamar itu sudah rapi. Febri menyunggingkan senyum tipis.
"Ya sudah. Sedot debunya ganti gorden. Bersihkan secara menyeluruh," titah Febri.
"Oh ya, kamar bekas Trisya tolong kamu bersihkan juga!" lanjutnya.
"Baik, Bu besar!" sahut Sri langsung melaksanakan titah majikannya..
Febri menatap kamar cucunya itu dengan sedih. Ruangan itu terlalu kecil untuk seorang gadis. Bahkan koleksi sepatu, tas dan gaun gadis itu bisa dihitung jari.
Febri membuka lemari cucu perempuannya itu. Ia menggeleng ketika melihat koleksi baju kaos dan celana jeans Kai.
"Kenapa kebanyakan gambar kartun?" tanyanya sedikit kesal. "Dia pikir, dirinya masih balita?"
Ocehan Febri terus berdengung laksana lebah mengelilingi bunga. Mengomel panjang pendek dengan selera cucunya. Wanita itu tertarik dengan satu kotak besar yang sengaja diletakkan sedikit di sudut kamar dekat ranjangnya.
"Apa itu. Sepertinya sesuatu yang disembunyikan?"
Karena penasaran. Ia pun mendekati kotak. Ketika ia mencoba menggeser kotak, ternyata cukup berat.
"Sri, bantu Ibu geser kotak ini!" pintanya.
Sri langsung membantu majikannya menggeser kotak. Febri duduk di kursi meja rias. Menatap sebentar meja itu yang hanya diisi, bedak padat, parfum dan lipgloss. Febri menghela napas panjang.
Kembali ia beralih pada kotak. Ia pun membukanya setelah menyuruh Sri membersihkan debu yang menempel.
"Mashaallah!" serunya kagum.
Begitu banyak medali emas dan perak terkumpul di kotak itu. Beberapa piagam penghargaan serta sertifikasi master Aikido. Sabuk hitam dengan tiga strip. Febri menelan saliva kasar.
"Dia mengawali ini ketika berusia tujuh tahun?" gumamnya sedikit terperangah.
Beberapa buku partitur Bethoven. Sertifikat lulus piano. Beberapa foto dan artikel kejuaraan yang diikuti gadis itu.
"Dan semua ini terlewat begitu saja?" gumamnya lagi bermonolog.
Wanita itu menghapus sudut matanya yang tiba-tiba berair. Betapa ia dan semuanya mengabaikan prestasi Kaina. Hatinya terasa tersayat dan perih.
"Sri, tolong ambilkan lap yang bersih. Saya akan membersihkan harta karun ini," pintanya lagi.
"Iya, Bu besar," sahut Sri lalu pergi ke luar mengambil lap yang bersih.
Setelah itu Febri membersihkan semua medali, piagam, plakat dan sertifikat dibantu dengan Sri.
"Minta Mang Ujang dan Mang Diman mengangkat kotak ini ke bawah. Saya akan memamerkannya pada Tuan besar nanti," pinta Febri lagi.
"Baik, Bu besar," sahut Sri.
Febri turun ke bawah bersama Sri. Jika Febri ke dapur melihat pembantu lain tengah memasak makan siang. Sedang Sri ke taman di mana Ujang dan Diman berada.
Sedang di kantor. Kai tengah menyusun arsip dan memilah golongannya. Setelah menyusun ia pun membawanya ke bagian arsip dan menyerahkannya.
Sam sedang bersama Yosep tengah membuka blue print. Mereka sedang mendiskusikan titik-titik pembangunan proyek di berbagai belahan benua Asia dan Eropa.
Kaina ke pantry. Ia membuat dua kopi dan satu mug coklat. OB memberinya satu cup es krim dan beberapa snack. Ia tadi memintanya untuk dibelikan di mini market terdekat.
Ia membawa semua minuman itu di atas nampan dan menjinjing snack di plastik yang ia pegang di tangan kirinya.
Kai memasuki ruangan dibantu salah satu staff. Ia mengangguk mengucap terima kasih. Sam melihat gadis pujaannya sedikit kerepotan ikut membantu.
"Sini," pria itu mengambil nampan dan meletakkannya di atas meja.
Melihat satu mug coklat yang diberi es krim. Membuat ia nyaris meneteskan air liurnya. Tanpa pikir panjang ia mengambil mug itu.
"Itu milikku!" pekik Kai tak terima.
"Kau buatlah lagi!' seru Sam mempertahankan mug yang dipegang.
"Ih ... nggak mau!" rengek Kai.
Gadis itu ingin merebut paksa mug yang dipegang Sam. Pria itu langsung mengancam.
"Tumpah nih!"
Kai menghentak kakinya kesal. Ia mengerucutkan bibirnya. Sam tak peduli, ia meminum coklat itu dengan nikmat. Sedang Yosep hanya bisa menggeleng melihat tingkah keduanya.
"Seperti anak kecil saja," ledeknya..
"Boss mu tuh yang kek anak kecil!" sahut Kai berani.
"Biar saja. Makanya kalo buat yang enak-enak tuh, bikinnya jangan satu!" ujar Sam santai.
"Mana gue tau Lu suka sama minuman coklat!' seru Kai masih kesal.
Sam tidak peduli. Tetapi setelahnya ia mulai melirik tas kresek yang dipegang Kai. Kai melihat apa yang dilihat Sam langsung menangkup plastik itu di dadanya.
"Nggak lagi!" serunya kesal.
Sam mengendikkan bahunya. Pria itu kini memiliki hobby baru. Mengganggu kesukaan gadis itu.
Yosep duduk di sofa dan meminum kopinya. Kai akhirnya meminum kopi yang semestinya buat atasannya.
"Besok-besok aku minum cokelatnya pas makan siang di pantry!" gerutu Kai.
"Aku akan mendatangimu, sayang," sahut Sam.
"Aku kunci pantrynya!" sahut Kai kesal.
"Aku punya kunci cadangnya!' sahut Sam tak mau kalah.
"Kugantung kuncinya di lubangnya!' sahut Kai lagi juga tak mau kalah.
"Akan kubunyikan alarm kebakaran. Biar basah semua pantry itu!" ancam Sam.
"Ih ... kesel .. sebel ... atasan kok pengennya gratisan!' sahut Kai makin kesal dibuatnya.
Yosep memandang wajah gadis itu dengan seksama. Ia begitu terpukau dengan kecantikan alami Kaina. Bahkan gadis itu makin cantik ketika tengah marah-marah begini.
"Awas matamu Yos!" ancam Sam. "Aku bisa mencolok matamu nanti!"
Yosep memalingkan tatapannya. Sedikit menghela napas. Kini dua insan itu tengah berebutan snack. Kai benar-benar seperti anak kecil dibuat oleh Sam.
Keahlian yang baru saja dilihat Febri menjadi tak berarti jika melihat kelakuan Kai kini yang sedang berdebat dengan pria yang dijodohkan dengannya itu.
Bersambung.
astaga Kai ...
next?