Arumi Larasati 24th, wanita cantik terlahir dari keluar sederhana, terpaksa menikah dengan Dion Erlangga 26th seorang pengusaha muda yang sangat sukses.
Mereka menikah karena perjodohan para kakek mereka, baik Arumi mau pun Dion tidak bisa menolak perjodohan tersebut.
Sikap Dion yang dingin dan acuh, bukan lah masalah untuk Arumi, Arumi tetap melayani suaminya itu dengan sepenuh hati, walau yang diperhatikan acuh tidak acuh kepadanya.
Hingga suatu hari Arumi mengetahui fakta, bahwa sikap dingin Dion itu hanya berlaku untuk dirinya, tidak untuk para sahabatnya.
Kini Arumi sadar, bahwa sang suami belum bisa menerima pernikahan mereka, dari pada menahan sakit lebih banyak lagi, Arumi memilih menyerah dalam pernikahannya.
Dan apakah Dion bisa menerima itu...?
Yukkk... kepoin cerita selanjutnya... ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Uhhh.... " lenguh Arumi mulai sadar dari tidurnya.
"Ya ampun, badan ku sakit semua, rasa habis di lindes buldozer." keluh Arumi menggeliat kan badannya.
Dion hanya terkekeh mendengar keluhan sang istri, dia memandang sang istri sambil tiduran dengan kepala yang bertumpu dengan tangannya.
Bagaimana tidak Arumi merasa pegal pegal, dan kesakitan, seharian full Dion menggagahi sang istri, dia pergunakan baik baik waktu berbuka puasa selama delapan tahun itu, dia tuntaskan semua rasa kepada sang istri, membuat Arumi menjerit kenikmatan.
"Sudah bangun, Sayang." sapa Dion dengan lembut, tangannya menyibak anak rambut yang menutupi wajah polos sang istri.
Arumi yang tersadar klau ada Dion di sana, lansung membuka matanya, di melihat senyum menawan sang suami, mengingat apa yang terjadi dengan dirinya, Arumi tersipu malu, bagaimana permainan mereka tadi sangat menggelora, dia tidak mampu menolak setiap aa yang di berikan oleh suaminya itu, setiap sentuhan demi sentuhan yang di berikan Dion membuat aliran darahnya memanas.
Arumi berusaha menutupi wajahnya dengan selimut, namun Dion dengan dapat menyingkirkan selimut dari tangan sang istri.
"Kenapa di tutup? malu ya? seperti perawan saja, padahal sudah punya anak dua" goda Dion.
Puk....
"Mas." rengek Arumi manja.
"Hahaha... Tapi iya sih, sayang. kamu masih seperti perawan lagi, mas susah untuk masuk, harus pakai tenaga ekstra." kekeh Dion.
"Ihhh... Makin ngelantur deh." kesal Arumi malu malu.
"Nggak ngelantur kok, itu faktanya, apa karena udah lama nggak nina ninu ya, walau udah punya anak dua masih rapet gitu." ujar Dion nggak bisa berhenti.
"Kan aku lahiran si kembar di cecar mas, bukan jalur bawah." ucap Arumi lirih, dengan wajah yang merona.
Dion lansung meraba perut sang istri, timbul rasa bersalah di dada Dion, bagaimana sang istri berjuang seorang diri melahirkan ke dua anak kembar mereka, dan merawat si kembar hingga sebesar ini sendirian, pasti semua sangat sulit, apa lagi klau si kembar sakit, itu pasti butuh tenaga ekstra.
"Maaf." gumam Dion sendu.
"Mas kenapa? " kaget Arumi melihat wajah sang suami memerah menahan tangis.
"Maafin kebodohan mas, gara gara kebodohan mas kamu menjadi susah sendiri saat melahirkan dan membesarkan anak anak kita." serak Dion.
Arumi lansung mengusap pipi sang suami.
"Aku nggak sendiri kok waktu melahirkan mereka, ada Ambar dan Aldi yang menemani ku." polos Arumi.
Wajah Sendu Dion lansung berubah kesal dan matanya melotot mendengar satu nama laki laki di sebut oleh sang istri.
"Apa, siapa yang menemani kamu, sayang? " geram Dion.
"Ambar." jawab Arumi.
"Bukan, satu lagi." sungutnya.
"Aldi" jawab Arumi lagi.
"Teman kamu itu? " tanya Dion meyakinkan ucapan sang istri.
"Iya." angguk Arumi.
"Kurang ajar sekali dia, mas nanyain kamu sama dia berulang kali, tapi dia selalu bilang tidak tau, tapi kenapa dia bisa ada di saat kamu lahiran?! " geram Dion.
Arumi bukannya takut melihat wajah kesal sang suami, tapi malah terkekeh.
"Ya iyalah dia nggak akan mau jawab, karena dia yang menyembunyikan aku dari kamu, mas. Malam itu aku di bawa dia ke bandaran dan lansung pergi ke negara x bersama Ambar, saat tau aku hamil, dia beberapa kali datang menemui ku dan saat lahiran dia juga datang." ceplos Arumi.
"Astaga, laki laki itu, apa dia berniat menjadi pebinor?! " geram Dion.
"Klau dia mau, dari dulu pasti dia sudah merebut aku dari mas, nyatanya tidak kan? " kekeh Arumi.
"Tapi kan tetap saja dia menyembunyikan kamu dari mas." kesal Dion.
"Karena aku yang minta, jadi dia nggak salah." kekeh Arumi tersenyum manis.
"Ck, jahat." kesal Dion membenamkan kepalanya di antara dua gunung kembar itu, dan menghirup kuat kuat aroma alami sang istri.
Arumi mengelus lembut rambut sang suami.
"Mas, katanya mau ke rumah mama." ujar Arumi.
"Nanti saja, sayang. Mas masih pengen seperti ini." sahut Dion yang tidak berubah cara tidurnya, tangannya mengusap usap punggung polos Arumi, membuat Arumi merinding.
"Aku mau mandi loh mas, udah nggak betah ini." keluh Arumi.
"Mas pengen sekali lagi ya." rengek Dion menahan sesuatu yang kini sudah kembali berdiri tegak.
Arumi melotot tidak percaya, apa kah suaminya tidak ada puasnya, dia saja sudah sangat lelah saat ini.
"Mas yakin. Aku sudah capek loh." sebel Arumi.
"Yakin lah, nih. Rasakan." Dion dengan sengaja menempelkan belut listriknya yang sudah siap menyengat si mangsa di sela sela paha Arumi.
"Astaga." kaget Arumi.
"Mau ya, sekali lagi." ujar Dion yang lansung saja mengungkung sang istri.
Dan Arumi hanya bisa pasrah menerima perlakuan Dion.
"Mommy sama Daddy kenapa belum sampai ya nek? " tanya si kembar yang sudah selesai mandi.
"Mungkin sebentar lagi sayang." sahut nyonya Lia menemani si kembar bermain di ruang tengah.
"Hallo... Keponakan, om. Lihat om bawa apa nih! " seru Dion membawa paper bag yang berisi mainan untuk si kembar.
Alexa dan Axel lansung tersenyum dan berdiri menyambut kedatangan Doni.
"Memang om bawa apa? " tanya Alexa.
"Kalian mau lihat? " tanya Doni.
Ke dua bocah kembar itu lansung mengangguk.
"Klau mau lihat, om mau minta imbalan dulu." kekeh Doni.
"Dih, ada tawar menawar gitu." cibir Axel.
Doni terkekeh melihat mimik Axel yang kesal.
"Om, hanya minta di cium dan di peluk kok, nggak susah susah." kekeh Doni merentangkan tangannya.
"Cuma itu? nggak ada yang lain kan? " tanya Alexa.
"Nggak ada, hanya itu." geleng Doni.
"Baiklah." ke dua bocah itu mendekat dan lansung memeluk Doni, dan mengecup pipi Doni bergantian.
Cup...
Cup...
"Sudah" sahut Alexa.
"Om senang sekali bertemu kalian." sahut Doni memeluk hangat ke dua keponakan cantik dan tampan itu.
"Kami juga senang." kompak si kembar.
"Kalian sudah pada mandi ya? " tanya Dion lagi.
"Sudah dong." sahut Alexa.
"Ya sudah, ini hadiah untuk kalian, semoga kalian suka." Doni memberikan satu satu paper bag yang dia bawa ke tangan si kembar.
"Makasih om." kompak si kembar dengan wajah berseri, namanya anak anak di kasih hadiah tentu saja senang.
"Sama sama, sayang." sahut Doni lembut.
"Ahhh... Enak kali ya punya anak." gumam Doni yang masih bisa di dengar sama nyonya Lia.
"Makanya nikah, biar bisa bikin yang kaya gitu." sewot nyonya Lia, karena anaknya itu tidak mau di suruh menikah, ada saja alasannya, bahkan berulang kali dia mengerjai wanita yang sengaja nyonya Lia kenalkan kepada Doni, membuat para wanita menjadi kesal dan mengadu kepada nyonya Lia.
"Nanti dulu ma, menantu mama masih sekolah." santai Doni.
"Apa...!! kau penyuka anak kecil Don! sadar umur mu, jangan jadi pedofil deh." emosi nyonya Lia.
"Ya... Mau gimana lagi ma, hatiku hanya bergetar saat bersama dia, dan Arumi." enteng Doni.
"Astaga." Nyonya Lia hanya di buat terduduk lesu dengan tingkah anaknya itu.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘
Terimakasih selalu mendukung karya mamak, kalian selalu hadir dari karya pertama mamak, sampai karya ini, sungguh mamak mengucapkan banyak banyak terimakasih untuk kalian semua, tanpa kalian mamak nggak mungkin bisa sampai sejauh ini, berkat komen komen kalian, mamak selalu dapat ide cemerlang😁
mkanya,pnya mlut tu d jga....asl cuap gt akhrnya kna gmpar.....emng enakkk.....wleeee......
arumi tetep setia sm dion dan mereka bahagia