"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30. Tetap Merasa Khawatir.
Dengan menaiki sebuah taksi, Zeva berangkat menuju perusahaan sambil membawa bekal untuk Arion. Dia berharap hari ini mereka bisa membicarakan masalah tadi malam, dan semua bisa berakhir baik-baik saja.
Tidak berselang lama, Zeva sudah sampai di depan perusahaan Arion. Dia segera membayar biaya taksi dan beranjak keluar dari mobil.
Dia mulai berjalan masuk ke dalam perusahaan dengan menentang bekal. Beberapa karyawan yang mengenalnya langsung menyapa, tentu dia membalas semua sapaan itu.
"Anda baru sampai, Nona?"
Zeva menganggukkan kepalanya saat sudah bertemu dengan Haris. "Apa Arion ada di ruangan?"
"Tidak, Nona." Haris menggelengkan kepalanya membuat Zeva menatap penuh tanda tanya.
"Tuan sedang ada rapat dengan para pemilik saham," sambung Haris membuat Zeva bernapas lega, matanya lalu melirik ke arah tangan wanita itu yang sedang memegang sesuatu. "Nona bawa apa?"
"Ah, iya. Aku sampai lupa." Tanpa menjawab pertanyaan Haris, Zeva langsung masuk ke dalam ruangan Arion untuk meletakkan bekal sarapan itu.
Dia meletakkannya tepat di samping laptop, supaya laki-laki itu bisa langsung memakannya saat masuk ke dalam ruangan. "Oh iya, sekalian aku buatin kopi aja." Zeva segera keluar dari ruangan itu menuju pantri.
Haris mengernyitkan kening saat melihat apa yang Zeva lakukan, apalagi dengan sesuatu yang dibawa oleh wanita itu tadi.
"Siapkan berkas untuk meeting siang nanti!"
Haris terlonjak kaget saat mendengar suara Arion. "Ba-baik, Tuan."
Arion melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam ruangannya tanpa melihat ke arah meja kerja Zeva, dia lalu menghempaskan tubuhnya ke kursi dengan kasar.
"Hah, aku tidak bisa fokus sama sekali." Arion menghembuskan napas kasar lalu meletakkan tangan di atas meja, dia tidak sadar kalau saat ini ada kotak bekal di tempat itu.
Zeva yang baru selesai membuat kopi langsung membawanya ke ruangan Arion, seperti biasa dia akan langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Arion langsung membuka kedua matanya yang sempat terpejam saat mendengar langkah kaki, dengan cepat dia melirik ke arah Zeva yang terdiam di dekat sofa.
Zeva yang tidak tau kalau Arion sudah kembali mendadak jadi tegang, hingga kakinya tidak bisa untuk digerakkan. "Ka-kau sudah kembali?" Dia berusaha untuk mengulas senyum walau jantungnya berdegup kencang.
Mata Arion kembali berkilat marah saat melihat wanita itu. "Apa kau tidak bisa mengetuk pintu sebelum masuk?"
Tubuh Zeva tersentak kaget mendengar bentakan laki-laki itu, sampai tidak sadar kalau kopi yang masih mengepul panas tumpah mengenai tangannya.
"Haris!" Arion memalingkan wajah sambil memanggil sekretarisnya. Suaranya menggema di ruangan itu membuat tubuh Zeva bergetar.
Haris yang mendengar panggilan Arion langsung masuk ke dalam ruangan itu. "Ya, Tuan?" Dia melewati tubuh Zeva yang mematung di tempat.
"Ajarkan sekretaris baru itu untuk berlaku sopan pada atasan, dan katakan padanya untuk tidak lagi masuk ke dalam ruanganku!"
Baik Haris maupun Zeva sama-sama tersentak kaget saat mendengar ucapan Arion, bahkan Haris sampai memutar kepalanya untuk melihat ke arah wanita itu.
Zeva menundukkan kepala dengan terisak, karena saat ini Arion masih saja marah padanya.
Haris yang melihat semua itu tentu tau kalau sedang ada pertumpahan darah antara Tuan mudanya dan sang istri, hingga dia terpaksa ada di tengah-tengah antara mereka.
"Maaf, Tuan. Sebelumnya Anda mengatakan kalau Nona Zeva boleh-"
"Bawa dia keluar!" Arion malas mendengar ucapan Haris dan memilih untuk mengusir mereka berdua.
Haris hanya bisa menghela napas kasar jika sudah seperti ini. "Baik, Tuan." Dia lalu beralih mendekati Zeva yang masih terisak.
"Ayo kita keluar, Nona!" ajaknya sembari melihat ke tangan wanita itu. "Nona, tangan Anda kena air panas." Haris berubah panik dan langsung menarik tangan Zeva.
Pyar!
Kopi yang ada di tangan Zeva langsung terjatuh ke lantai saat Haris menarik tangannya, membuat Arion langsung berdiri dari duduknya.
"Apa yang kalian lakukan?" teriaknya dengan penuh emosi.
"Ini, Tuan!" Harus mengangkat tangan Zeva yang memerah membuat wanita itu meringis menahan sakit.
Mata Arion membulat sempurna dan langsung mendekati mereka. "Dasar bod*oh! Apa yang sudah kau lakukan?" Dia menarik paksa tangan Zeva untuk dibawa ke kamar mandi.
Zeva hanya diam saja saat tangannya di siram oleh air, bahkan kini Arion sedang meniup tangan itu yang sudah tidak terasa sakit lagi.
Setelah menyiram dengan air, Arion lalu kembali membawa Zeva keluar dan duduk di atas sofa. Dia mengambil kotak P3K untuk mengobati tangan wanita itu.
"Aku tidak apa-apa,"
"Diam. Aku tidak mau jika salah satu karyawanku terluka!"
Zeva langsung menutup mulut rapat-rapat, tetapi matanya terus melihat ke wajah Arion. Hati Zeva mendadak jadi hangat dengan apa yang laki-laki itu lakukan saat ini.
Setelah selesai mengolesi tangan Zeva dengan salep, Arion kembali bangun dan berjalan ke meja kerja. Dia berhenti sejenak saat baru sadar kalau ada sesuatu di atas mejanya.
"I-itu, itu bekal sarapan untukmu. Aku membawanya dari rumah," ucap Zeva dengan lirih.
Arion hanya melirik ke arah wanita itu tanpa berniat untuk membalas ucapan Zeva, dengan cepat dia mendorong bekal itu sampai ke ujung meja.
Zeva melihat bekal itu dengan sedih, tetapi dia tidak boleh menyerah demi kesehatan laki-laki itu. "Makanlah pinomat sedikit, agar lambungmu tidak kembali sakit."
Arion sedikit kaget dengan apa yang wanita itu katakan, tetapi dia tetap tidak mau memakan bekal dari Zeva.
"Keluarlah," ucap Arion dengan nada bicara yang masih lembut.
"Baiklah, aku akan keluar. Kau boleh marah denganku, tapi tidak pada tubuhmu. Jadi aku harap kau mau memakan bekal itu." Zeva lalu keluar dari ruangan itu dan menutup pintunya dengan pelan.
"Aargh, si*alan!" Arion mengusap wajahnya dengan kasar. Dalam situasi seperti ini pun, dia masih saja mengkhawatirkan wanita itu.
Zeva yang sudah diluar ruangan beralih duduk di meja kerjanya, dengan ditatap tajam oleh Haris.
"Apa Anda dan Tuan muda sedang bertengkar, Nona?" tanya Haris.
Zeva langsung menganggukkan kepalanya. "Benar, aku sudah membuatnya marah besar."
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..