Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANTAS MENERIMA
Axel tak peduli dengan kondisi tubuh Jessica yang batu pulang dari rumah sakit kemarin. Ia tetap memerintahkan pada wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu untuk membersihkan rumah. Axel bahkan memerintahkan Jimmy dan Eric untuk memindahkan para pelayan ke tempat lain, ntah ke mana.
“Kerja! Jangan hanya melamun saja!” teriak Axel yang duduk di atas kursi rodanya dan berada di teras rumah sambil memperhatikan aktivitasnya.
Jessica bukan melamun, tapi sedang memikirkan bagaimana cara agar ia bisa keluar dari rumah Axel. Ia merencanakan untuk kabur dari sana karena menurutnya ia tidak bersalah. Setelah melihat bagaimana sikap Axel yang sebenarnya, Jessica merasa menyesal telah menolongnya dari jeratan wanita bernama Natasha, yang adalah sahabatnya sendiri.
Seharusnya aku tak pernah membantunya. Biarkan saja ia bersama dengan Natasha. Mereka berdua sangat cocok. Yang satu suka berselingkuh dan yang satunya tak berperasaan. Seharusnya aku tak pernah menolongnya! Biar saja mereka hidup berdua, bukankah mereka terlihat melengkapi satu sama lain. - batin Jessica.
Baru saja Jessica berpikir seperti itu, rambutnya ditarik ke belakang dengan sangat kasar.
“Arghhh!!” teriak Jessica.
“Jangan mengumpatiku meskipun dalam hati. Aku tak akan pernah memaafkanmu!” Jessica tak menyadari bahwa Axel menjalankan kursi rodanya mendekati dirinya.
“Aku tak pernah memintamu memaafkanku! Lagipula aku tidak bersalah jika kamu menganggapku yang membunuh Natasha. Aku memang bersalah telah mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, tahukah kamu apa alasannya?”
“Alasan? Aku tak perlu alasanmu yang hanya digunakan untuk membela diri. Kamu tetaplah seorang pembunuh, pengkhianat. Kamu bukan wanita yang baik,” bisik Axel di telinga Jessica, masih dengan menarik rambut wanita itu.
“Kamu jahat! Kejam! Aku membencimu!” teriak Jessica di wajah Axel. Hal itu membuat Axel semakin marah dan mendorong Jessica hingga jatuh.
Di saat yang sama, Jimmy dan Eric telah kembali setelah memindahkan para pelayan ke Mansion milik Axel di area pinggir kota. Para pelayan itu juga sudah diancam agar tidak menyebarkan berita apapun ke luar tentang Axel dan Jessica, atau mereka akan menyesal.
“Bawa dia ke gudang dan kunci!” perintah Axel, “Ric, bawa aku kembali ke kamar dan jangan lupa berikan kuncinya padaku, Jim.”
Jimmy menghela nafasnya pelan kemudian membantu Jessica. Namun, Jessica menatap tajam ke arah Jimmy karena tak ingin dibantu sama sekali.
Jessica masuk ke dalam gudang yang terletak di bagian belakang rumah. Ia masuk ke dalam dan Jimmy langsung menutup pintu lalu menguncinya.
Jessica yang kelelahan karena bekerja sejak pagi pun duduk setelah mencari tempat di mana ia bisa bersandar. Ia mencoba memejamkan matanya karena baru saja meluapkan kekesalannya pada Axel.
**
“Kamu sudah sampai, Ax,” tanya Gia yang menyambut kedatangan Axel.
Gia memang memanggil putranya itu untuk pulang ke rumah utama karena sudah sangat merindukan Axel. Gia pun mempersilakan Jimmy dan Eric untuk ikut masuk dan beristirahat.
“Terima kasih, Nyonya.”
“Jangan sungkan. Aku sangat berterima kasih karena kalian mau menjaga putraku,” kata Gia dengan tersenyum.
Kursi roda Axel dibawa masuk ke arah ruang makan karena Gia telah meminta pelayan menyiapkan makanan kesukaan Axel.
“Kamu akan menginap di sini kan?” tanya Gia dengan wajah memelas.
Axel yang sangat menyayangi Gia dan tak ingin membuatnya bersedih pun menganggukkan kepalanya.
“Thank you, sayang,” Gia memeluk Axel dari belakang.
Hari itu, Axel menginap di rumah kedua orang tuanya. Begitu pula malam setelahnya. Ia sama sekali tak mengingat bahwa ia mengurung Jessica di dalam gudang. Kedua asisten pribadinya pun disibukkan dengan pekerjaan di perusahaan.
Di rumah Axel, di mana Jessica tengah dikurung di dalam gudang. Jessica mencoba menggedor pintu gudang tersebut dengan sisa tenaganya. Ia belum makan selama dua hari, juga tidak minum. Tubuhnya sudah sangat lemas. Ia mencoba memejamkan matanya untuk tidur saja, tapi tak berhasil.
Di luar gudang, suasana tampak sepi dan tak terdengar suara apapun. Jessica bahkan tak mendengar suara teriakan Axel ataupun kedua asistennya.
“Apa mereka mengurungku lalu meninggalkanku? Apa mereka memang ingin membunuhku di sini?” gumam Jessica, “tak apalah jika aku memang harus mati. Setidaknya aku terbebas dari semua ini.”
Keesokan paginya, Axel dan Jimmy serta Eric pun segera kembali ke rumah karena mereka akan bertemu dengan salah satu klien incaran Axel sejak dulu.
Saat memasuki rumah yang berada dalam keadaan sepi, Axel langsung teringat sesuatu.
“Jim, periksa gudang!” perintah Axel.
Jimmy yang juga baru teringat akan hal itu pun bergegas mengambil kunci di dalam lemari di samping kamar tidur Axel. Setelah mengambilnya, ia berlari ke gudang belakang dan membukanya.
Tanpa berpikir lagi, Jimmy langsung mengangkat tubuh Jessica yang sudah tergeletak di lantai dengan wajah pucat. Jimmy yakin wanita itu tidak dalam keadaan baik-baik saja karena tak makan dan minum selama dua hari.
“Ia tak sadarkan diri, Tuan,” kata Jimmy yang melihat Axel ternyata belum masuk ke dalam kamar tidurnya.
“Belum mati kan?” tanya Axel datar.
“Sepertinya belum. Aku akan membawanya ke rumah sakit,” kata Jimmy.
“Tidak perlu. Panggilkan saja dokter dan periksa dia di sini. Aku tak mau rumah sakit mengira aku menyiksanya, apalagi ia baru kembali dari rumah sakit,” kata Axel.
Jimmy pun membawa Jessica ke dalam kamar kemudian meletakkannya di atas tempat tidur. Ia menghubungi seorang dokter yang bisa membantunya.
**
“Ia mengalami dehidrasi dan kelelahan,” kata dokter setelah memeriksa Jessica. Ia memasangkan infus pada punggung tangan Jessica, kemudian meresepkan beberapa vitamin untuk mempercepat pemulihannya.
“Terima kasih, Dok. Saya akan segera menebus resep ini.”
Dokter tersebut pergi setelah selesai memeriksa dan meresepkan vitamin. Melihat wajah Axel yang menatap keberadaannya dengan tajam, membuatnya ingin segera angkat kaki dari sana.
“Merepotkan!” gumam Axel saat melihat Jessica yang terbaring di atas tempat tidur. Axel sudah siap dengan kemeja dan jas nya karena akan pergi meeting.
“Sudah, tinggalkan dia, Jim! Sekarang selesaikan pekerjaanmu yang lain. Oya, panggil Eric untuk segera menyiapkan mobil. Kita akan segera berangkat,” kata Axel.
“Baik, Tuan,” kata Jimmy.
Saat Jimmy telah pergi dari kamar tidur Jessica, Axel menggerakkan kursi rodanya mendekat. Ia menatap wajah Jessica yang masih tidak sadarkan diri. Tak ada raut kasihan atau iba yang ditunjukkan oleh Axel. Di dalam hati ia merasa Jessica pantas menerima semua ini, setelah apa yang telah ia lakukan pada Natasha.
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭