Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Meraih Hidayah.
Hafizah tersenyum nakal kearah papah nya, "bagai mana jika mamah Anchi pindah keyakinan mengikuti kita pah?" tanya nya sambil melirik papah nya dengan sudut mata nya.
Ridho terdiam berpikir sejenak, lalu menarik nafasnya dalam-dalam, "rasa nya ucapan mu itu terlalu muluk muluk nak, lagi pula papah tidak berani berandai andai dengan hal yang tidak mungkin!" sahut Ridho.
"Paaah!, bukankah Allah itu maha membolak balikan hati manusia?, itu mungkin saja kan pah?" sanggah Hafizah.
"Iya sih, tapi papah belum bisa menjanjikan apa apa nak, bayangan mamah masih memenuhi alam pikiran papah, rasa nya mamah tidak tergantikan oleh siapapun, doakan saja papah ya nak, agar papah bisa lepas dari bayangan mamah kalian" ucap Ridho sendu.
"Apakah papah tidak mencoba lepas dari bayangan mamah pah?" tanya Firdaus.
Ridho kembali menarik nafasnya dalam-dalam. Rasa nya memang sangat berat untuk lepas dari bayangan Anastasya.
Bagi Ridho, Anastasya adalah bidadari surga nya, bukan cuma cantik jelita, cerdas dan anggun, tetapi juga memiliki cinta yang agung dan suci. Sangat sulit rasa nya untuk move on dari duka kehilangan orang seperti Anastasya, apa lagi kehilangan nya dengan begitu tiba tiba.
"Tega orang yang melakukan itu pada mamah ya pah, padahal mamah sangat baik pada semua orang, jangankan marah marah, menyinggung orang lain saja tidak pernah!" ucap Syafiq masih dengan nada kemarahan nya.
"Sudahlah nak, kita serahkan semua nya pada Allah, hanya saja satu keyakinan yang wajib kita pegang, kesalahan sekecil apapun di Dunia ini, pasti ada perhitungan nya di sisi Allah, tidak ada satu hal pun yang luput dari perhatian nya, tidak ada kesalahan tanpa perhitungan, biarlah Allah dengan cara nya sendiri, tugas kita hanya pasrah, berserah diri pada nya, itu saja nak" ucap Ridho pada anak anak nya.
Di rumah sakit AHMC, nampak Yuanchi Juan melamun sendirian.
Semenjak dia di pindahkan ke rumah sakit kelas satu ini, Hafizah dan Syafiq tidak lagi pernah menjenguk diri nya, ada rasa rindu ingin mendengar celotehan dari dara cantik itu.
Hanya asisten sekaligus sahabat nya Daniar saja yang nyaris setiap hari menjenguk nya.
Mamah dan papah nya sangat jarang menjenguk diri nya, mereka sibuk dengan bisnis mereka di luar negri. Tetapi hal itu justru yang di syukuri oleh Yuanchi Juan, karena hingga saat ini, dia masih belum bisa menerima sikap papah nya yang suka jajan dengan para artis di luaran.
Kekecewaan nya pada sang papah, benar benar menorehkan luka yang cukup dalam dihati nya.
Kakak nya Alicia Joan, kini menetap di Korea, membuka usaha agen modeling dan Butik gaun gaun berkelas.
Sementara Ricky Joan adik nya, kini bekerja di Paris sebagai seorang Konsultan, sekaligus membuka usaha restoran masakan Korea.
Tinggallah kini Yuanchi Juan sendirian, hidup seperti tak memiliki keluarga.
Setelah seminggu di rumah sakit, hari ini Yuanchi Juan di perbolehkan untuk pulang, hanya di wajibkan untuk cek kesehatan seminggu sekali, memantau bekas luka operasi pengeluaran proyektil yang ada di dalam tubuh nya.
Pagi ini Daniar si asisten paling konyol itu sudah berdiri di depan pintu ruangan Yuanchi Juan, menunggu wanita cantik itu memasuki ruangan nya.
"Selamat pagi ibu CEO yang cantik, selamat bekerja kembali!" sambut Daniar sambil membungkukan badan nya.
"Plok!" ....
Yuanchi Juan menepuk pipi wanita cantik yang menjadi asisten pribadi nya itu.
"Aduh!, apakah penyambutan hamba kurang pantas snow princess?" ucap Daniar seperti tidak bersalah apa apa.
"Dani!… bukan kurang pantas Dani, tetapi berlebihan!" teriak Yuanchi Juan.
"Duh mati aku, lama lama aku bisa tumbuh kumis dan jenggot Chi!" ujar Daniar tidak senang.
"Emang kenapa?" tanya Yuanchi Juan.
"Setiap bertemu, pasti kau panggil aku Dani!, lama lama aku bisa jadi pria betulan, eh Chi, kalau aku tiba tiba jadi pria, kau manusia pertama yang ku perkosa, tahu?" ancam Daniar.
"Plok!" ....
"Aduh mak!" ....
Kembali pipi Daniar kena tepuk Yuanchi Juan , hingga wanita itu ter aduh.
"Eh Dani!, keruangan ku yok, aku mau bicara dengan mu" pinta Yuanchi Juan pada sahabat nya itu.
"Pasti tentang anak pungut, eh anak angkat mu itu kan?" tebak Daniar mengikuti langkah sahabat sekaligus bos nya itu.
Kedua nya duduk di sofa yang terdapat di ruang tamu, ruangan itu.
"Eh Chi!, kau mau bicara apaan sih, seperti nya sangat penting saja!" ucap Daniar heran.
"Eh! Niar!, kau kan muslim sejak lahir, apa pendapat mu jika aku ikut agama mu?" tanya Yuanchi Juan tiba tiba.
Daniar terhenyak mendengar ucapan sahabat nya ini. Sejak dahulu, terlintas pun tidak di pikiran nya jika sahabat nya ini akan berpindah keyakinan. Pasal nya Yuanchi Juan ini termasuk manusia yang kemakan isu negatif tentang Islam, sehingga yang ada di dalam pikiran nya, Islam itu identik dengan kekerasan, rasisme, perbudakan perempuan dan semacam nya.
Ditatap nya wajah sahabat nya itu dalam dalam, "kepala mu tidak terbentur kan Chi saat kejadian itu?" tanya Daniar heran.
"Ist!, kamu ini Niar, aku bertanya sungguh sungguh nih!" ujar Yuanchi Juan.
"Habis dahulu kau sangat menjelek jelekan agama ku, eh sekarang malah mau masuk Islam, kejutan banget sih" jawab Daniar.
"Kan ustadzah ku sendiri bilang, kapan datang nya hidayah itu, dan seperti apa jalan nya, tidak ada yang tahu, iya kan?" ujar Yuanchi Juan yang membuat mata Daniar terbelalak.
"Haaah? Sudah sejauh itu langkah mu Chi?, kupikir gara gara duren itu, tak tahu nya langkah mu justru lebih jauh dari yang kukira, ada yang bilang, awal hidayah itu datang adalah timbul nya rasa benci terlebih dahulu, lalu mencari tahu, setelah itu baru terbentur pada kebenaran hakiki yang tidak bisa lagi di pungkiri, benarkan Chi?" ucap Daniar menebak nebak.
"Duren?, duda keren maksud mu, yaah bukan lah Niar, awal nya aku tersentuh dan terpesona melihat dua anak kembar itu yang sedang di kejar penjahat dan lari minta perlindungan dengan ku, mereka ku bawa ke apartemen ku, disana kedua nya sempat sholat Ashar berdua, tiba tiba aku merasa ada kedamaian luar biasa saat melihat mereka sholat dan berdoa pada Allah, saat mengantarkan mereka pulang itulah, aku tahu jika dia anak dari pemuda karyawan Bengkel si pangeran kutub Utara itu, iseng iseng, satu ketika aku berkunjung ke toko buku, di stan Islami, aku melihat sebuah buku yang sangat menarik hati ku, yaitu Al-Qur'an tafsir, aku mencoba membuka buku itu, karena aku membuka dari kiri ke kanan, maka yang pertama ku dapati adalah surah Al ikhlas, aku terpana saat membaca arti dari surah Al ikhlas itu, seperti ada tamparan keras di dada ku, membuat pikiran negatif ku tentang Islam runtuh satu persatu, aku mencoba bertanya pada seorang ustadzah, dan beliau memberikan bimbingan kepada ku secara sukarela, itulah awal nya Niar!" Yuanchi Juan bercerita perihal perjalanan batin nya selama ini.
Cukup lama Daniar terdiam membisu, dia takjub dengan pengalaman sahabat nya ini.
"Aku tidak bisa berkomentar banyak Chi, aku tahu keluarga mu semua nya sama seperti diri mu dahulu, agak tidak menyukai Islam, kalau kau tanya perasaan ku, ya jelas aku senang, aku bahagia, sahabat ku sendiri mendapatkan hidayah dari Allah yang tidak ternilai harga nya, sebagai sahabat, aku bersedia mendukung mu dengan apa saja Chi, aku yakin suami dan anak anak ku berperasaan yang sama, tetapi aku hanya ingin mengingatkan kamu Chi, saat kau pilih menerima hidayah itu, akan sangat banyak halang rintang yang menjadi penghalang mu, bukan hanya dari setan setan yang tidak menyukai tindakan mu, tetapi juga ujian dari Allah agar menguatkan keimanan mu, bisa jadi kau akan di keluarkan dari klan Juan, bersediakah kau menerima semua resiko nya?" tanya Daniar.
"Saat aku memulai langkah ku dengan Bismillah, apapun resiko nya, akan ku hadapi Daniar, masih ada ustadzah ku yang bersedia memberikan semangat dan motivasi kepada ku, bukankah selama ini aku juga sudah terbuang dari keluarga ku?" sahut Yuanchi Juan.
"Kau jangan lupakan aku Chi, aku sahabat mu dalam suka dan duka, aku bersedia membantu mu semampu aku!" ucap Daniar menggenggam jemari tangan sahabat nya itu.
"Terimakasih Niar, kau memang sahabat ku, aku yakin saat papah dan mamah ku tahu, apa lagi jika Oji dan Meoni ku tahu, semua fasilitas yang selama ini kudapat dari hasil kerja keras ku, akan mereka tarik semua, ini ada tabungan yang ku simpan secara diam diam, tolong kao pegang kan untuk ku Niar, siapa tahu, satu saat, aku memerlukan ini!" ucap Yuanchi Juan sambil menyerahkan sebuah buku tabungan dan kartu ATM nya pada Daniar.
"Oh iya Chi, aku mau tahu, ustadzah siapa yang kau maksudkan itu?" tanya Daniar kepo.
"Ustadzah neng umi Habibah, aku sudah lumayan lama belajar dengan beliau, bahkan kadang kadang pak kiai dan ibu kiai juga turut memberikan wejangan kepada ku" jawab Yuanchi Juan.
"Oooh ustadzah itu toh, kau belajar dari orang yang tepat Chi!" sahut daniar.
Yuanchi Juan menatap kearah sahabat nya itu, "kau mengenal ustadzah ku itu?" tanya nya.
"Lha iya lah, siapa yang tidak mengenal beliau, kudengar beliau menantu dari keluarga Mangandara yang memiliki perusahaan Agung Mangandara group, suami beliau adalah CEO muda dari perusahaan besar itu!" ucap Daniar menjelaskan kepada sahabat nya itu.
Dengan wajah takjub, Yuanchi Juan hanya bisa menganggukkan kepala nya saja. Ternyata ustadzah nya itu, meskipun nampak hidup sederhana, tetapi bukan orang sembarangan.
"Apa saja yang kau pelajari dari beliau?" tanya Daniar lagi.
"Banyak lah!, cara membaca Alqur'an, makna dari tafsir nya, doa doa, tata cara sholat dan bacaan nya, dan banyak lagi yang lain nya" sahut Yuanchi Juan.
"Kapan kau mengucapkan dua kalimat syahadat?" tanya Daniar pada Yuanchi Juan.
"Sebentar lagi, aku mau mematangkan pengetahuan ku tentang baca tulis Al-Qur'an terlebih dahulu!" ujar Yuanchi Juan.
Sekali lagi, Daniar terpana menatap kearah sahabat nya ini, tidak dia sangka, jika perjalanan hidup nya sedemikian menakjubkan kan nya.
...****************...