NovelToon NovelToon
Siapa Sangka Anak Presdir!

Siapa Sangka Anak Presdir!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Menikah Karena Anak / Istri ideal
Popularitas:478.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Nur dzakiyah

Seorang gadis 24 tahun, seorang guru SD berparas cantik dan selalu berpakaian tertutup, tanpa sengaja menemukan seorang gadis kecil yang sedang menangis di pinggir jalan.

"Mama...!"

Gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Mama, membuatnya terkejut dan kebingungan. Ia tak mengenal anak itu sama sekali.

Meski begitu, gadis kecil itu bersikeras memintanya untuk membawanya pergi bersama. Penampilannya tidak menunjukkan bahwa ia anak terlantar. Lantas, siapa sebenarnya gadis kecil ini? Apa rahasia di balik pertemuan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arrysakka?

Knock… Knock…

Ketukan pintu terdengar dari luar ruangan.

"Masuk," ucap seorang pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Raut wajahnya memancarkan kelelahan, kebingungan, dan kecemasan yang mendalam. Matanya segera tertuju pada seorang pria yang masuk ke dalam ruangan, yang tak lain adalah sekretarisnya.

"Tuan, informasi dari penyelidikan tentang Nona Muda belum menunjukkan hasil. Semua orang yang diperintahkan untuk mencarinya masih belum menemukan keberadaannya," jelas Aland dengan nada penuh kekhawatiran.

"Apakah itu yang ingin ku dengar?!" suara pria itu menggema, tajam dan penuh tekanan.

"Maafkan saya, Tuan. Saya akan segera kembali mencari Nona Muda," jawab Aland dengan nada penuh penyesalan sebelum segera meninggalkan ruangan yang terasa semakin sesak. Pria itu tidak berkata apa-apa lagi, hanya menatap punggung Aland dengan pandangan tajam, penuh ketegangan.

"Lea..." gumamnya pelan, sambil memijat keningnya yang terasa berdenyut sakit. Kecemasan menguasainya, membuatnya sulit berpikir jernih. Ia memutuskan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya yang tersisa sebelum turun langsung mencari putrinya. Duduk diam tanpa bertindak hanya membuat pikirannya semakin tidak tenang.

Namun, pekerjaan yang ia kira bisa diselesaikan dengan cepat ternyata terus bertambah. Satu per satu dokumen baru datang menumpuk di mejanya. Pria itu mulai merasa terjebak dalam rutinitas yang tak berkesudahan. Matanya memandang tumpukan dokumen dengan tatapan kosong, seolah tenaga dan semangatnya telah terkuras habis.

"Sialan dengan pekerjaan ini!" geramnya sambil mengambil jas yang tergeletak di kursi, lalu mengenakannya dengan cepat. Langkahnya tegas dan penuh emosi saat meninggalkan ruangannya.

Aland, yang sudah menunggu di luar, langsung menghampirinya. "Tuan, mau ke mana?" tanyanya dengan nada cemas. Ia tahu pekerjaan yang harus diselesaikan masih banyak, dan bosnya meninggalkan begitu saja bukan hal yang biasa. Namun, pria itu tidak menggubrisnya sama sekali dan terus berjalan menuju lift, membuat Aland hanya bisa mengikutinya dengan tatapan khawatir.

Setibanya di lantai satu, tempat kendaraan perusahaan terparkir rapi, pria itu langsung masuk ke salah satu mobil. Mesin mobil segera menyala, dan dalam sekejap kendaraan itu meluncur keluar dari pekarangan perusahaan, meninggalkan Aland yang masih terpaku di tempatnya.

Sepanjang jalan, matanya tidak pernah berhenti menyisir setiap sudut kota. Ia mencari putrinya, sosok kecil yang begitu berharga baginya. Rasa bersalah terus menghantui pikirannya. Kesibukan kerja membuatnya lalai, sehingga putrinya bisa hilang begitu saja.

Laporan awal menyatakan bahwa putrinya kabur, tetapi ia sulit mempercayai hal itu. Bagaimana mungkin seorang anak berusia lima tahun bisa kabur sendirian? Mau ke mana dia? Rasanya tidak masuk akal. Namun, fakta bahwa sudah enam jam berlalu tanpa jejak membuat pikirannya semakin kacau.

"Ini pasti bukan kabur..." gumamnya, mencengkeram setir dengan erat. "Dia pasti diculik... tapi siapa yang tega melakukannya?"

Tatapannya kembali menyisir jalanan, penuh ketegangan dan kecemasan. Satu hal yang ia tahu pasti, ia tidak akan berhenti sampai putrinya ditemukan.

"Kalau aku menemukan penculik itu, jangan harap bisa hidup!" umpat pria itu dengan suara geram, tatapannya tajam menyisir setiap sudut jalan yang dilewatinya.

Waktu berlalu tanpa terasa, dan malam mulai menyelimuti kota. Namun, pria itu masih terus mencari. Sepanjang perjalanan, ia terus menghubungi bawahannya untuk memastikan apakah ada perkembangan. Sayangnya, hasilnya nihil. Kekhawatiran semakin menyesakkan dada.

Drrtt...

Ponselnya bergetar, menampilkan nama 'Ibu' di layar. Kekhawatirannya bertambah—ia takut berita kehilangan putrinya telah sampai ke telinga sang ibu. Berat rasanya untuk menjawab panggilan itu, tetapi dering tak berhenti memaksa.

"CK!" desahnya, penuh kesal, sebelum akhirnya menjawab.

"Kenapa kamu baru angkat? Apa kamu mau menyembunyikan kehilangan cucu Ibu, hah?!" suara dari seberang terdengar penuh amarah.

"Ibu harus tenang," ujarnya, berusaha menenangkan.

"Bagaimana Ibu bisa tenang?! Cucuku hilang! Dan kamu, sebagai ayahnya, malah tidak langsung memberi tahu Ibu! Sekarang malah menyuruh Ibu tenang!"

"Maafkan aku, Ibu. Tapi ini demi kesehatan Ibu. Aku tidak ingin Ibu terguncang. Aku janji akan menemukan Lea."

"Tidak! Ibu harus ikut mencari Lea! Ayahmu juga sudah tahu. Jadi bersiaplah! Kalau sampai Lea belum ditemukan, Ayahmu pasti akan menuntutmu."

Klik. Sambungan terputus. Pria itu terdiam. Kata-kata ibunya seperti pisau yang menusuk ke hati.

"Benar. Aku pantas dituntut. Aku gagal sebagai seorang ayah," gumamnya lirih. Tatapannya kosong, penuh penyesalan.

Waktu terus bergulir. Tak terasa, jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun ia tetap mengitari jalanan, masih mencari dengan tekad yang tak luntur meski tubuhnya sudah mulai lelah.

***

"Lea..." panggil Khyra sambil membuka pintu kamarnya, matanya langsung tertuju pada Lea yang sedang sibuk bermain Lego di atas kasur.

"Mama, lihat! Lea buat rumah!" seru Lea dengan penuh antusias. Tatapannya penuh harap, menanti pujian dari Khyra.

"Wah... Lea pintar sekali! Apa Lea suka warna pink, ya?" tanya Khyra, tersenyum melihat rumah Lego yang semuanya berwarna pink, meskipun di antara balok-balok itu ada beberapa warna lain.

"Benar! Lea suka sekali warna pink!" jawab Lea semangat, sambil kembali menyusun rumahnya yang belum sepenuhnya selesai.

Khyra duduk di tepi kasur, menatap Lea yang begitu serius menyusun Legonya. Perlahan, ia mencoba membuka percakapan yang lebih serius.

"Lea..." panggilnya lembut. "Mama mau tanya sesuatu, boleh?"

Lea menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada Legonya. "Mama mau tanya apa?" tanyanya tanpa menghentikan tangannya yang sibuk menyusun balok.

Khyra menarik napas dalam-dalam. "Nama Ayah Lea..."

Sejenak, tangan mungil itu berhenti. Mata Lea menatap Legonya dengan tatapan yang tiba-tiba kosong. Ia tidak menjawab. Mulutnya yang semula banyak bicara kini tertutup rapat, seolah mengunci rahasia yang tak ingin diungkapkan.

"Lea anak pintar, kan?" Khyra mulai membujuk dengan suara lembut. "Ayah Lea pasti sangat khawatir. Atau mungkin Nenek Lea juga. Apa Lea tidak rindu?"

Lea terdiam sesaat, lalu pelan-pelan menjawab, "Lea... rindu, tapi Lea ingin bersama Mama."

Khyra menghela napas, menatap wajah mungil Lea yang terlihat begitu polos namun menyimpan sesuatu. Ia tersenyum, mencoba menenangkan. "Lea akan tetap bersama Mama, sayang. Tapi Lea harus bantu Mama. Anak Mama yang pintar harus bilang, siapa nama Ayah Lea?"

Tangannya mengelus rambut halus Lea dengan lembut, memberikan rasa nyaman agar gadis kecil itu mau berbicara.

Lea menunduk sebentar, seolah sedang mencari keberanian, lalu menjawab dengan suara kecil, "Nama Ayah... Arrysakka."

Namun, pengucapannya terdengar agak belepotan, membuat Khyra sedikit bingung. "Arrysakka?" Khyra mengulangi nama itu, mencoba memastikan apa yang baru saja didengarnya.

"Sakka! Nenek selalu memanggil Ayah Sakka!" ucap Lea lagi dengan penuh keyakinan, membuat Khyra akhirnya mendapatkan petunjuk jelas.

"Baiklah... Terima kasih, Lea anak pintar Mama," Khyra tersenyum lembut kepada Lea. Ia merasa lega sekaligus terharu karena akhirnya Lea mau berbagi informasi yang sangat penting.

"Sama-sama! Lea cinta Mama..." ucap Lea dengan nada riang, wajahnya berseri-seri, senang karena terus dipuji.

Namun, ucapan itu membuat Khyra terdiam sejenak. Tatapannya beralih ke wajah polos Lea yang sedang tersenyum bahagia. Anak kecil yang baru ia temukan tadi siang kini berbicara dengan tulus, seolah ia benar-benar ibu kandung Lea yang telah hidup bersama selama bertahun-tahun. Perasaan hangat sekaligus berat memenuhi dada Khyra, tetapi ia tetap tersenyum, berusaha tidak menunjukkan kebingungannya.

"Apakah Lea tidak memiliki ibu? Sehingga dia salah mengenali ibunya?" gumam Khyra, terus menatap Lea dengan perasaan campur aduk.

"Ah, Khyra..!" panggil Mama Khyra dari luar kamar, membuat Khyra terkejut. Sebelum ia sempat menjawab, mama Khyra sudah muncul di pintu kamar, membawa senyum lembut.

"Makan, nak. Lea ayo sayang, kita pergi makan," ucap Mama Khyra sambil meraih Lea dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang. Mereka berdua kemudian berjalan menuju ruang makan.

"Silakan makan, nak. Semoga Lea suka masakan nenek," ucap Mala, ibu Khyra, sambil tersenyum kepada Lea yang tampak mengantuk.

Mereka pun menikmati makan malam dengan tenang.

"Pa, Ma, Khyra ke kamar duluan, Lea sudah terlihat ngantuk," ucap Khyra sambil menggendong Lea kembali.

"Iya, sayang. Mama dan Papa masih ingin menonton," jawab Papa Khyra.

Setibanya di kamar, Khyra dengan hati-hati membaringkan Lea di tempat tidur dan menutupinya dengan selimut.

"Selamat malam, Lea..." ucap Khyra lembut, mematikan lampu dan menyisakan cahaya lampu tidur yang temaram. Khyra kemudian beranjak menuju teras kamarnya sambil membawa ponselnya. Ia ingin menelepon Sakinah.

"Assalamualaikum," ucap Khyra begitu Sakinah mengangkat telepon.

"Iya, Waalaikum'salam, Khyra. Bagaimana kabar Lea?" tanya Sakinah dengan penuh perhatian.

"Alhamdulillah, dia baik-baik saja. Aku menelepon karena Lea akhirnya menyebutkan nama ayahnya."

"Serius? Terus, siapa nama ayahnya? Kalau dia juga menyebutkan marga, kita bisa lebih mudah mencarinya."

"Arrysakka..." jawab Khyra dengan ragu.

"Arrysakka? Apa kamu serius?" tanya Sakinah dengan sedikit keheranan.

"Iya, itu yang Lea ucapkan. Coba kita cari, siapa tahu ada petunjuk."

"Baiklah. Btw, besok kamu mengajar nggak?" tanya Sakinah.

"Emm, besok kan hari Jumat. Aku nggak ada jadwal, jadi kosong."

"Bagus! Kalau begitu, bagaimana kalau kita jalan-jalan dengan Lea? Siapa tahu orang tuanya yang sedang mencarinya bisa melihatnya, atau kita mungkin nggak sengaja bertemu mereka?" saran Sakinah, terdengar ide yang sangat bagus.

Mendengar itu, Khyra tersenyum dan mengiyakan ajakan Sakinah.

1
Konny Rianty
Mdh² perjalanan vira& shaka tidak ada halangan sampai hari"" H""....
tiara
lanjuut
Nismawati
Luar biasa
Ddek Aish
apakah calon pelakor tor
Konny Rianty
.Alhamdulillah" pengorbanan saka tdk sia², mdh" an sampai hari "" H" tdk ada gangguan ya thorrr...
tiara
terimakasih double upnya thor, sehat selalu senangat upnya bingung soalnya mau komen apa
Syafira ira
Shaka, orang tua Shaka, semuanya the best.. beruntung banget si khyra, thank you thor
Syafira ira
Gentle banget nih pria satuu, ya Allah pengeenn
Syafira ira
info pria macam shaka🙏🏻🙏🏻😭
Angel Ine
terima kasih Thor, keren banget pokonya ceritanya, semangat terusss
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasihhhhh
total 1 replies
El
AAAA AKHIRNYA SETELAH MELEWATI SEKIAN PURNAMA, NOVEL INI AKU SUKA NAMUN BIASA MENGHILANG BERBULAN" AKHIRNYA SHAKA MELAMAR KHYRA DENGAN RESMI, GEMESSSS NYAAA.. TP KNP RADA" ADA BIBIT PELAKOR😭 OHH MAKASIH YA THORRRR PUAS DEH BACANYA
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasihh kakk
total 1 replies
El
keluarga Shaka paling perfect menurutku di semua novel yg kaya" org" klw mau cari cerita buat healing aja.. rekomendasi novel ini deh, semuanya masuk di dlm, Cerita islami, modern, kelas atas sosialnya dapet, pokonya jdi satu, mana latar belakang ceritanya di indo, meskipun realitanya di indo tdk ad yg kek gini, tp nthlh sihh
El
Shaka😭❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Indriani Kartini
tolong Thor jangan ada konflik yg berlebihan apalagi kalau jebak menjebak dan ujung2nya tdur breng, pling benci klau seperti itu thor
Syafira ira: Untungnya thorr.. emg author satu ini berbeda dri yg lain👍🏽
ᏦᎨᎽᎯ~: sy jg benci cerita macam tuu kok kak, it's not my style😭😅🤗
total 2 replies
Tri Handayani
makasih thorrr buat updatenya yg banyak'sehat dan sukses sllu thorrr...alhamdulillah akhirnya lamaran'nya d terima'blm jg menikah udah ada calon bibit pelakor kyanya.
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasihh yaaaa
total 1 replies
Tri Handayani
sangat terharu dgn sikap shaka yg langsung mengambil keputusan untuk melamar khyra,jg orang tua shaka yg sikapnya sangat baik dan menghargai mesti mereka orang kaya.
Nur Wahyuni
wow banyak bgt up nya.. makasih kak... kenapa ada bibit pelakor nih blm apa2..
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih kembali kakss
total 1 replies
Tri Handayani
Masya Allah shaka...
Tri Handayani
sabar y khyra'yg terpenting perasaan shaka padamu'rasa cinta yg tulus dan keluarga shaka jg mendukung itu sdh cukup.
Nuri 73749473729
lanjut Thor lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!