Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Saat pulang sekolah, Tama dan Reza sedang menunggu jemputan di trotoar jalan.
"Mana ya mamaku? Katanya mau nyampe sebentar lagi. Tapi kok lama banget sih." Gurau Tama sambil melihat layar handphonenya menunggu kabar dari mamanya.
"Sabar, mungkin kena macet kali mamamu di pertigaan sana." Jawab Reza sambil menunjuk ke ujung jalan.
Beberapa saat kemudian, bukannya mama Tama yang datang, tetapi Husna yang dibonceng oleh kekasihnya. Mereka tiba-tiba muncul melewati Tama dan Reza dari arah dalam.
Husna yang sebenarnya senang dan bermaksud untuk menegur Tama sambil tersenyum, tiba-tiba senyumannya berubah seketika menjadi cemberut. karena di sisi lain Tama yang sudah tahu kehadiran Husna dan kekasihnya, dia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain berpura-pura tidak melihat.
Dengan wajah masamnya Husna pun jadi bertanya-tanya ada apa dengan Tama yang tiba-tiba menjadi dingin kepadanya.
"Tama kenapa ya? Biasanya dia membalas senyumanku, terakhir di kelas juga jarang sekali dia melemparkan senyum. Apa dia sudah tahu semuanya ya? Ah tahu lah. Ko aku jadi makin kepedean gini sih ih sama dia. Lagian kan dia bukan siapa-siapa aku." Husna bergurau dalam hatinya, ada perasaan yang berbeda saat berjumpa dengan Tama, tapi dia kini khawatir Tama marah kepadanya.
"Woy ngeliatin apa sih? Barusan Husna senyumin kamu juga malah di cuekin." Reza melihat wajah Tama yang menjadi aneh menatap tanpa arah.
"Udah, udah ah jangan bahas dia dulu." Tama kini memandangi kendaraan yang lewat seolah-olah menunggu kehadiran mamanya.
"Ah aku tahu aku tahu, kamu cemburu ya?" Tanya Reza sambil menunjuk ke arah Tama.
"Apaan sih ah, udah ya aku bilang jangan bahas dia dulu!" Jawab Tama yang jadi sedikit kesal.
"Hmm. Yaudah deh." Reza hanya pasrah sambil menghela nafas.
Setelah beberapa saat, Mamanya Tama datang dan langsung menyuruh Tama masuk ke dalam mobil. Reza pun ikut dan duduk di belakang mereka.
"Oh ya Mah, ini temen sebangku Tama di kelas, namanya Reza. Za kenalin ini mama aku." Tama menyuruh mereka berdua berkenalan.
"Oh iya kenalkan saya Yeni mamanya Tama." Ucap mamanya Tama mengenalkan diri sambil mengemudi.
"Iya Tante, nama saya Reza." Reza menjawab sedikit malu sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
"Mah nggak papa kan aku ajak Reza ke acara mama?" Tama bertanya sembari meminta izin.
"Ya nggak papa, bagus malah biar rame. Soalnya kan yang ikut cuma karyawan mama, itu juga nggak banyak cuma beberapa." Jawab mama mengizinkan.
"Oke deh. Syukur kalau gitu." Dengan sedikit senyum Tama melihat ke arah Reza.
"Reza, Tama di sekolah nakal nggak?" Bu Yeni bertanya kepada Reza sambil melihat ke arah kaca spion dalam.
"Em, enggak ko. Tama orangnya baik tante." Jawab Reza apa adanya.
"Ah yang bener? Tapi kemarin baru juga sehari sekolah, Tama udah mecahin lukisan orang katanya." Celetuk Bu Yeni membuat Tama dan Reza sedikit kaget.
"Lah kok mamamu bisa tahu Tam?" Kebingungan Reza malah balik bertanya kepada Tama.
"Ah mama, aku bilang kan kemarin nggak sengaja mah. Orang udah aku jelasin juga ah kejadiannya. Masa mama masih nggak percaya sama aku. Tanya aja tuh sama Reza masalah lukisan itu udah selesai. Iya kan Za?" Tama seolah meminta pembelaan dari Reza.
"Iya tante, lukisan itu punyanya Husna, dia masih teman sekelas kami, tadi Tama udah balikin ko lukisannya. Husna juga nggak mempermasalahkan itu." Reza mencoba menjelaskan agar Bu Yeni percaya.
"Tuh kan, aku mana pernah bohong sama mama. Hmm." Tama sedikit lega sambil menghela nafas.
"Tapi?" Reza berbicara separuh sehingga membuat Bu Yeni dan Tama melihat ke arahnya.
"Tapi apa Za? Tanya Bu Yeni yang jadi penasaran.
"Tapi Tama jadi penasaran tante sama Husna, soalnya Husna siswa paling cantik di sekolah. Hehe." Reza berbicara pelan dan sedikit tertawa jaim.
"Nah Lo, em mama tahu, jangan-jangan kamu sengaja ya nabrak dia biar bisa kenal terus deket sama dia?" Bu Yeni bertanya sambil menggoda anaknya.
"Ah apaan sih, udah ah jangan dengerin si Reza Mah! Yang jelas masalah lukisan udah beres ya, jadi jangan bahas itu lagi." Tama menjadi kesal sambil sedikit melotot ke arah Reza.
Sementara di tempat lain, Husna yang masih di perjalanan terus saja melamun sepanjang jalan, tak ada obrolan sedikitpun di antara mereka berdua.
"Husna?" Frian mencolek dengkul Husna sambil sedikit melihat ke arah belakang.
"Eh iya Kak?" Husna menjawab dengan nada sedikit kaget.
"Kamu kenapa sih dua hari ini jadi suka bengong? Biasanya juga kamu bawel loh kalo di jalan." Tanya Frian yang heran karena akhir-akhir ini tingkah Husna sedikit aneh.
"Em, aku nggak kenapa-kenapa ko Kak, mungkin aku kecapean hari ini jadi butuh sedikit istirahat." Jawab Husna mencoba mencari alasan.
"Apa karena murid baru itu? Dia nggak macem-macem kan sama kamu?" Deg, hati Husna bergetar saat Frian bertanya seperti itu. Seolah-olah Frian curiga dengan keadaan hatinya saat ini.
"Em enggak Kak enggak, Tama nggak pernah macem-macem ko sama aku. Dia orangnya baik, lukisan aku yang pecah aja udah di ganti tuh sama dia." Husna menjawab tegas agar Frian tak curiga.
"Oh syukur deh kalau gitu. Yaudah setelah sampai rumah kamu langsung istirahat ya. Udah jangan bengong terus." Sedikit perhatian membuat Husna sedikit tenang karena kecurigaan Frian jadi terhenti sampai sini.
"Iya Kak makasih ya, maaf deh kalau aku jadi banyak bengong." Husna meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.
"Iya nggak papa sayang."
*****
Tama dan Reza kini sudah berada di salah satu Ruko besar berlantai tiga yang merupakan kantor barunya Bu Yeni.
Acara sudah ada di momen inti yaitu pemotongan pita sebagai tanda bahwa kantor sudah di buka.
Beberapa orang di situ bertepuk tangan memberikan selamat kepada Bu Yeni termasuk Tama dan juga Reza.
Saat semua memberikan ucapan selamat, tiba-tiba ada seorang lelaki paruh baya berpenampilan rapi dan sangat berwibawa datang menghampiri Bu Yeni dengan langkah terburu-buru.
"Selamat ya sayang. Maaf aku datangnya telat!" Ucap pria itu sambil beradu pipi dengan Bu Yeni.
"Iya nggak papa sayang." Jawab Bu Yeni dengan mesra.
"Hmm kebiasaan apa-apa suka telat!" Ucap Tama sambil menatap pria paruh baya itu.
"Eh jagoan papa, Sorry Tam tadi papa ada meeting sama klien nggak bisa di re schedule soalnya urgent." Ternyata pria itu adalah papanya Tama yang baru datang.
Tama pun salim kepada papanya walau sedikit kesal karena sudah terlambat.
"Ini siapa Tam?" Tanya papa sambil melihat ke arah Reza.
"Aku Reza Om temen sekelasnya Tama." Jawab Reza langsung salim kepada papanya Tama.
"Oh Reza, saya Sofyan papanya Tama." Tegas papanya Tama sambil berjabat dengan Reza.
Setelah itu acara pun di lanjut dengan makan-makan dan berfoto.
Karena Tama gemar memotret, dia pun jadi juru kamera dadakan dengan kamera andalannya.
Setelah acara inti selesai, Tama pun duduk bersama Reza di salah satu sofa kantor sambil melihat hasil fotonya.
"Keren ya Tam kamu itu ternyata. Kalau kaya gini sih aku yakin Husna bakal berpaling dari guru tengil itu." Reza berbicara sambil melihat-lihat suasana kantor.
"Heh ngomong apaan sih? Udah lanjut makan aja sana mumpung gratis loh ini." Ucap Tama sedikit mendelik ke arah Reza.
"Ah kamu, padahal lagi aku puji kamu loh." Reza kini berjalan melihat ke arah jendela.
"Lagian kamu Za nggak boleh gitu tahu, Pak Frian itu kan guru kita juga, masa kamu bilangnya gitu sih nggak sopan amat." Tama berbicara sambil menggeser-geser hasil fotonya.
"Haha, kamu belum tahu aja Tam wataknya Frian itu aslinya kaya gimana. Kalau dia ngajar nih, perhatiannya cuma sama siswa perempuan aja, murid cowok sih nggak pernah dia peduliin, aku juga nggak tahu kenapa si Husna mau banget sama dia. Pasti ada apa-apa sih di balik itu semua." Penjelasan Reza membuat Tama jadi penasaran dengan sosok Frian.
"Maksudnya ada apa-apa gimana? Jangan suudzon hey. Cewek secantik Husna nggak mungkin ngasal pilih cowok." Tama seolah-olah tak percaya dengan penjelasan Reza walau sedikit penasaran.
"Ya nggak tahu lah bingung. Nanti setelah kamu tahu wataknya Frian mungkin kamu juga bisa menilai sendiri nanti." Reza kembali duduk di samping Tama.
"Hmm. Udah ah jadi ngomongin orang. Oh iya itu makanan kan masih banyak, nanti kamu bawa pulang aja Za buat orang rumah, sayang kan mubazir kalau nggak habis."
"Bener nih boleh di bawa pulang?" Tanya Tama senang dengan senyuman lebar.
"Iya bawa aja, sana gih misahin sendiri mumpung lagi sepi!"
"Ah nanti aja, malu nanti kalau ketahuan orang tuamu hehe."