NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta CEO Duda

Mengejar Cinta CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Diam-Diam Cinta
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13, Mulai mencair

Setelah hari itu, akhirnya setiap Minggu Alya menjadwalkan Tara untuk setidaknya bermain di taman.

Hari ini kebetulan sekolah tengah libur, Alya pun kembali mengajak Tara untuk bermain di taman, seperti biasa, Alya mengajarkan Tara untuk bermain permainan apa saja yang ada di taman.

Mereka akhirnya duduk bersama di bangku taman setelah beberapa jam bersenang-senang. Tara, yang masih terlihat ceria, memandang langit biru yang mulai berubah jingga saat matahari terbenam. Di tangannya, ia memegang mainan yang baru saja dimenangkannya dari salah satu permainan, senyum lebar tak bisa disembunyikan.

Dan yang paling menyenangkan bagi Tara, hari ini ia juga ditemani oleh sang ayah. Aditya tampak begitu kaku saat Tara mengjknya mencoba berbagi permainan, tapi demi janjinya pad Alya jika ia akan berusaha untuk lebih memperhatikan Tara, ia pun Tidka menolaknya.

 

"Ini... ini adalah hari terbaik dalam hidupku!" ucap Tara dengan mata berbinar.

Aditya yang duduk di samping mereka, sedikit terkejut mendengar ucapan itu. Biasanya, Tara selalu tampak tenang dan tidak banyak bicara tentang perasaannya. Melihat kebahagiaan di wajah anaknya, sesuatu yang selama ini jarang ia saksikan, membuat Aditya merasa canggung, dan tak bisa menahan sedikit rasa bersalah yang muncul begitu saja.

 

Aditya memandang Tara, suara pelan, "Aku... senang kamu menikmatinya."

Tara yang mendengar jawabannya, tanpa ragu menoleh ke arah Aditya, kemudian mengangguk penuh semangat.

 

"Ayah, terima kasih sudah ikut! Aku senang kamu ada di sini."

Mendengar kata-kata itu, Aditya terdiam. Sebagian besar hidupnya terfokus pada pekerjaannya. Dia selalu merasa bahwa kesuksesan dan segala pencapaian dalam karier adalah segalanya. Namun, hari ini, saat melihat senyum lebar Tara dan mendengar ucapannya, ia mulai merasa seolah ada yang hilang dalam hubungan mereka—sesuatu yang selama ini tidak ia sadari.

 

Aditya memandang Tara, dengan tatapan penuh perasaan yang jarang ia tunjukkan, "Aku... Aku akan berusaha lebih banyak meluangkan waktu untuk kamu."

Tara yang mendengar suara Aditya yang berbeda dari biasanya, menoleh dengan tatapan penuh perhatian. Ia tidak mengerti sepenuhnya apa yang sedang dirasakan ayahnya, tapi ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam nada bicara Aditya.

 

"Ayah, aku tahu kamu sibuk. Tapi aku senang banget hari ini. Bisa... lebih sering kayak gini nggak?"

Aditya merasakan dadanya sesak mendengar permintaan itu. Tara bukanlah anak yang mudah mengungkapkan perasaannya, jadi saat ia mengungkapkan keinginannya begitu sederhana, hal itu terasa sangat dalam bagi Aditya.

 

Aditya terdiam sejenak, berusaha menenangkan diri, kemudian mengangguk perlahan, "Aku akan berusaha, Tara. Aku janji, aku akan lebih banyak ada untukmu."

Tara tersenyum penuh harapan, meskipun ia tahu bahwa itu bukan janji yang mudah untuk ditepati. Namun, ucapan Aditya cukup baginya, dan itulah yang ia harapkan selama ini—kehadiran ayahnya, tanpa sibuk dengan pekerjaan atau jarak yang selalu ada di antara mereka.

 

Alya yang melihat interaksi itu, tersenyum dalam hati, "Mungkin ada harapan, ya. Bukan hanya untuk Tara, tapi untuk mereka berdua."

Alya memandang ke arah Aditya dan Tara, merasakan kedekatan yang mulai terjalin di antara mereka, meskipun perjalanan itu masih panjang. Sementara itu, Aditya, yang merasa semakin terbeban dengan perasaan bersalah dan kesadaran akan kesalahan yang selama ini ia buat, hanya bisa mengangguk dan membiarkan senyum tipis terukir di wajahnya.

 

"Hari ini memang menyenangkan, kan? Aku senang melihat kalian berdua bahagia." ucap Alya dengan ringan, mencoba mengurangi ketegangan

Tara dengan ceria mengangguk, sementara Aditya hanya tersenyum kecil, mengalihkan pandangannya ke arah Alya. Mungkin ini saat yang tepat untuk mulai membuka diri—tidak hanya untuk Tara, tetapi juga untuk dirinya sendiri.

 

"Terima kasih sudah membujuk ku untuk ikut datang ke sini, Alya. Aku rasa, ini memang waktunya."

Alya hanya mengangguk, sedikit terharu dengan perubahan kecil yang mulai terjadi di antara mereka. Di tengah keheningan itu, Tara kembali menoleh ke ayahnya.

 

"Ayah, bisa nggak kita datang lagi Minggu depan ke sini? Aku ingin... menghabiskan waktu lebih banyak sama Ayah."

Mendengar kata-kata itu, Aditya merasa seolah sebuah pintu baru terbuka. Hari ini, mungkin bukan hanya Tara yang merasa bahagia—ia pun mulai merasakan kehangatan yang telah lama hilang.

 

"Tentu, kita akan coba. Aku akan pastikan lebih banyak waktu untuk kamu." ucap Aditya dengan suara lembut.

Alya tersenyum melihat perubahan halus dalam sikap Aditya. Mungkin, hanya sedikit waktu dan perhatian yang dibutuhkan untuk memulihkan hubungan yang retak.

Setelah beberapa wahana yang penuh tawa, mereka beristirahat sejenak di area taman hiburan. Tara menggigit es krim, sementara Alya duduk di sampingnya, masih terbahak-bahak dari momen-momen lucu yang baru saja mereka alami. Aditya, meskipun tampak tenang, tetap memantau mereka dengan tatapan tajam, meskipun ia tak bisa menyembunyikan sedikit senyum di sudut bibirnya.

Mereka berjalan menuju wahana berikutnya ketika tiba-tiba Tara berlari terlalu cepat menuju gerbang antrian, tidak memperhatikan langkahnya. Tanpa disadari, ia hampir menabrak seorang pengunjung yang sedang berjalan santai.

 

Alya melihat ke arah Tara yang hampir jatuh, "Tara, hati-hati!"

Tara terkejut dan menoleh, "Ah!"

Pengunjung itu terpental sedikit, tetapi tidak jatuh, "Aduh, hati-hati, nak."

Tara terlihat kebingungan, namun sebelum Alya bisa melangkah mendekat, Aditya sudah bergerak cepat, menyambar tubuh Tara dan menariknya mundur dengan cepat, melindunginya dari insiden yang bisa saja lebih serius.

 

"Tara, hati-hati. Jangan ceroboh kalau di tempat ramai, kamu bisa terluka." ucap Aditya dengan suara tegas, tapi lembut.

Tara terkejut, tapi kemudian tersenyum malu, "Maaf, Ayah. Aku terlalu terburu-buru."

Alya melihat perubahan sikap Aditya, "Terima kasih, tuan Aditya. Sudah membantu Tara." ucapnya terkesan.

Aditya mengangguk singkat, menjaga jarak, "Hanya refleks. Tidak ada yang perlu dibicarakan."

Namun, Alya bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda di balik sikap dingin Aditya. Dalam sekejap itu, dia melihat sisi lain dari pria yang selama ini tampak begitu tertutup—sisi pelindung dan penuh perhatian yang jarang ia tunjukkan. Meskipun sikapnya tidak banyak berubah, cara Aditya menyelamatkan Tara menunjukkan betapa besar rasa sayangnya, meski tidak pernah dia ungkapkan dengan kata-kata.

 

"Jadi... dia peduli, ya? Tidak semua orang bisa melindungi orang yang mereka cintai dengan begitu cepat." ucap Alya dalam hati.

Alya tersenyum kecil, menyadari bahwa meskipun Aditya selalu tampak dingin dan kaku, dia sebenarnya memiliki sisi lembut yang sangat berbeda dari kesan pertama yang diberikan. Bagi Alya, itu adalah pelajaran penting. Ada banyak hal yang tidak bisa dilihat di permukaan, terutama ketika seseorang mencoba menjaga jarak, seperti Aditya.

 

"Ayo, Tara, kita lanjutkan, jangan sampai ada lagi yang menabrak, ya?" ucap Alya dengan nada santai, mencoba mengurangi ketegangan.

Tara tersenyum lebar, "Iya, aku akan lebih hati-hati!"

Aditya menatap Alya sejenak, kemudian beralih ke Tara, "Jaga jarak dengan pengunjung lain. Jangan lari-lari di sini."

Alya hanya mengangguk dengan senyum kecil, masih merasa kagum dengan cara Aditya melindungi Tara meski dengan sikap yang begitu tenang dan sedikit dingin. Saat mereka melanjutkan langkah mereka menuju wahana berikutnya, suasana menjadi lebih ringan, dan Alya merasa semakin dekat dengan sisi lain Aditya yang belum sepenuhnya ia pahami.

Alya tersenyum, "Ternyata, di balik pria serius ini, ada hati yang penuh kasih." batinnya.

Bersambung

Happy reading

1
zunaidah jitar
Jalan ceritanya yang luar biasa
yuning
jadikan Alya istrimu
yuning
semoga Alya menerimamu
yuning
semangat Alya
yuning
ada yang mencair
yuning: hatiku say 😁
Tri Ani: tapi bukan es, apa tuhhhh😁
total 2 replies
yuning
aku ikutan menghangat
yuning
waalaikumsalam,sama sama Thor
Nursina
seru lanjutkan
Entin Fatkurina
so aweet
Tri Ani: makacihhhhhh
total 1 replies
yuning
calon istri idaman
yuning
menjadikan Alya istrimu solusinya
SRI JARWATI
Mama alya ....uuh pasti happy banget si tara , mwmiliki mama pengganti yg lpsmuh kasih sayang
SRI JARWATI
Semengat Tara , kamu memang anak yg cerdas.
SRI JARWATI
Bagus banget ceritanya, aqu suka
SRI JARWATI
Dasar manusia es , nyebelin
SRI JARWATI
Jangan menyerah alya , kamu pasti bisa mencairkan manusia dingin itu , semangat
SRI JARWATI
Terus semangat alya
SRI JARWATI
Semangat alya , kamu bisa
SRI JARWATI
Tuan CEO nya dingin banget ya , iihh serem
SRI JARWATI
Ceritanya bagus , selalu bikin penasaran dan menambah wawasan bagi yg belum berpengalaman
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!