Silvya karena kematian saudara kembarnya memutuskan bergabung dalam organisasi mafia saat berumur 17 tahun. kemampuannya dalam ilmu beladiri menjadikannya Ratu Mafia yang disegani. Ia tidak segan-segan menghabisi musuhnya saat itu juga.
karena sebuah penghianat dalam organisasinya menyebabkan dia mengalami kecelakaan tragis yang hampir meregang nyawanya.
Dokter Dika, niatnya menolong malah harus menikahi orang yang ditolongnya karena digrebek warga.
Bagaimana Silvya membongkar penghianatan dalam Wild Eagle dan menemukan dalang dibalik kematian saudaranya?
Bagaimana pernikahan Dokter Dika dan Silvya akan berjalan dan bagaimana reaksi dokter yang terkenal dingin itu saat mengetahui wanita yang dinikahinya itu adalah Ratu Mafia yang disegani?
Ikuti kisahnya, bukan plagiat jika ada kesamaan nama tokoh itu bukan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. Aku Dewi Kematianmu
Tepat pukul 1.00 siang pesawat pribadi milik Silvya mendarat di landasan pesawat milik negara Frost. Di sana ternyata Sikvya sudah disambut oleh beberapa anak buahnya.
" Thankyou captain."
" You're welcome, Queen. happy to fly with you. "
Silvya dan Geoff turun dari pesawat dna langsung memasuki sebuah limosin yang sudah dipersiapkan anggota Wild Eagle yang ada di negara Frost.
" Selamat datang my Queen. Apakah kita langsung ke markas."
" Thank You Ben. Boleh. Ada yang perlu kukatakan nanti."
" Baiklah… Sesuai permintaanmu Queen."
Seseorang yang bernama Ben langsung membawa Silvya dan Geoff menuju markas cabang mereka.
Di markas negara Frost semua sudah diatur sedemikian rupa untuk menyambut Silvya.
" Woaah… Acara penyambutan yang luar biasa Ben."
" Thank You Queen. Senang mendapat pujian dari anda."
" Tapi Ben… Aku ingin kau mengusir para pria pria tampan itu."
" Oh baiklah. Apakah mereka tidak sesuai dengan seleramu? Jika iya aku akan mencarikannya."
" Ben… kau tahu Q mau apa ke sini."
" Oh sorry tuan Geoff, saya sepertinya tengah membuat kesalahan."
Geoff yang paham tatapan tidak suka dengan sekelompok pria pria tampan itu langsung meminta Ben untuk mengusirnya.
Sekelompok pria itu tampak merasa kecewa pasalnya mereka ingin sekali bisa melayani Queen Mafia yang amat terkenal di Dunia Bawah itu.
" Ben… jangan jadikan mereka gigolo terus, latihlah mereka agar pandai menembakkan peluru buat bukan hanya menembakkan cairan kental saja."
" Hahaha baiklah Queen, saya akan mengikuti saran dari anda."
Ben kembali sibuk, ia mengumpulkan semua orang disana karena Silvya ingin menyampaikan beberapa hal.
" Saudara ku sekalian. Hari ini sebuah kehormatan besar bagi kita karena markas kita didatangi oleh Queen. Bagi kalian yang belum mengetahui siapa Queen maka akan aku beritahu. Queen adalah pemimpin dari organisasi yang kita bernaung di dalamnya. Wild Eagle. Queen saya persilahkan."
" Oke… aku tidak akan bicara panjang lebar. Aku paling benci pengkhianatan. Saat ini ada orang ku yang berkhianat. Dia menggunakan nama Black. Aku harap jika kalian melihat orang dalam gambar ini kalian langsung bisa melaporkannya."
" Siap Queen."
Semua mengangguk patuh. Sejenak beberapa orang diantara mereka terkejut melihat pemimpin mereka seorang wanita. Namun saat Silvya berbicara semua orang seperti tersihir oleh aura kepemimpinannya yang mendominasi.
" Baiklah Ben, aku harus menuju hotel XX untuk sebuah acara."
" Baik Q saya akan menyuruh seseorang mengantarkan kalian."
Silvya berjalan terlebih dahulu menuju mobil yang sudah disiapkan sedang Geoff ia masih berada di belakang. Ada sesuatu hal yang ingin disampaikan Geoff kepada Ben.
" Ben, aku ingin penjagaan ketat untuk Q. Kamu tahu kan kami kesini untuk apa."
" Baik tuan saya sudah paham."
Geoff mengangguk lalu menyusul Q yang sudah berada di depan.
🍀🍀🍀
Bar Moon Night hotel XX memang sangat terkenal. Mocito Alendro, si target buruan Silvya tengah bersenang senang dengan beberapa wanita. Ia dikelilingi banyak wanita, beberapa diantaranya adalah gadis gadis lugu korban penculikan yang rata rata masih berusia belia.
" Hiks… hiks...hiks…"
Seorang gadis dengan pakaian yang terbuka menangis di sana. Mocito yang mendengar suara tangisan dari gadis itu bukannya merasa iba tapi malah terlihat murka. Ia melempar gelas berisi wine ke arah si gadis.
Prang….
" Tck… dasar berisik. Apakah kau tidak bisa diam. Neil… bawa gadis itu ke kamar. Aku malas mendengarkannya."
" Baik Tuan."
Pria yang bernama Neil pun mengikuti perintah tuannya. Nell menarik tangan si gadis untuk dibawa ke kamar. Namun belum juga melangkah Mocito menghentikan Neil.
" Neil… tunggu. Bawa gadis itu kemari."
Gadis belia itu gemetar ia sungguh takut. Ia menangis tanpa bersuara dan air matanya mengalir deras.
" Hmmm gadis yang cantik."
Mocito menjepit dagu gadis itu dengan tangannya. Ia menarik gadis itu hingga si gadis terduduk di pangkuannya. Gadis itu memang terlihat begitu cantik, usianya baru sekitar 15 tahun. Namun perawakannya yang tinggi semampai sungguh membuat hasrat Mocito naik dengan cepat apalagi melihat kulit putih mulus si gadis.
" Siapa namamu cantik?"
" Le-Leina Tu-tuan"
" Nama yang cantik."
Mocito mengusap paha mulus Leina. Semakin naik dan semakin naik. Leina menggigit bibirnya karena saking takutnya. Air matanya mengalir begitu deras. Mata mocito terus melihat dada Leina. Kabut gairah sudah menguasai matanya. Ia pun hendak mencium bibir Leina. Tapi suara seseorang membuatnya urung melakukannya.
" Maaf Tuan aku mengganggumu."
" Siapa kau."
Mocito menyuruh Leina bangun dari pangkuannya. Gadis itu bernafas lega setidaknya ia selamat saat ini.
" Perkenalkan nama saya Roan saya membawa barang bagus untuk anda. Saya dengar anda menyukai barang yang seperti ini."
Pria yang bernama Roan yang tidak lain adalah Geoff yang sedang menyamar itu menarik Silvya dari balik punggung. Silvya tampak sempurna dengan penyamaran. Ia juga menggunakan topeng karena Moon Night Bar tengah membuat acara pesta topeng.
Mocito melotot melihat tubuh Silvya yang menurutnya begitu seksi. Gaun hitam panjang model backless yang dipakai Silvya memiliki belahan bagian bawah setinggi paha, sehingga paha putih mulus dan kaki jenjang Silvya terlihat begitu seksi. Bagian punggung Silvya juga terpampang jelas membuat Mocito menelan salivanya sendiri.
Sejenak Geoff mendengus pelan. Sebenarnya ia tidak setuju Silvya memakai pakaian yang seperti itu. Tapi karena sebuah misi Geoff pun mengalah menyetujuinya.
Melihat tatapan nafs* dan penuh damba dari pria brengsek saat melihat Silvya membuat Geoff sangat marah. Ia mengepalkan tangannya dengan erat. Namun karena lagi lagi untuk misi, Geoff pun kembali menguasai dirinya. Sedangkan Silvya ia tengah berakting menjadi gadis yang lugu ia seolah olah sedang ketakutan saat dihadapkan dengan Mocito padahal dalam hatinya Silvya tengah mengutuk dan memaki pria brengsek itu.
" Dasar pria brengsek, sepertinya kematian terlalu mudah buatmu. Aku akan membuatnya lebih menarik nanti. Sungguh aku tidak sabar untuk bersenang senang."
" Tuan Roan… kau sangat pandai mencari seorang gadis."
" Terima Kasih atas pujiannya Tuan. Apakah anda menerimanya?"
" Tentu saja. Di sini siapa yang memberikan barang bagus dan cantik akan selalu ku terima. Neil bawa gadis ini ke tempatku."
Neil mengangguk patuh, ia langsung menarik tangan Silvya menuju ke tempat yang dimaksud. Silvya tersenyum simpul dan memberi isyarat anggukan kepada Geoff, Geoff pun paham dan segera pergi dari tempat itu untuk mencari cara menuju ke tempat Silvya akan dibawa.
" Baiklah Tuan Mocito saya undur diri dulu."
" Hmmm… kau bisa mengambil hadiahmu nanti."
Secepat kilat Geoff langsung pergi dari hadapan Mocito. Begitu juga Mocito, ia langsung meninggalkan gadis gadis disana dan menuju ke tempat Silvya dibawa. Tempat yang dimaksud adalah kamar pribadi Mocito.
Neil meminta Silvya masuk sendirian. Dan pria tersebut pun langsung pergi. Silvya menyeringai, di sana memang tidak ada pengawal sama sekali namun ada beberapa cctv. Pengawalan ketat ada di lorong menuju kamar dan beberpaa di depan kamar.
" Hay Ge… kau bisa mendengarku?"
" Ya Q… "
" Urus cctvnya. Minta Ben melakukannya."
Cukup 5 menit, cctv yang ada di kamar itu telah dimatikan oleh Ben. Silvya berjalan memutari kamar. Benar saja disana ada beberapa alat yang mungkin digunakan si Mocito untuk menyiksa wanita wanita yang ia tiduri. Cambuk, borgol, tali dan beberapa benda lain.
Ceklek…
Mocito memasuki kamar dengan gelas dan botol anggur di tangannya. Tatapan mata lapar dan penuh hasrat seperti hendak menerkam Silvya.
" Uuh… baby… kau begitu seksi dan menggoda."
" Tu-tuan… sa-saya … "
" Jangan takut sayang, aku akan bersikap lembut padamu. Jika kau bisa memuaskanku aku akan menjadikanmu ratu di sini."
Silvya menyeringai, seringai yang tidak bisa dilihat oleh Mocito. Mocito mendekatkan dirinya ke Silvya, ia menaruh gelas dan botol anggur di meja lalu membuka topeng yang masih melekat di wajah Silvya.
" Kau sangat cantik sayang ku. Aku tak sabar memakanmu."
Tangan Mocito hendak meraba paha Silvya namun sedetik kemudian tangan itu sudah dipelintir oleh Silvya, ia menguncinya lalu mengambil borgol dan klik… tangan Mocito sudah terborgol dengan rapi.
" Brengsek… Siapa kau, berani beraninya kau melakukan ini padaku."
" Tck.. Tck… tck… tenang aku hanya ingin bermain seperti kau bermain."
Silvya mengambil pisau dari balik pahanya ia lalu merobek baju dan celana Mocito menyisakan pakaian dalamnya saja. Silvya mengambil cambuk dan syut….plak… akh….. Mocito berteriak kesakita saat cambuk itu mendarat di kulit tubuhnya.
" Sayang… apakah sakit hmm…"
Silvya mengusap wajah Mocito dengan sebuah pisau. Pria itu bergidik ngeri, ia melihat sorot kekejaman di mata Silvya.
" Se-sebenarnya si-siapa k-kau?"
" Hahahah… aku. Kau bertanya siapa aku… aku adalah Dewi Kematianmu!"
TBC
teo pa ya