Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran pertama
"Sa-saya..."
"Kamu maling, kan?" tuduh perempuan berbadan subur itu.
Sepertinya, dia salah satu penghuni di perumahan tersebut.
"Ma..."
Baru hendak berteriak, Kalila sudah lebih dulu membungkam mulut perempuan paruh baya itu dengan telapak tangannya.
Dia menggeleng. Memberi isyarat agar perempuan paruh baya itu tidak berteriak.
"Tolong jangan teriak, Bu! Saya ke sini hanya ingin memergoki suami saya yang sedang selingkuh," ujar Kalila berbisik.
Perempuan paruh baya itu pun menganggukkan kepalanya. Otomatis, Kalila juga ikut melepaskan bekapannya dari mulut Ibu-ibu itu.
"Memangnya, suami kamu siapa?"
"Mas Firman," jawab Kalila.
"Mas Firman kan, calon suaminya si Lia. Masa' sih, dia sudah punya istri?'
"Saya benar istrinya Mas Firman, Bu. Saya bahkan tidak menyangka kalau suami saya mampu mengkhianati saya seperti ini."
Kalila memasang tampang sesedih mungkin. Ia bahkan meneteskan air mata didepan Ibu-Ibu itu.
"Nama Mbak, siapa?" tanya Ibu tersebut pada Kalila.
"Saya Kalila, Bu. Kalau Ibu?"
"Saya Bu Tuti. Rumah saya yang didepan itu," jawab Bu Tuti sambil menunjuk rumah yang berhadapan dengan rumah milik si pelakor sedang berbuat tak senonoh dengan suami Kalila didalam sana.
'Ah!!'
"Suara apa itu?" Bu Tuti bertanya dengan ekspresi kaget.
"Suami saya dan perempuan itu..." Kalila tak mampu meneruskan kalimatnya. Dia memberi celah kepada perempuan paruh baya tadi agar melihat sendiri.
"Astaghfirullah!! Berani-beraninya mereka mesum di daerah kami!' geram perempuan Bu Tuti dengan wajah memerah.
Suara nyaring televisi yang dinyalakan Lia membuat suara Kalila dan Bu Tuti tak dapat didengar olehnya dan Firman. Karena terlalu larut dalam kubangan dosa, keduanya benar-benar tak sadar bahwa aksi mereka kini tengah jadi tontonan.
"Tolong panggil warga, Bu! Kita grebek mereka!"
"Oke. Ide bagus, Mbak! Saya setuju!"
Bu Tuti pun lekas memanggil warga untuk melakukan penggerebekan. Sementara, Kalila tersenyum samar menantikan momen saat suaminya dipermalukan oleh banyak orang.
Mungkin, sakitnya memang tak akan berkurang. Tapi, setidaknya Firman dan perempuan murahan itu bisa merasakan hukuman yang cukup setimpal atas perbuatan mereka.
"Huss!! Kalian jangan ribut! Nanti, Mbak Lia sama Mas Firman malah kabur lewat pintu belakang!" kata perempuan paruh baya berbadan subur tersebut.
Sementara itu, Kalila memutuskan untuk sedikit menjauh. Ia berusaha untuk menata hati. Keputusan besar yang ia ambil hari ini, akan membuat hidupnya menjadi berputar seratus delapan puluh derajat.
Kalila tahu, tak akan pernah ada jalan untuk kembali. Semuanya mungkin akan usai hari ini juga.
Bahteranya sudah tenggelam. Tak ada yang dapat diselamatkan selain reruntuhan hati Kalila yang masih coba untuk diselamatkan.
"Bin@tang! Beraninya kalian berbuat mesum di komplek sini!"
Sepasang manusia yang sedang diperbudak nafsu itu terperanjat kaget saat warga masuk dan memergoki aksi mereka.
"Apa-apaan ini? Ka-kami... kami bisa jelaskan!" kata Firman panik.
Ia berusaha meraih celananya. Memasang benda itu dengan terburu-buru untuk menutupi tubuh bagian bawahnya yang semula terekspos sempurna.
Sementara, Lia si perempuan penggoda suami orang tersebut turut meraih dress seksinya. Memakai benda tipis itu dengan cepat tanpa sempat mengenakan pakaian dalamnya kembali.
Bugh!
Satu pukulan hinggap di pipi Firman. Sementara, Lia pun tak bisa kabur dari amukan emak-emak yang kepalang emosi melihat tingkahnya.
"Lebih baik mereka kita arak saja keliling komplek! Setelah itu, kita nikahkan mereka lalu kita usir dari komplek ini!"
"Ya, setuju!"
"Ja-jangan, Pak! Kami mohon!" pinta Firman memelas.
"Mas, tolong... aku nggak mau diarak! Apa kata keluargaku nanti, Mas?" pekik Lia ketakutan.
"Halah! Sekarang, kalian nangis-nangis! Tapi, saat berbuat zina tadi, kalian malah ketawa-ketawa! Dasar nggak punya malu!" hardik warga lagi.
"Heh! Perempuan g*tal! Apa tidak ada tempat lain yang bisa kamu tempati untuk menjajakan apem gratis kamu? Kenapa harus di komplek ini, hah? Kamu sengaja ya, mau bikin kami ikut ketiban sial gara-gara dosa kamu? Iya?" cetus seorang Ibu-ibu dengan penuh emosi.
"Ampun, Bu! Sa-saya khilaf! Saya minta maaf!" ucap Lia dengan kepala tertunduk.
"Betul, Bu! Ta-tadi kami benar-benar khilaf!" imbuh Firman. "Lagi pula, kami sebentar lagi juga akan menikah. Ja-jadi..."
"Nikah karena selingkuh aja, bangga! Memangnya, sudah dapat izin dari istri sah untuk menikah lagi, Mas Firman?" celetuk Bu Tuti yang tadi melaporkan aksi mesum Firman dan Lia pada warga lain.
"Saya belum pernah menikah, Bu! Saya single!" aku Firman berbohong.
Kalila yang mendengar itu pun terasa bagai disayat-sayat. Ia tersenyum miris. Merutuki kebodohan diri karena telah salah melabuhkan cinta.
"Kalau Mas Firman single, terus... perempuan itu, siapa?"
Telunjuk perempuan paruh baya berbadan subur itu terarah lurus kepada Kalila yang berdiri di ambang pintu. Wanita berkulit putih bersih itu tampak mengusap air matanya.
Ia bersumpah! Ini akan menjadi kali terakhir dirinya menjatuhkan air mata karena Firman.
"Ka-Kalila..." lirih Firman terbata. Ia tak menyangka, wanita yang selama lima tahun ini telah mendampinginya itu akan berada di sana dan menyaksikan kondisinya yang benar-benar memalukan.
"Ke-kenapa kamu ada di sini, Sayang?" tanya Firman.
"Memangnya, kenapa kalau aku ada di sini, Mas? Nggak boleh?" balas Kalila.
"Siapa dia, Mas?" tanya Lia. "Apa dia Kalila, istri yang kata kamu burik, bau dan jelek itu?"
Nyes!
Kata-kata itu bagai anak panah yang melesat dan menikam jantung Kalila tepat sasaran. Jadi, selama ini Firman selalu menjelek-jelekkan dirinya didepan perempuan gatal itu?
Sungguh! Kalila benar-benar ingin mengumpati dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia! Betapa tolol hatinya yang lebih memilih mengikuti perasaan ketimbang logika.
"Heh! Pantas Mas Firman selingkuh sama aku! Ternyata, penampilan Mbak Kalila memang sangat buruk. Lelaki mana yang selera melihat perempuan spek babu macam kamu, Mbak?" ejek Lia.
Plak!
Seseorang tiba-tiba menampar mulut Lia dengan keras.
"Diam, kamu! Berani-beraninya, kamu mengatakan hal sekejam itu terhadap istri sah selingkuhan kamu!" ucap seseorang dengan penuh emosi.
"Ayo, kita arak mereka sekarang!" teriak yang lain.
"Jangan! Saya mohon, jangan!" pinta Firman dengan panik. "Sayang... Kalila! Tolong Mas, Sayang! Jangan biarkan Mas diarak keliling komplek! Nanti, apa kata orang-orang, Sayang? Nama baik Mas dan toko meubel kita pasti akan tercemar," ia berusaha untuk membujuk sang istri agar sudi menolongnya.
Kalila berjalan pelan mendekati sang suami. Bibirnya yang pucat tampak menyunggingkan senyum yang begitu sinis.
Plak!
Satu tamparan sangat keras seketika berlabuh di pipi Firman. Kalila merasa kebodohannya harus ia akhiri sampai di sini saja.
"Kamu berani tampar Mas, Kalila?" tanya Firman seolah tak percaya.
"Ya, aku berani," jawab Kalila. "Bagaimana rasanya? Sakit kah?"
"Jangan kurang ajar, Kalila!" hardik Firman termakan emosi.
Sayangnya, lelaki itu tak bisa berbuat apa-apa. Para warga yang memeganginya tak mungkin membiarkan Firman membalas perbuatan yang dilakukan Kalila barusan.
"Eh, perempuan burik! Berani-beraninya kamu menampar Mas Firman, hah? Kamu mau langsung dicerai?" Lia, si perempuan gatal juga ikut berseru keberatan. Tak terima, ATM berjalannya dipukul begitu saja.
Plak!
Kali ini, justru dirinyalah yang mendapatkan tamparan keras. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.
"Sakit. Hentikan!" teriak Lia.
"Makanya, berhenti berbicara buruk mengenai aku!" ucap Kalila dengan penuh penekanan. "Perempuan murahan yang apemnya mudah ditusuk gratis oleh banyak lelaki, tidak pantas berkomentar apapun tentang kekurangan perempuan lain. Paham?" Ia sengaja mencengkram dagu Lia kuat-kuat sebelum menghempaskannya dengan keras.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu! Silakan arak mereka, sekarang!" lanjut Kalila sambil melangkah mundur setelah memberi pelajaran pertama untuk sepasang manusia berotak binatang itu.
"Tidak! Jangan Kalila!" geleng Firman dengan panik. "Tolong hentikan mereka! Mas tidak mau dipermalukan seperti ini! Kalila!" teriak Firman yang sudah digelandang keluar bersama dengan pasangan mesumnya.
Tes!
Setitik air mata kembali terjatuh. Kalila gegas menghapusnya kemudian tertawa kecil.
"Kenapa harus menangis lagi? Apa aku sedang sakit hati atau sedang menyesali kebodohan selama bertahun-tahun?"
Syukurlah yang akan membeli Kalila sendiri. pethiasan yang untuk modal usaha Firman ditagih sekalian,
Dia penjaja tubuh, dan modal rayuan harus bisa Firman, kamu ngerasa kan tak ada campur tangan Kalila kamu tidak bisa apa- apa, dan buka siapa- siapa. Nikmati saja toh itu pilihanmu, dulu miskin kembali miskin, pas kan. Itu tepat bagimu yg tak bisa bersyukur dan lupa kau jadi kaya darimana