Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 05
TATAPAN SEORANG PEMBURU
Lampu ruangan meredup saat Almo dan para tamu VIP undangan lainnya juga sudah datang. Tak satu orang saja yang menyambut sekaligus menyapa Almo Da Costa, hampir semua tamu undangan akan bersalaman dengan pria itu.
“Saya sangat menyukai pertunjukan pole dancer!” ucap salah tamu yang berbisik di sebelah Almo duduk.
Pria itu hanya menyeringai kecil, hingga sebuah lampu khusus pun memperlihatkan beberapa penari tiang yang sudah berdiri di panggung, dan salah satunya adalah Biel.
Sungguh, mereka semua terlihat seksi dengan pakaian yang hampir terbuka dengan sebuah topeng mata yang menambah kesan menarik. Tak berselang lama, beberapa pelayan pun masuk dengan membawa nampan minuman sesuai perintah.
“This is so amazing!!!” ucap salah satu pria paruh baya yang benar-benar menikmati pertunjukan malam ini. Para pelayan di sana pun mengenakan dress hitam di atas lutut dengan bagian dada berlubang hingga memperlihatkan belahan dada.
Luna dengan rambut pendek tergerai, wanita itu sangat tidak nyaman, meski dia memakai topeng warna hitam, tetap saja para pria itu melihatnya.
Luna yang meletakkan botol minuman pun langsung disentuh tangannya oleh salah satu pria bermata biru. Dengan cepat wanita itu langsung pergi dan berbaris ke tempatnya bersama yang lain.
Karena lampu di sana masih redup, hingga pertunjukan dimulai, Luna melirik ke arah para tamu dan melihat satu diantara mereka yang paling mencolok. Deg! -‘Pria itu.... ’
Bibir Luna sedikit terbuka saat napasnya mulai tak karuan. Melihat keberadaan Almo yang saat ini duduk santai dikalangan pria kaya, dengan setelan jas hitamnya.
(“I love your moans! (Aku menyukai desahanmu)! I love our fuck you (Aku suka bercinta denganmu)!”)
Luna mengingat bagaimana pria itu melontarkan kata-kata yang menjijikan. Paksaan yang dilakukan walaupun tanpa kekerasan, tetap saja dia sudah memperkosanya.
Menyadari dipandang oleh seseorang. Almo melirik ke arah para pelayan yang berdiri sejajar hingga Luna langsung berpaling ke arah Biel yang masih sibuk menari seksi di tiang bersama rekannya yang lain.
Suara sorak dan kegirangan para tamu membuat keadaan di sana semakin hot. Berbeda dengan dua orang yang tengah terikat batinnya.
“Tuan Almo! Boleh aku tahu siapa penari yang memakai pakaian putih itu?!” tanya salah satu tamu yang tertarik dengan Biel.
“I don't know. Tapi kau bisa bertanya kepada manager di sini.” Balas Almo.
Di saat para tamu lainnya sibuk memperhatikan para penari seksi tadi. Almo malah sibuk memperhatikan salah satu pelayan dengan rambut pendek yang seolah-olah menghindari kontak matanya dengan sengaja.
Tatapan tajam Almo benar-benar membuat jantung Luna berdegup. -‘Aku harap dia tidak mengenaliku.’ Batinnya benar-benar berharap.
Kedua tangan Luna meremas ujung dress yang dia pakai. Tak sesekali dia mencoba mencuri pandang untuk sekedar memeriksa apakah pria itu sudah berpaling? Namun kenyataannya tidak.
“You!” tunjuk Almo ke arah Luna hingga wanita itu terkejut setengah mati.
Sementara para pelayan lainnya tetap berdiri tegap tanpa berani bergerak. Karena manager sempat bilang, kalau bos pemilik club' sangatlah mengerikan dan sangat membenci kesalahan dan kecerobohan.
“Dia memanggilmu.” Bisik salah satu pelayan kepada Luna.
Wanita itu menarik napas dalam-dalam sembari menutup matanya. Dia berjalan tenang ke arah Almo duduk hingga beberapa tamu di sana pun ikut memperhatikannya dengan mata telanjang mereka.
Biel yang melenggak-lenggok kan tubuhnya, dia terkejut saat melihat bos pemilik club' memanggil temannya. -‘Oh, tidak! Luna...’
“Pour the drink. (Tuangkan minumannya).” Pinta Almo dengan suara beratnya sembari memperhatikan lekat wanita dengan bibir merah dan tipis. Sorot mata tenang namun tegas dan gugup.
Almo berkerut alis saat dia mencoba mengingatnya.
Saat Luna berlutut dan hendak menuangkan minuman. “Siapa yang menyuruhmu berlutut?”
Wanita itu menatap Almo dengan bingung, sedangkan pria itu masih penasaran dengan pelayan di depannya saat ini. “Berdiri dan tuangkan minumannya.” Pintanya yang sungguh membuat Luna terhina.
Begini kah para pria hidung belang kaya raya memperlakukan pelayan club. Luna sedikit ragu hingga dadanya naik turun,
“Why?” suara berat nan serak itu kembali mengalun.
Tak ada jawaban, Luna segera menuangkan minuman wine di gelas yang tergeletak di atas meja, dan kalian pasti tahu bagaimana Luna harus sedikit membungkuk agar bisa menuangkan wine tersebut ke gelas tanpa berceceran.
Namun, dia harus menahan malu karena belahan dadanya terlihat. Sebisa mungkin wanita itu bersikap tenang meski ia begitu tak setenang yang ia inginkan.
Almo memerhatikan nya, kalian juga harus tahu, Almo Da Costa— pria itu sangat mengenali apapun yang pernah berhubungan dengannya, bukan tentang seks saja, melainkan yang lainnya juga.
Setelah selesai menuangkan, Luna pamit pergi namun dia tak melontarkan sedikit kata-kata karena dia takut Almo mengenali suaranya.
“Bergabunglah di sini. Duduklah di sebelah mu, pelayan!” pinta pria yang duduk di sebelah Almo.
pria tak menunjukkan reaksinya, hanya menatap lekat dengan pikirannya sendiri.
Luna menggeleng dengan sedikit tertunduk.
Hendak marah karena ta terima dengan penolakan itu, Almo yang berada di sebelah tamunya tadi, langsung membuka suara. “Itu peraturan di sini, jika kau ingin bermain dengan pelayan, maka lakukanlah di luar di ruangan lain.” Jelas Almo yang berhasil membuat tamunya bungkam.
Ya! Tak ada yang berani melawan pria itu jika ingin selamat.
Luna segera kembali ke tempatnya dengan lega, meski dia ingin segera keluar dari ruang itu.
-‘Syukurlah!’ batin Biel yang kembali fokus.
Tak berselang lama, Almo tiba-tiba beranjak dari duduknya dan keluar ruangan dengan langkah panjangnya. Sungguh, Luna melihatnya seperti seseorang yang berbeda kasta saat pria itu memperkosanya dulu.
.
.
.
“Tuan Almo! Ke-kenapa Anda keluar? Apakah Anda kurang nyaman??” tanya Denzel si manager bencong yang panik sendiri melihat bosnya keluar dengan tatapan tegas.
“Setelah pertunjukan selesai, kau panggil para pelayan yang ada di dalam sana. Suruh mereka datang ke ruangan ku.” Pinta Almo.
“Se-semuanya Tuan??!”
Almo menatap tajam dengan kerutan di kedua alis tebalnya hingga Denzel langsung terdiam dan tertunduk. “Sesuai keinginan mu, Tuan Almo!” ucapnya.
Setelah mengatakannya, Almo kembali masuk ke ruangan dan duduk di kursinya menatap ke arah pertunjukan. Kini para penari sudah turun dan menari tepat di depan para tamu dengan sesekali membelai wajah mereka penuh godaan.
Saat salah satu penari hendak mendekati Almo. Pria itu menolaknya karena dia masih menatap ke arah pelayan bernama Luna yang kini hanya menatap lurus.
Almo meraih gelasnya, meneguknya tanpa memalingkan pandangannya ke arah Luna. Sungguh, dia seperti mengenalnya, tapi ia masih tak yakin apakah tebakannya benar?
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung