TAMAT
.
Kisah Kaisar yang hidup dalam keluarga yang tidak utuh, Ayahnya menceraikan sang Ibu dan lebih memilih cinta pertamanya semasa muda dulu.
Sang Ibu terpaksa meninggalkan Kaisar karena ancaman suaminya sendiri, ia pergi membawa bayi perempuan yang masih berada diperutnya dan terlahir dengan nama Keiina yang tidak diketehaui keberadaannya oleh suaminya.
Kaisar tumbuh menjadi anak yang penuh dengan dendam dan sangat membenci sang Ayah juga istri yang sudah merebut posisi ibunya, di masa depan ia mencari keberadaan sang ibu dan adik yang belum pernah ia temui.
Apa yang terjadi dengan hubungan Kakak beradik antara Kaisar dan Keiina?
Akankah mereka saling mengenali saat bertemu untuk pertama kalinya?
Bagaimana saat cinta menghampiri Kaisar maupun Keiina, akankah pengkhiatan sang Ayah membuat mereka trauma dan membatasi diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
"Kai, kamu baru pulang. Apa mau langsung ke kantor?" Tanya Anhar pada akhirnya.
Kaisar menatap Anhar dengan tatapan penuh kebencian. "Tentu saja, bukankah aku pewaris resmi keluarga Wiguna. Aku akan langsung mengambil alih semuanya. Kau bisa pensiun lebih cepat." Kata Kaisar yang entah sejak kapan tidak memanggil Anhar dengan sebutan Papa.
"Kai, sopanlah sedikit pada Papa mu." Akhirnya Riska berani bersuara karena menahan kesalnya sedari tadi.
Kaisar tersenyum sinis, "Suamimu tak pantas menyandang gelar Papa, dia lebih pantas disebut pria kejam yang membuang istrinya sendiri demi wanita murahan sepertimu."
"KAISAR!!" Bentak Anhar.
"Kenapa?" Kaisar tersenyum sinis, "Kau tidak terima wanitamu kusebut murahan?" Tanyanya mengintimidasi. "Kalau tidak terima, bawa saja wanitamu keluar dari rumah ini, aku akan memberikanmu sebuah rumah dan tabungan deposito yang cukup untuk masa tua kalian." Ucapnya lagi.
"Kaisar." Lirih Anhar. Anhar mengingat perlakuannya dulu pada Adelia yang memperlakukannya kejam tanpa memikirkan perasaannya.
"Kenapa?" Kaisar mendekat ke arah Anhar. "Apa kau merasa ingat dengan perbuatanmu dulu pada Mama ku, Hem?" Kaisar pergi berlalu begitu saja menuju kamarnya. Pak Pur mengikuti langkah Kaisar menuju tangga.
Namun di tengah tengah tangga, Kaisar berpapasan dengan Reno. "Sejak kapan orang asing berada di rumahku?" Tanya Kaisar dengan murka.
"Maaf Tuan muda. Saya tidak bisa mencegah perintah Tuan besar Anhar." Jawab Pak Pur.
Kaisar kembali turun dan berhadapan dengan Anhar. "Mamaku kau suruh keluar dari rumah ini padahal aku anaknya ada di sini. Dan Kau membawa wanitamu masuk lalu kau bawa juga dengan anaknya, Hah?" Kesal Kaisar.
"Kai..!!" Teriak Anhar tak terima.
"Suruh anak dari wanitamu itu keluar, atau kau dan wanitamu ku usir juga dari rumah ini!!" Tegas Kaisar dengan nada meninggi.
"Kaisar..." Anhar benar benar tidak mengenali putranya yang menjadi semakin kejam.
"Aku bukan lagi Kaisar kecil yang bisa kalian bodohi." Desis Kaisar.
"Suruh anak wanitamu keluar dari rumahku, atau aku akan mengusir kalian malam ini juga!!" Kata Kaisar.
"Mas, kalau Reno keluar, aku juga akan keluar dari sini." Kata Riska merajuk.
"Diamlah, Riska!!" Bentak Anhar.
Kaisar pergi meninggalkan Anhar dan segera masuk ke dalam kamarnya.
"Tidak bisa seperti ini, Mas." Kata Riska.
"Bu, aku harus kemana?" Tanya Reno.
"Sudah ku bilang dari awal, anakmu bukan tanggung jawabku." Kata Anhar mengingatkan. Lalu Anhar melihat ke arah Reno. "Kau sudah dewasa bahkan umurmu di atas Kaisar, pergilah dari rumah ini, jangan memperkeruh suasana." Ucapnya lagi.
"Pak Yoda, siapkan rapat direksi besok sesuai perintah putraku." Kata Anhar lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Di dalam kamar, Nina menceritakan semua kejadian di rumah ini selama Mutia dan Kaisar berada di luar negri.
"Nina, temui Kaisar, dia pasti lelah karna keributan yang terjadi barusan." Kata Mutia yang mendengar keributan dari dalam kamarnya.
"Baik Nyonya Oma." Jawab Nina.
Nina segera keluar dari kamar Mutia dan menuju kamar Kaisar.
"Tuan muda Kai." Panggil Nina yang langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
Kaisar yang sedang duduk menopang kepala dengan kedua tangannya langsung mendongak.
"Mbakk." Kaisar berdiri dan memeluk Nina.
"Aku kangen, Mbak." Kaisar memeluk erat pengasuhnya itu.
"Tuan muda sudah besar. Tampan lagi." Kata Nina menggoda.
Kaisar melepaskan pelukannya. "Benarkah aku tampan?" Tanya Kaisar.
Nina mengangguk. "Tapi jangan galak galak. Mbak hampir jantungan tadi."
Kaisar tertawa, memang hanya pada Nina lah Kaisar bersikap ramah layaknya pada seorang kakak jika mereka sedang berdua atau di depan Mutia sekalipun.
"Dimana keponakanku?" Tanya Kaisar yang menanyakan keberadaan kedua anak Nina.
"Ya di kampung. Sekolah disana." Jawab Nina.
Kaisar mengangguk. "Terimakasih sudah mau tetap tinggal di sini mbak."
Nina tersenyum. "Sekarang jangan cengeng lagi, smoga Nyonya Adelia cepat ketemu." kata Nina dengan tulus.
Kaisar mengangguk.
"Selamat ulang tahun." Ucap Nina pada Kaisar.
Kaisar menghela nafas, "20 tahun sudah aku tak merasakan ulang tahun tanpa Mama, apa menurut mu Mama mengingat hari ulang tahunku?" Tanya Kaisar yang kini duduk di sofa.
"Nyonya Adelia pasti slalu mengingat Tuan muda. Mungkin dalam hidupnya, tidak pernah sedetikpun ia tidak mengingat Tuan muda Key." kata Nina menirukan Ryu memanggil Kai dengan Key.
Kaisar mengangguk. "Besok aku akan mulai bertindak untuk mencari Mama."
"Sudah ada petunjuk?" Tanya Nina ingin tahu.
"Belum, Mbak. Rekening terakhir milik Mama sudah tidak aktif dan tidak bisa di lacak di tempat mana mama berada." Kata Kaisar lesu.
"Sabarlah Tuan muda. Tuhan tidak pernah tidur. Pasti suatu saat Tuan muda akan bertemu dengan Nyonya Adelia kembali." Nina slalu saja bisa menenangkan Kaisar.
**
Keesokan harinya, Nina sudah mempersiapkan segala kebutuhan Kaisar.
"Harusnya Tuan muda sudah memiliki kekasih dan menikah agar ada yang mengurusimu." Ucap Nina sambil merapihkan dasi Kaisar.
"Mbak Nina sudah bosan menjadi pengasuhku?" Tanya Kaisar menyelidik.
"Tuan muda bukan lagi anak-anak. Harusnya aku menjadi pengasuh anaknya Tuan muda." Ucap Nina dan membuat Kaisar tertawa.
"Mbak Nina memang yang terbaik, tunggu sampai aku menemukan Mama, baru aku akan memikirkan pernikahan." Kata Kaisar dengan tersenyum hangat.
Kaisar turun ke lantai bawah dan diikuti oleh Nina juga Pak Pur. Kaisar langsung menuju kamar sang Nenek untuk menjemputnya sarapan bersama. Terlihat sekali betapa hangat dan lembutnya Kaisar memperlakukan Mutia, hal itu membuat hati Anhar terasa tercubit karna putra satu satunya itu mengabaikannya dan lebih terlihat memusuhi dirinya.
"Sudah nyaman duduknya, Oma?" Tanya Kaisar saat menarik kursi untuk Mutia.
"Sudah, Sayang. Terimakasih." Jawab Mutia.
Nina mengambilkan pastry dan soup krim untuk Mutia, kemudian beralih melayani Kaisar.
"Terimakasih, Mbak." Ucap Kaisar ramah.
Lagi lagi Anhar menghela nafas kecewanya, bahkan dengan pelayannya saja Kaisar bisa bersikap ramah.
"Mbak Nina." Panggil Kaisar.
"Iya Tuan Muda." Jawabnya.
"Tolong jaga Oma, tidak ada yang boleh mendekati Oma saat saya sedang tidak ada. Dan pastikan hanya Mbak Nina yang mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan dan makanan Oma." Titah Kaisar.
"Baik Tuan Muda." Jawab Nina.
"Pak Pur." Panggil Kaisar.
"Iya Tuan muda."
"Mulai hari ini, siapapun tamu yang berkunjung harus melapor padaku. Jika ada orang asing yang datang bahkan sampai menginap tanpa seijinku, langsung panggil security dan seret keluar." Titahnya lagi.
"Baik Tuan muda."
"Dan satu hal lagi, segala urusan rumah tangga, Pak Pur ambil alih." Kata Kaisar tegas.
Riska yang mendengarnya segera berdiri. "Apa apaan kamu, Kai? Urusan rumah tangga itu tanggung jawabku!"
Kaisar tersenyum mengejek. "Tanggung jawabmu kau bilang? Tanggung Jawabmu hanya melayani suamimu diatas ranjang, bukan mencampuri urusan keluarga Wiguna termasuk segala kebutuhan rumah ini."
Riska mengepalkan tangannya.
"Sudah cukup, Riska!!" Sahut Anhar.
Riska menatap Anhar dengan kilatan marah. "Ini semua karna kamu, Mas. Kamu tidak membelaku padahal anakmu juga tidak menganggapmu."
"Hentikan, Riska!!" Bentak Anhar lalu berdiri dari duduknya dan menatap Kaisar.
"Kai, bisa Papa bicara denganmu?" Tanya Anhar memohon.
"Waktuku sangat berharga, buatlah janji dengan asistenku atau dengan Pak Pur jika ingin bicara denganku." Balas Kaisar.
Kaisar lalu mengajak Mutia untuk berdiri dan menuju teras rumah.
"Oma, aku berangkat dulu." Kata Kaisar dengan lembut.
"Kai, semoga hari ini berjalan dengan baik." Doa Mutia setulus mungkin.
Kaisar mencium kening Mutia, "Doakan Kai agar bisa secepatnya menemukan Mama dan Adik Kai." Ucapnya berbisik ditelinga Mutia.
Mutia mengusap kepala Kaisar, "Oma slalu mendoakanmu.
...****************...