Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGAKUAN ROMEO
Romeo meninggalkan kamar ibunya lalu masuk kedalam kamarnya. Membuka almari dan mengemasi barang barang. Bu Risa yang mengikuti Romeo kaget melihat apa yang dilakukan putranya itu. Segera dia hentikan Romeo yang memasukkan barang barangnya kedalam koper yang ada diatas ranjang.
"Apa apaan ini Meo?" Bu Risa menangis sambil memegangi tangan Remeo agar tak melanjutkan berkemas.
"Maaf Bu, Romeo tetap akan menikahi Rere. Setelah itu Romeo akan membawa Rere ke Jepang. Kami akan hidup disana."
Bu Risa menggeleng dengan air mata yang terus bercucuran. "Kenapa kau jadi seperti ini Meo, kenapa?" Bu Risa memukuli lengan Romeo. Bingung dengan perilaku putranya yang tiba tiba berubah. Romeo memanglah seorang pembangkang sejak kecil, tapi itu hanya dia lakukan pada ayahnya, tidak pada ibunya.
"Hanya karena Rere, kamu tega menyakiti hati ibu Nak. Hati ibu yang telah melahirkanmu." Bu risa menepuk nepuk dadanya yang terasa sesak.
Cairan bening mengalir dari sudut mat Romeo. Sekarang bertambah lagi korbannya, bukan hanya Rere, tapi dia juga telah menyakiti hati ibunya. Wanita yang sampai detik ini paling dicintai oleh Romeo.
Romeo memeluk ibunya, mendekap wanita paruh baya sambil terus mengucapkan kata maaf.
"Ibu yakin bukan hanya kasihan yang mendasarimu ingin menikahi Rere. Beri tahu ibu apa alasannya Romeo, apa? Apa alasannya kau bersikeras ingin menikahi wanita yang sudah ketahuan hamil?"
Bu Risa tak bisa percaya jika keadaan rumit ini menimpa keluarganya. Belum selesai dia bersedih karena memikirkan Haikal yang batal menikah, sekarang ditambah lagi masalah Romeo yang ngebet ingin menikahi Rere.
"Rere hamil anakku Bu."
Deg
Bu Risa reflek melepaskan diri dari pelukan Romeo. Menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangan sambil menggeleng tak percaya. Apa maksud Romeo? Masalah baru apalagi ini?
"Romeo yang telah memperkosa Rere Bu."
Tubuh Bu Risa langsung terasa lemas. Dia memegangi pinggiran ranjang lalu mendudukkan tubuhnya yang disana. Tubuhnya bergetar habat. Rasanya seperti tersambar petir mengetahui jika putra yang selalu dia banggakan, tak lebih dari seorang pria biadap, pemerkosa.
"Maafkan Romeo Bu, maaf." Romeo bersimpuh dibawah kaki ibunya. Menangis sambil mohon ampun pada wanita yang telah telah melahirkannya dan dia buat kecewa.
Bu Risa hanya diam, lidahnya terasa kelu. Kenyataan ini sulit sekali untuk dia terima.
Mendapati ibunya yang hanya diam dengan tatapan kosong dan tak ada lagi air mata yang mengalir dari sudut matanya, Romeo makin khawatir. Dia meletakkan telapak tangan Bu risa dipipinya.
"Pukul Bu, pukul Romeo. Marahlah padaku Bu. Tapi aku mohon, jangan diam seperti ini."
Bukannya memukul, tangan Bu Risa justru jatuh, lunglai saat Remeo melepaskannya. Dia merasa gagal menjadi seorang ibu.
"Kenapa kau menjadi seorang penjahat Nak?" Bu Risa menepuk nepuk dadanya. Sakit sekali disaat sesak seperti ini, air mata justru tak mau mengalir. Sejahat apapun orang tua, tak mungkin ada yang ingin anaknya menjadi seorang penjahat.
Romeo lalu menceritakan semua kejadian itu pada ibunya. Niat awalnya yang ingin balas dendam pada anak Diana yang ternyata dimanfaatkan oleh Gina. Tak ada yang dia tutup tutupi, termasuk Gina yang menyimpan bukti video pemerkosaan itu serta foto syur Rere.
"Maafkan Romeo Bu, maaf."
Bu Risa tak menyangka jika akar permasalahan ini berasal dari rumah tangganya. Ternyata keputusannya untuk mempertahankan rumah tangga adalah keputusan yang salah. Dia pikir dengan tidak bercerai, Romeo dan Haikal masih tetap bisa memiliki figur seorang ayah. Masih bisa hidup dan merasa memiliki keluarga yang lengkap meski ayahnya jarang pulang.
Tapi ternyata dia salah, Romeo justru memendam kebencian yang teramat besar pada ayahnya. Dia pikir tak apa dia hidup seperti di neraka bertahun tahun, asal anak anaknya tetap memiliki ayah dan bisa hidup senang tanpa perlu kekurangan materi. Masih bisa bersekolah hingga tinggi seperti anak anak yang lain. Dan lagi lagi itu salah. Romeo tak bahagia, Romeo menderita karena keputusannya itu.
Dengan kaki lemas, Bu Risa jalan terseok seok menuju kamarnya. Mengunci kamar dan menangis sejadi jadinya disana. Dia kembali terungat ucapan Romeo kecil.
"Bu, kenapa ibu diam saja saat ayah memukul ibu?" Saat itu, Romeo yang masih duduk dikelas 1 SMP, tak sengaja melihat pertengkaran kedua orang tuanya.
Saat itu, dia hanya diam saja. Tak tahu harus menjelaskan seperti apa.
Dia juga teringat kejadian saat suaminya datang dan langsung mengamuk.
"Mana Romeo, mana anak nakal itu?" Haris berteriak teriak memanggil Romeo sambil berjalan cepat menuju kamar anak bungsunya itu.
"Ada apa Mas?" Risa ikutan panik.
"Anak nakal itu baru saja bikin ulah. Dia datang kerumah Diana. Merusak barang barang disana dan mendorong anak Diana hingga dahinya terluka karena menatap tembok."
Risa syok mendengar penjelasan suaminya. Dia tak menyangka jika Romeo yang masih SPM bisa melakukan perbuatan seperti itu.
Mendapati Romeo ada didalam kamar, Haris yang emosi langsung melepas ikat pinggangnya untuk menyambuk Romeo.
"Ampun Ayah, ampun, sakit." Bocah SMP itu meringkuk sambil memohon ampun dan berteriak kesakitan. Bukannya berhenti, Haris terus saja melayangkan sabuknya. Risa yang berusaha menolongnya, didorong hingga membentur dinding.
"Hentikan Mas, hentikan, aku yang menyuruhnya melakukan itu." Demi menyelamatkan Remeo, Risa berpura pura mengakui kesalahan tersebut. Dan jadilah, dia yang menjadi bulan bulanan suaminya. Diseret kedalam kamar lalu dihajar.
Romeo, putranya itu masuk saat Haris keluar. Risa tak lagi bisa menyembunyikan lukanya. Romeo bisa melihat semengenaskan apa kondisi ibunya saat itu. Kebencian Romeo kian menumpuk pada ayahnya.
"Bu, jika ibu tidak kuat, perpisahlah. Romeo akan mencari uang untuk ibu, ibu jangan khawatir."
Risa mendekap Romeo sambil menangis pilu. "Jangan pikirkan apa apa Meo. Kamu hanya perlu sekolah, belajar yang pintar seperti kakakmu. Sekolah yang tinggi, jadi orang sukses, buat ibu bangga."
Ternyata dia salah. Hidup dalam kelurga lengkap tapi tak harmonis, justru merusak mental Romeo. Menumbuhkan bibit bibit kebencian yang kian lama kian menggunung.