Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 10 - Sedih Sekali Rasanya
"Dimana tas ku?" tanya Rilly pada Frans saat semua orang mulai berangsur keluar dari aula ini. Perkenalannya sudah selesai, Frans juga mengatakan pada semua anggota bahwa mereka wajib membantu Cathlen selama proses gadis itu berlatih.
1 bulan ini Cathlen harus jadi wanita yang tangguh, Liccik dan cerdas.
"Tas apa? saat kamu datang ke mansion ini, kamu hanya membawa tubbuh mu," balas Frans. Dia mulai berjalan keluar juga dan Rilly mengikuti.
Frans akan menunjukkan seisi ruangan yang ada di mansion ini.
Dan mendengar jawaban Frans itu Rilly seketika membuang nafasnya dengan berat, di dalam tas itu bukan hanya ada uang, tapi kartu-kartu penting, identitasnya dan ponsel.
Sekarang ini keluarganya pasti mulai mencemaskan dia dan hal itu sungguh membuat Rilly tidak tenang.
Bagaimana jika ada yang telepon dan nomor ku tidak aktif?
Ya Allah, hamba mohon, beri ketentraman di hati seluruh keluarga hamba. Aku baik-baik saja, aku akan cari jalan pulang sendiri. Aku mohon ya Allah, jangan buat mereka cemas. Diantara pikirannya yang kalut itu, Rilly pun terus mengikuti langkah kaki Frans, sampai akhirnya mereka tiba di dapur dan meja makan yang begitu panjang. Bahkan sampai ada dua meja.
Mansion ini sungguh luas. Hanya saja, semua perabot berwarna hitam dan abu-abu, sedikitpun tidak ada warna lain.
"Semua orang di mansion ini harus bisa masak, kamu tau? setidaknya jangan merepotkan orang lain untuk hidupmu sendiri," ucap Frans.
Rilly terdiam, karena sebenarnya dia memang tidak pernah bisa menciptakan sebuah makanan di dapur. Rilly tidak bisa masak.
Karena selama ini pun dia selalu acuh saat sang ibu mengajarinya.
"Kamu bisa masak kan?" tanya Frans pula, memastikan. Dan Rilly langsung menelan ludahnya dengan susah payah.
"Bisa," jawab Rilly singkat.
"Bagus, mungkin tadi aku mengantar makanan mu ke kamar. Tapi sekarang, makanan mu kamu sendiri yang siapkan," balas Frans.
Rilly lagi-lagi membuang nafasnya dengan kasar.
Cukup tercengang saat melihat Frans membuka lemari pendingin dan banyak sekali bahan makanan disana.
Memang, semua orang yang tinggal di mansion ini cukup banyak. Tapi Rilly hanya heran, dari mana mereka semua mendapatkan uang.
Mafia adalah jaringan kriminal. Rilly sampai tak sanggup membayangkan andai semua ini tersedia karena orang-orang membunnuh untuk mendapatkan uang.
"Boleh aku bertanya satu hal?" tanya Rilly, dia tak bisa acuh tentang hal ini.
"Apa? katakan?"
"Dari mana kalian mendapatkan uang? mansion ini pasti sangat mahal harganya, semua makanan ini juga tidak hanya menggunakan sedikit uang," tanya Rilly.
Dan Frans malah terkekeh mendengar pertanyaan itu.
"Seluruh keluarga pemilik mansion ini kami banttai, jadi sekarang mansion ini milik kita. Untuk makanan? tentu saja meramppok," balas Frans, bibirnya tersenyum menyeringai.
Dia sudah tidak sabar melihat Cathlen memegang pissau dan pisttol. Atau bahkan ikut beraksi bersama mereka.
Sementara Rilly seketika wajahnya berubah jadi pias. Sungguh tak menyangka jika dia akan hidup di tempat harram seperti ini.
Frans kembali berjalan dan Rilly mengikuti, sehabis dari dapur Frans mengajak Catlen menuju ruang berlatih 1, ruang bela diri.
Dan ternyata, Liam sudah menunggu di sana. Pria itu sudah bertekad akan jadi guru Cathlen secara langsung, secepatnya Cathlen harus bisa segera di kirim ke markas Zeon.
Sedangkan Frans malah langsung meninggalkan Cathlen sendiri bersama pria bermata elang itu.
Terpaksa Rilly menghadap sendirian, meski ketakutan kembali menyelip masuk ke dalam hatinya. Rilly masih ingat dengan jelas, bagaimana saat Liam mencambbuknya beberapa jam lalu.
"Ikat rambut mu, kita akan mulai berlatih sekarang juga," ucap Liam.
Mendengar kalimat itu, kedua mata Rilly seketika memerah, namun tidak ada air mata yang jatuh.
Punggungnya masih terasa sakit dan sekarang Liam memberinya perintah untuk berlatih.
Sedih sekali rasanya, begitu berat hal yang harus dia lalui.