Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Sang Mantan
"Dek aku minta maaf ya jika pertanyaanku membuat kamu marah...aku hanya mau tahu aja kamu ada masalah apa sampai ada visum" jelasnya
"Sudahlah kak ini tidak ada hubungannya juga sama kamu jadi kak Fai tidak usah tahu terlalu jauh" keluhku
"Aku begini karena AKU MASIH SAYANG kamu dek" jawabnya tegas
APAAAA?????? Arina dan astrid komentar bersamaan mendengar ucapan Faizal yang menurut mereka kok bisa ya????
"Kak Fai sadar dengan ucapan kakak? Itu tidak boleh kak" sahutku berusaha tetap tenang walau sebenarnya hati ini sudah tidak baik- baik saja.
"Aku sadar kok dek dan aku tidak bisa untuk bisa melepaskan rasa ini yang memang sudah ada di hati ini, sejak kita bersama hingga sekarang....yah aku tau ini tidak boleh tapi aku mau bilang apa perasaanku tidak bisa di larang" jawabnya dengan tegas
"Kalo memang kamu masih se sayang itu sama arina, kenapa kamu dulu tidak berjuang mempertahankan nya dan melawan orang tuamu, saat Arina dan keluarganya dihina dan dicaci, orang tuamu yang slalu mengagung- agungkan darah birunya, tapi malahan mengikuti kemauan mereka dengan menikahi model yang sok cantik itu padahal obralan sana sini" sahut Astrid dengan emosinya yang sudah di ubun- ubun.
"Astagfirullah....Astrid pelankan suaramu disini tempat umum semua orang melihat kita, dan barusan yang kamu tuduhkan ke istri kak Fai itu bisa jadi fitnah lho kalo itu tidak benar" tegurku ke Astrid
"Ya Allah kenapa masalah tidak ada habisnya sih....belum selesai dengan Ayahnya anak-anak ini ada lagi dengan sang mantan, tapi kok kak Fai tidak marah atau membela istrinya yang dituduhkan oleh Astrid barusan....ahhh itu bukan urusan aku kenapa juga aku harus memikirkannya, semakin ruwet saja dan aku semakin pusing dibuatnya" keluh Arina ke dirinya sendiri
" sudah ya ka Fai...Astrid....kita sudahi pembicaraan non faedah ini, aku tak mau timbul masalah baru hanya karena pembicaraan ini...dan kak Fai aku mohon hilangkan perasaan itu, atau kalo memang kakak tdk mau hilangkan setidaknya aku tidak ikut kebawa bawa, karena perasaan yang seharusnya sudah tidak boleh karena ada hati yang harus kita jaga kak."
"Ayok Rin....tidak usah basa basi lagi sama orang yang tidak punya pendirian kita masih banyak urusan setelah ini" ajak Astrid yang sudah terlihat sangat jengkel dengan ka Fai.
"Ya udah ayok kita jalan sekarang takutnya anak-anak mencariku...kami pamit duluan ya kak....Assalamu Alaikum" pamitku
"Idihhh kenapa juga kamu main pamit pamit segala ndak penting Rin" sewot Astrid tapi aku melirik ke Astrid dan memegang tangannya dan menggeleng menandakan kalo dia tidak boleh bicara begitu kepada orang ndak sopan.
Astrid berjalan duluan dengan cueknya tanpa melihat lagi ke kak Fai.
"Arina tunggu" kejar kak Fai sambil berlari mengejar ku yang sudah berjalan agak menjauh darinya
Arina dan Astrid berhenti setelah mendengar Faizal berteriak...
"Isssh kenapa lagi seh anak mami itu" gerutu astrid
"Iya kak ada apa lagi"sahutku
"Aku cuma mau pastikan kamu baik-baik saja kok, jadi kalo kamu ada masalah kamu bisa cerita kesaya, kali aja aku bisa bantu kamu dek" jelas Faizal yang masih penasaran dengan adanya hasil visum arina itu.
"Makasih kak Fai tapi aku baik- baik saja kok, dan kakak tidak usah terlalu memikirkan hal yang bukan urusan kakak, karena bisa jadi masalah dikemudian hari, dan aku tidak mau itu terjadi dan nantinya aku lagi yang disalahkan, apalagi kalo orang tua serta istri kakak tahu kakak dekat atau melihat kita berbicara seperti ini" sahutku
"Aku tak peduli dengan mereka sekarang Arina, dan aku juga tidak peduli lagi mereka masih mau anggap aku anak atau tidak...untuk urusan sama istriku aku rasa dia juga sudah tidak peduli sekarang ,dia sudah merasa sukses, dan tidak punya suami kok sekarang" jelasnya lagi dan hal itu sedikit buat aku berpikir kenapa kak Fai sampe berkata seperti itu,apakah dia ada masalah dengan keluarganya karena setahuku dia anak yang sangat patuh dan hormat kepada kedua orang tuanya.
"Itu mah urusan kamu sama keluargamu, bukan urusan Arina" sinis Astrid menjawabnya dan menatap kesana kearah Faizal.
"Aku ndak ngomong sama kamu ya Astrid, jadi ndak usah ikut campur urusanku ini bersama Arina" sahut kak fai kesal dan hal itu makin membuat Astrid semakin seperti orang kebakaran jenggot.
"Hah....kamu bilang apa anak mami???dengar ya bapak andi Faizal Rahman yang terhormat dan berdarah biru kalo sekarang urusan Arina Khumaira Putri juga sudah menjadi urusan Astrid Wulandari dan jika ada yang menyakiti atau pun membuat Arina sedih maka dia akan berhadapan dengan aku" jelasnya secara tegas dan penuh amarah
"Aduuhh Ya Allah kenapa seh ini kalian berdua kalo bertemu sudah seperti tom and jerry saja, aku jadi makin pusing liat kalian berdua...hufftt" sambil ku pijit keningku melihat kelakuan astrid dan kak fai
"Udah rin cuekin saja orang ini lebih baik kita pergi sekarang, karena kalo semakin diladeni semakin emosi aku dibuatnya"ajak astrid sambil menarik tanganku agak keras karena dia masih diliputi rasa emosi tingkat dewa kayaknya
"Aduh sakit As tanganku kamu tarik begini"protesku sambil berjalan disampingnya dengan tergesa-gesa
"Maaf abisnya aku jengkel sekali melihat anak mami itu, dia juga buat aku emosi deh"
"Emosi sih emosi As tapi kenapa aku yang jadi sasaran marahnya kamu"jelas ku sambil memegang tanganku yang memerah dan sakit akibat cengkraman astrid yang begitu keras.
"Sekali lagi maaf Arina sayang aku sudah menyakitimu, untuk tebus kesalahanku nanti aku traktir ya setelah dari supermaket gimana kamu setuju?" bujuknya sambil memelas kepadaku agar aku mau memaafkannya.
"Ndak perlu juga lah begitu aku ndak marah kok hanya kesakitan saja...tapi kalo mau traktir aku tak menolak rejeki lho ya...hehehehe" aku sambil tertawa menjelaskannya dan melihat bibir Astrid yang di monyong-monyong dan itu membuat wajahmu dia tampak lucu sekali.
"Okelah kalo begitu ayokk kita gas keun Arina cantik"dia menggodaku lagi.
Ditempat faizal berada tadi dia masih berdiri disana sambil menatap Arina dan Astrid yang sudah semakin menjauh darinya.
"Kamu lupa dek kalo aku seorang polisi, dan walau kamu tidak mau memberitahuku tentang apa yang kamu alami, aku akan menyelidiki nya sendiri dan aku pastikan kamu akan baik-baik saja kesayanganku Arina Khumaira Putri" monolog faizal sambil berjalan ke area parkir menuju ke mobilnya.
terutama suamimu biar tahu diri