My Bad Husband

Gorge menatap Thomas yang kini bertamu ke ruang kerjanya dengan alasan ingin melihat bagaimana keadaan Gorge. Yah, cara bicara Thomas benar-benar seperti orang yang perhatian, tapi tatapan matanya dan juga senyumnya yang begitu tak terbaca jelas membuat Gorge yakin dia sedang mencari tahun suatu sekarang ini.

" Gorge, aku akan mencarikan Dokter terbaik untuk memulihkan ingatanmu ya? Kau jangan memikirkan yang berat-berat dulu, aku akan membantumu sebisaku jadi jangan segan-segan memberitahu apa yang terjadi detail mungkin agar aku bisa membantu dan mencari tahu solusi terbaik untuk perusahaan keluarga kita ya? "

Ah, manis sekali bukan? Tapi sayangnya Gorge tahu benar jika ucapan semanis itu biasanya mengandung racun juga empedu yang sangat membahayakan. Gorge tentu saja tidak boleh menunjukan kalian dia kesal dan curiga, jadi memaksakan wajah kaku dan dinginnya itu tersenyum, seolah dia ingin menegaskan bahwa dia akan mengikuti saran dari Thomas.

" Aku tidak menyangka kalau aku punya kakak yang begitu baik. " Ucap Gorge yang masih bisa menahan diri untuk tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Thomas juga terlihat tak berat untuk tersenyum seperti sebelumnya saat Gorge kehilangan ingatan.

" Jangan sungkan, sebenarnya dulu kita tidak dekat, tapi aku adalah kakak yang menyayangi adiknya kok. Kau selalu menatapku tajam seolah kau sangat membenciku, kau tidak pernah banyak bicara dan memilih untuk berpura-pura tidak kenal saat kita berdua berada di luar kantor. " Thomas terkekeh setelah mengatakan itu, mungkin niatnya ingin menunjukan bahwa dia begitu memperhatikan Gorge karena rasa sayangnya dan Gorge sendiri sendiri malah bersikap kurang baik padanya.

" Begitu ya? Kalau begitu, maafkan aku yang kurang sopan padamu. Aku akan lebih baik lagi di masa depan. " Gorge berucap lalu kembali tersenyum.

Setelah kepergian Thomas yang hanya bosa basi membuang waktunya itu, Gorge segera menghubungi Lorn untuk memastikan benar keberadaan Dave dan mereka sudah harus bergerak secepatnya dengan rencana yang sudah di siapkan oleh Gorge. Tak lupa juga Gorge menanyakan tentang keadaan Mimu kepada Jenni yang sialnya dia masih belum mendapat balasan darinya.

***

Jenni dan Mimu akhirnya sampai ke sebuah klinik untuk Minum berobat. Tadinya Mimu masih ingin menolak karena dia merasa klinik hanya akan membuatnya lebih sakit, tapi saat tubuhnya di rasakan sangat lelah setelah dia berkeliling kasar bersama Jenni untuk membeli apa yang sudah di butuhkan keduanya, Mimu benar-benar tidak tahan lagi karena matanya juga sudah sangat gelap melihat di siang hari yang terik.

Setelah di periksa tekanan darah, Dokter itu bertanya kapan terakhir Minum datang bulan dan membuat Mimu mengeryit bingung dan bertanya di dalam hati apa hubungannya sakit dengan datang bulan? Apakah karena datang bulan mengeluarkan banyak darah sehingga dia pusing? Kenapa? Bukankah sebelumnya tidak pernah terjadi hal seperti ini?

Tapi begitu Mimu mengingat kapan tanggal datang bukannya, dia melotot kaget. Ini adalah kali pertama dia telat datang bulan sudah hampir satu bulan.

" Sudah hampir satu bulan saya tidak datang bulan lagi, Dok. "

" Begitu ya? Di sini ada alat uji kehamilan mau coba? "

Mimu menatap ke arah Jenni yang juga nampak terkejut. Tapi di banding memikirkan keterkejutannya, Jenni tentu saja harus segera mengiyakan ucapan Dokter, bagaimanapun kondisi Ini dia benar-benar harus tahu pasti untuk dia laporkan kepada Gorge.

Melihat Jenni mengangguk Mimu hanya bisa ikut mengangguk setuju. Sebenarnya dia tidak yakin kalau dia benar hamil, tapi untuk memastikan tentu saja tidak ada salahnya dia mencoba alat penguji kehamilan.

Dengan mengikuti cara yang di ajarkan Dokter, Mimu masuk ke dalam toilet dan melakukan apa yang seharusnya di lakukan untuk mencoba alat penguji kehamilan. Masih tak ingin melihatnya jadi dia membuat alat penguji kehamilannya tak terlihat oleh matanya dan membawanya keluar untuk dia tunjukan kepada Dokter.

Begitu menerima alat uji kehamilan yang diserahkan Mimu, Dokter itu tersenyum dan menatap Mimu sembari mengucapkan selamat.

" Selamat, anda hamil. "

Mimi terdiam, tidak tahu apakah dia harus bahagia atau bersedih karena Ayah bayinya sudah kembali ke tempat asalnya? Kalaupun dia ingin bahagia di bingung bagaimana menghadapi orang-orang dengan kehamilannya ini? Mimi masih terdiam hingga tanpa sadar air matanya jatuh membuat Dokter kebingungan begitu juga dengan Jenni.

" Nak, hamil itu adalah rejeki yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Anak ini bersedia tinggal di rahimmu berarti dia yakin kau bisa menjaganya dan membesarkannya. Jangan memikirkan masalah hidup yang lain, memang hamil juga tidak mudah, tapi percayalah saja begitu nanti kau melahirkan dan melihat wajah bayimu, kau hanya akan melihat keindahan, dan kebahagiaan saja. "

Mimu mengangguk tapi sayangnya dia malah menjadi semakin kuat menangis. Sungguh dia bahagia karena anak Tama tumbuh di dalam perutnya, tapi tetap saja dia takut menghadapi orang-orang yang pasti akan semakin bergunjing tentangnya nanti.

" Mimu, percayalah aku akan bersama denganmu apapun yang terjadi. Aku akan membantumu melewati ini semua, kau harus yakin kalau kau bisa melewati ini semua ya? "

Mimi mengangguk terus meski sulit baginya untuk bisa memahami keadaan ini.

" Mimu, makanlah yang banyak ya? Sedari lagi kau kan belum makan apapun. "

Mimu masih terdiam tak tahu harus bagaimana berekspresi sekarang. Jenni yang sebenarnya ingin langsung memberitahu Gorge tentang kondisi Mimu hanya bis menundanya sampai Mimu bisa makan dan meminum susu hamil yang Jenni beli saat arah pulang tadi.

" Mumu, makan dan minumlah susu hamilmu ya? Kau tahu kan sebentar lagi perabotan akan datang dari toko, jadi kita pasti membutuhkan tenaga untuk menyambutnya kan? Makanlah dan jangan memikirkan apapun. " Karena Mimu masih diam saja, Jenni mengeluarkan ponselnya lalu membuka video tentang bayi yang baru lahir dan terlihat sangat lucu.

" Mimu, coba lihat bayi ini deh. Lucu sekali kan? Nanti anakmu juga pasti akan selucu ini, bisa jadi juga lebih lucu. " Ucap Jenni lalu menyodorkan ponselnya kepada Mimu.

Lagi, tadinya Mimu ingin menolak, tali ketika bayi di dalam video itu tersenyum dengan mata tertutup, Mimu benar-benar kagum dan tanpa sadar terus minat video itu sampai habis karena dia amanat kagum dengan ala yang dia lihat tadi.

" Saat lahir apa bayiku akan Seperti itu juga? " Gumam Mimu lalu menyentuh perutnya yang masih rata.

" Tentu saja, maka dari itu apa kau masih sedih padahal di berikan anak lucu. "

Mimu tersenyum, kali ini dia benar-benar terlihat sangat semangat sekali dan menghabiskan makanannya meski sempat beberapa kali ingin muntah karena aroma masakan, juga ada rasa yang tidak ia sukai.

Aku akan jaga baik-baik anakku!

Bersambung.