Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jiwa Seorang Pendekar
Setelah beberapa minggu, peningkatan kekuatan jiwa Zhang Wei menjadi fenomenal. Dengan bimbingan Lian Xuhuan dan bantuan Rumput Jiwa Murni, kekuatan jiwanya kini setara dengan para alkemis tingkat satu, sesuatu yang jarang dicapai oleh kultivator seusianya, apalagi yang baru berada di ranah Martial Master.
"Kekuatan jiwamu telah meningkat jauh di atas rata-rata," komentar Lian Xuhuan sambil melayang di atas Zhang Wei yang sedang bermeditasi. "Bahkan tanpa pelatihan formal sebagai alkemis, kau sudah bisa merasakan fluktuasi energi spiritual di sekitarmu. Ini adalah pencapaian luar biasa."
Zhang Wei membuka matanya, merasakan kepekaan barunya terhadap dunia di sekitarnya. "Apa gunanya kekuatan jiwa yang besar jika aku tak tahu cara memanfaatkannya?" tanyanya skeptis.
Lian Xuhuan tersenyum tipis. "Jiwa yang kuat bukan hanya berguna untuk alkemis atau ahli array. Ini akan membantumu menghadapi serangan mental, memahami hukum-hukum dunia, dan bahkan mengontrol senjata dengan presisi yang tak tertandingi. Tapi tenang saja, aku punya sesuatu yang lebih besar untukmu. Pertama-tama, mari kita lihat seberapa jauh kau bisa melangkah."
Untuk pertama kalinya, Lian Xuhuan menjelaskan peringkat kekuatan jiwa dalam dunia kultivasi:
Novice Spirit – Jiwa pemula, biasa dimiliki oleh para kultivator tingkat rendah.
Refined Spirit – Jiwa yang terlatih, setara dengan alkemis atau ahli array tingkat satu.
Resilient Spirit – Jiwa yang kuat dan tahan tekanan, biasanya milik kultivator di ranah tinggi.
Illuminated Spirit – Jiwa yang tercerahkan, mampu memahami hukum-hukum dunia.
Primordial Spirit – Jiwa tingkat dewa, mampu mengendalikan kekuatan kosmik.
"Kau berada di level Refined Spirit, bocah," kata Lian Xuhuan. "Tetapi jangan sombong. Masih banyak jalan yang harus kau tempuh untuk mencapai level yang sebenarnya mengerikan."
Zhang Wei hanya mengangguk, tak ingin membalas dengan sarkasme yang biasanya ia gunakan. Dalam hatinya, ia merasa sedikit bangga meski tak menunjukkan hal itu.
Latihan Zhang Wei kini melibatkan simulasi pertarungan yang jauh lebih intens. Lian Xuhuan memaksa Zhang Wei bertarung melawan ilusi spiritual beast tingkat dua dan tiga, diciptakan menggunakan energi jiwa Lian Xuhuan. Zhang Wei tidak diizinkan menggunakan Qi untuk memecahkan ilusi itu, melainkan harus mengandalkan kekuatan jiwanya untuk mengidentifikasi dan menghancurkan kelemahan mereka.
"Ilusi ini tidak nyata, tetapi rasa sakitnya tetap akan terasa," kata Lian Xuhuan, senyumnya penuh kejahilan.
Hari demi hari berlalu, Zhang Wei semakin mahir menghadapi tekanan mental yang luar biasa. Bahkan ketika tubuhnya terluka oleh serangan ilusi, ia mulai belajar memusatkan pikirannya untuk menahan rasa sakit dan tetap fokus.
"Master, kau ini benar-benar gila," keluh Zhang Wei setelah sesi latihan yang melelahkan. Tubuhnya penuh luka, meski itu hanya dari ilusi.
"Lebih baik kau terluka di sini daripada mati konyol di dunia nyata," jawab Lian Xuhuan dingin.
Namun, hasilnya berbicara. Setelah satu bulan pelatihan intens, Zhang Wei berhasil mencapai Martial Master bintang 5. Energi Qi-nya jauh lebih stabil, dan kekuatan jiwanya menjadi alat yang sangat penting dalam pertarungan.
Di suatu malam, setelah Zhang Wei menyelesaikan meditasi untuk menyerap inti spiritual beast terakhir yang ia kumpulkan, Lian Xuhuan melayang di hadapannya dengan ekspresi serius.
"Zhang Wei, kau telah membuktikan bahwa dirimu layak untuk pelatihan yang lebih tinggi," katanya.
Zhang Wei mendongak. "Pelatihan yang lebih tinggi? Maksudmu apa?"
Lian Xuhuan mengulurkan tangannya, dan sebuah gulungan kuno yang bercahaya keemasan muncul dari udara. "Ini adalah teknik berpedang tingkat tinggi yang aku kembangkan sendiri di masa jayaku. Namanya Tarian Pedang Langit Kelabu. Teknik ini menggabungkan kekuatan fisik, Qi, dan jiwa dalam harmoni sempurna."
Zhang Wei menatap gulungan itu dengan takjub. "Kenapa kau memberikan ini padaku?"
Lian Xuhuan tersenyum kecil. "Karena kau adalah muridku. Tapi jangan salah paham. Teknik ini bukan sesuatu yang bisa kau kuasai dalam semalam. Dibutuhkan dedikasi luar biasa dan latihan tanpa henti."
Zhang Wei mengambil gulungan itu dengan penuh hormat. Ketika ia membuka gulungan tersebut, ia melihat diagram gerakan pedang yang rumit dan penjelasan tentang bagaimana mengintegrasikan Qi dan kekuatan jiwa ke dalam setiap serangan.
"Ini... ini luar biasa!" katanya.
"Mulai besok, kita akan berlatih teknik ini," kata Lian Xuhuan. "Tapi ingat, jika kau mencoba menggunakan teknik ini tanpa fondasi yang benar, kau akan melukai dirimu sendiri."
Keesokan harinya, Zhang Wei memulai pelatihan teknik baru itu. Awalnya, ia kesulitan memahami gerakan yang sangat kompleks, tetapi Lian Xuhuan terus membimbingnya dengan sabar.
"Jangan hanya mengandalkan kekuatan fisik atau Qi-mu. Kau harus merasakan aliran jiwa dan Qi dalam tubuhmu, lalu menyalurkannya melalui pedang," kata Lian Xuhuan sambil memperagakan gerakan dengan ilusi pedang.
Zhang Wei mencoba meniru gerakan itu, tetapi ia sering kehilangan keseimbangan atau gagal mengendalikan aliran Qi dan jiwa secara bersamaan.
"Ini lebih sulit dari yang aku bayangkan," keluhnya.
"Memangnya kau pikir menjadi pendekar hebat itu mudah?" jawab Lian Xuhuan, menampar kepala Zhang Wei dengan ujung pedangnya. "Fokus, bocah! Kau memiliki potensi, tapi potensi tidak ada artinya tanpa kerja keras."
Hari demi hari, Zhang Wei terus berlatih. Meski sulit, ia mulai memahami inti dari teknik itu. Dalam waktu seminggu, ia berhasil menguasai dasar-dasarnya, dan serangan-serangannya menjadi jauh lebih tajam dan bertenaga.
Namun, ia tahu bahwa jalan untuk menguasai sepenuhnya Tarian Pedang Langit Kelabu masih panjang. Dengan semangat dan determinasi yang membara, ia bersumpah untuk menjadi pendekar yang akan membuat masternya bangga.
Di kejauhan, Lian Xuhuan hanya tersenyum puas. "Muridku, kau akan menjadi legenda. Tapi perjalanan ini baru saja dimulai."
***
Hari demi hari Zhang Wei terus mengasah kemampuannya dalam Tarian Pedang Langit Kelabu. Teknik itu bukan hanya sebuah gaya bertarung; ia adalah seni yang menggabungkan kekuatan fisik, aliran Qi, dan energi jiwa menjadi satu harmoni.
Zhang Wei mulai terbiasa dengan pola gerakan pedang yang rumit, meski belum sepenuhnya menguasainya. Ia berhasil memadukan Qi dan kekuatan jiwanya untuk memperkuat setiap serangan, menghasilkan gelombang energi pedang yang mampu menebas pohon-pohon besar di sekitarnya. Namun, gerakan itu masih belum sempurna.
"Bagus, kau sudah bisa menghasilkan sedikit efek. Tapi jangan puas dulu. Teknik ini harus menjadi bagian dari instingmu, bukan sekadar gerakan yang kau hapalkan," ujar Lian Xuhuan sambil mengamati dari atas sebuah batu besar.
Zhang Wei mendengus sambil mengelap keringatnya. "Kau ini seperti tiran, Master. Kau tidak pernah puas."
"Karena aku tahu kau bisa lebih baik," balas Lian Xuhuan sambil menyeringai.
Selama berminggu-minggu, Zhang Wei melatih teknik itu tanpa henti. Tubuhnya menjadi lebih kokoh, gerakannya semakin halus, dan kekuatan pedangnya mulai terlihat mengancam. Akhirnya, ia mampu mengeluarkan Tarian Pedang Langit Kelabu tahap pertama: Serangan Langit Kelabu, yang menghasilkan serangan berbentuk sabetan energi yang memotong hingga puluhan meter ke depan.
“Lumayan,” kata Lian Xuhuan dengan nada acuh tak acuh. “Tapi itu baru dasar. Kau belum benar-benar ahli.”
Zhang Wei tersenyum lebar. "Dasar atau tidak, setidaknya aku bisa memotongmu jadi dua sekarang."
"Ayo coba saja, bocah," sahut Lian Xuhuan sambil tertawa kecil.
***
Pada suatu hari, ketika Zhang Wei sedang berlatih di pinggir hutan yang lebih dalam, ia merasakan fluktuasi energi yang aneh.
"Master, kau merasakan ini?" tanyanya sambil memandangi bukit kecil yang tertutup tanaman merambat di kejauhan.
Lian Xuhuan mengernyit. "Energi ini... seperti berasal dari formasi kuno. Ikuti saja, tapi tetap waspada."
Zhang Wei berjalan menuju sumber energi itu. Setelah menyingkirkan tanaman liar dan batu-batu kecil, ia menemukan sebuah celah kecil di tanah yang tampaknya menuju ke bawah tanah. Dengan hati-hati, ia merangkak masuk, menggunakan pedangnya untuk menerangi jalan.
Setelah beberapa saat, ia sampai di sebuah ruangan luas yang tampaknya adalah bagian dari reruntuhan kuno. Pilar-pilar besar dengan ukiran rumit berdiri di tengah ruangan, sementara lantainya penuh dengan simbol yang bercahaya redup.
"Apa ini?" gumam Zhang Wei.
Lian Xuhuan muncul di sampingnya, matanya menyipit. "Ini... reruntuhan formasi kuno. Mungkin peninggalan era sebelum kehancuran besar di Benua Timur. Tempat ini pasti menyimpan sesuatu yang berharga."
Zhang Wei mengedarkan pandangannya, matanya tertuju pada sebuah altar kecil di tengah ruangan. Di atas altar itu, ada sebuah bola kristal yang tampak seperti menyimpan energi murni.
"Kau lihat itu?" tanya Zhang Wei sambil menunjuk bola kristal.
"Jangan gegabah," kata Lian Xuhuan dengan nada memperingatkan. "Jika ini benar reruntuhan formasi kuno, pasti ada jebakan atau mekanisme pertahanan."
Zhang Wei mengangguk, mencoba mencari jalan yang aman menuju altar itu. Namun, baru beberapa langkah ia mendekat, lantai di bawahnya tiba-tiba bercahaya, dan simbol-simbol di sekitarnya mulai bergerak.
"Master, aku rasa ini jebakan!" teriaknya.
"Gunakan Qi-mu untuk melindungi dirimu!" Lian Xuhuan berteriak balik.
Dari simbol-simbol itu muncul bayangan-bayangan hitam berbentuk spiritual beast. Mereka melayang di udara, menyerang Zhang Wei dengan ganas. Tanpa ragu, Zhang Wei mengangkat pedangnya dan menggunakan Serangan Langit Kelabu. Sabetan energi Qi itu berhasil menghancurkan beberapa bayangan, tetapi jumlah mereka tampaknya tidak berkurang.
"Ini mustahil!" Zhang Wei berteriak, mulai kewalahan.
"Tetap tenang, bocah!" seru Lian Xuhuan. "Bayangan ini tidak nyata. Mereka hanya ilusi yang diperkuat dengan energi jiwa. Gunakan kekuatan jiwamu untuk melawan mereka!"
Zhang Wei mengatur napasnya, mencoba memusatkan kekuatan jiwanya. Dengan teknik yang diajarkan Lian Xuhuan, ia memancarkan energi jiwanya untuk mengusir bayangan-bayangan itu. Perlahan tapi pasti, bayangan-bayangan itu menghilang, meninggalkan ruangan kembali tenang.
Zhang Wei terengah-engah, keringat membasahi tubuhnya. "Apa itu tadi?"
"Ujian," jawab Lian Xuhuan sambil mengamati ruangan dengan teliti. "Reruntuhan seperti ini biasanya memiliki mekanisme yang hanya bisa dilewati oleh mereka yang cukup kuat. Kau baru saja lulus ujian pertama."
***
Dengan hati-hati, Zhang Wei melangkah mendekati altar. Kali ini tidak ada reaksi apa pun dari lantai atau simbol-simbol di sekitarnya. Ia meraih bola kristal itu, merasakan energi murni yang mengalir di dalamnya.
"Apa ini, Master?" tanyanya.
Lian Xuhuan mengamati bola kristal itu dengan serius. "Ini adalah Kristal Jiwa Murni. Sangat langka dan berharga. Jika digunakan dengan benar, kristal ini dapat meningkatkan kekuatan jiwa secara signifikan. Bahkan para alkemis tingkat tinggi akan berebut untuk mendapatkannya."
Zhang Wei menatap kristal itu dengan takjub. "Jadi, ini akan membuatku lebih kuat?"
"Benar," jawab Lian Xuhuan. "Tapi jangan gegabah. Kristal ini terlalu kuat untuk digunakan sekaligus. Aku akan membimbingmu untuk menyerapnya perlahan-lahan."
Zhang Wei mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu, mari kita mulai."
Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan, suara gemuruh terdengar dari dalam reruntuhan. Dinding-dinding di sekitar mereka mulai retak, dan batu-batu besar mulai runtuh.
"Kita harus keluar dari sini sekarang!" seru Lian Xuhuan.
Dengan bola kristal di tangannya, Zhang Wei berlari keluar dari reruntuhan secepat mungkin. Saat ia berhasil keluar, seluruh goa itu runtuh di belakangnya, meninggalkan kepulan debu tebal.
Zhang Wei terengah-engah, menatap reruntuhan yang kini terkubur sepenuhnya. "Itu... terlalu dekat."
Lian Xuhuan tertawa kecil. "Selamat, bocah. Kau baru saja mendapatkan sesuatu yang berharga. Sekarang, mari kita lihat seberapa jauh kau bisa melangkah dengan ini."
Zhang Wei menggenggam bola kristal itu erat-erat. Ia tahu, ini baru permulaan dari perjalanan barunya.