Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Kini Eric sudah sampai di rumah Louis. dia berjalan memasuki rumah, yang terlihat sepi.
Semua orang mengangguk hormat, menyambut kedatangannya. Eric masuk ke ruangan pribadinya.
Ternyata di sana sudah ada Louis dan Kendrick, sedang menunggunya.
Kendrick mengangguk hormat, saat melihat Eric menghampirinya. berbeda dengan Louis yang tampak acuh pada Eric.
"Kenapa kamu lama sekali, Eric?" tanya Louis, ketus.
Eric hanya mendelik, pada Louis yang sedang menggerutu kepadanya. dia tidak menanggapi pertanyaan Louis, dan memilih langsung meminta Kendrick untuk memberikan informasi tentang anggara.
"Kamu pasti akan terkejut, Eric. Persiapkan dulu mental mu, sebelum kamu syok!" celetuk Louis, memberi peringatan
Eric tidak menyahut dan segera melihat beberapa berkas, yang berisi informasi tentang anggara.
Seketika Eric meremas kuat berkas di tangannya. seakan tidak percaya, dengan informasi yang sedang dia baca.
"Bagaimana Eric? Apa kamu terkejut?" tanya Louis tersenyum tipis.
Eric menghela nafas kasar. "Ini tidak mungkin, kek! Ternyata musuh ku selama ini berada dekat dengan ku. Kenapa aku baru menyadarinya?" ucap Eric, kesal.
"Itulah yang selama ini yang kakek takutkan Eric. Musuh mu berada dekat di sekitar mu. Bahkan dengan terang-terangan mereka hadir di hadapan mu."
Eric terdiam perkataan Louis seakan menyadarkannya, jika memang selama ini dia selalu bersikap ceroboh.
"Maafkan aku, kek. Kakek benar! Aku memang selalu bersikap ceroboh. Tapi aku baru tahu, jika anggara adalah anak dari orang itu." sahut Eric, heran.
Louis menghela nafas. "Dia memang pandai menyembunyikan semuanya dari kita, Eric. Namun tetap saja, serapat apapun dia menyembunyikan sesuatu namun pada akhirnya kita juga tahu semuanya." ucapnya tegas.
Eric mengangguk setuju, kemudian dia membuka satu berkas lagi. terlihat Louis dan Kendrick saling tatap, seakan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Apa maksudnya semua ini, Kendrick?" pekik Eric, yang terkejut setelah mengetahui. sebuah berita baru.
Kendrick mengangguk hormat. "Maaf tuan, semua yang Anda lihat memang benar. Dia adalah kekasih anggara yang bernama Aletta. Dia sudah meninggal dua tahun yang lalu karena menderita penyakit leukemia." tuturnya menjelaskan.
Eric terdiam, kini dia mengerti dengan sikap anggara pada zhafira. Sikap posesif anggara pada zhafira di karenakan obsesinya, yang mengira jika zhafira adalah Aletta.
Ini semua tidak bisa di biarkan, Eric menyimpan kasar berkas yang dia pegang. kini perhatiannya pun beralih pada Louis yang sedang menatapnya tajam.
"Sepertinya anggara menyukai zhafira bukan karena benar-benar cinta. Melainkan dia terobsesi, karena zhafira sangat mirip dengan Aletta." ujar Eric serius.
Louis mengernyitkan dahi. "Maksud, mu apa Eric?" tanyanya tidak mengerti.
Eric menghela nafas, pada akhirnya dia pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada zhafira dan anggara tadi siang.
Louis terkejut mendengar cerita Eric, tidak menyangka jika anggara bersikap seperti itu.
"Kamu harus berhati-hati, Eric. Yang kakek tahu, anggara seorang yang berkepribadian kejam. Jaga istri mu, agar tidak terjerat oleh obsesinya anggara." Menatap Eric, tajam.
"Aku tahu, kek. Hanya saja mereka pasti akan sering bertemu karena anggara, merupakan dosen yang mengajar di kelas, zhafira." sahut Eric, menjelaskan.
Terdengar helaan nafas dari Louis, jika sudah begini mereka harus mencari cara supaya zhafira, dapat selamat dari cengkraman anggara.
Eric menyudahi pertemuan mereka, malam ini. dia memutuskan, untuk pulang ke apartemennya.
Di sepanjang jalan, Eric terlihat termenung, haruskah dia memberi tahu zhafira tentang anggara.
Sungguh Eric masih belum bisa memutuskan semua ini.
Sekitar pukul 23.00 wib, motor Eric sudah sampai di apartemennya, dia pun segera turun dari motornya dan segera berjalan menuju apartemennya.
Pintu apartemen pun terbuka, keadaan di sana sangat sepi. saat akan melangkahkan kaki, mata Eric tidak sengaja menangkap keberadaan zhafira yang tertidur di sofa.
Eric menghampirinya, dan benar saja zhafira memang tertidur di sana dengan tanpa memakai selimut.
Melihat zhafira tertidur, membuat Eric mengukir senyuman di bibirnya. Eric sengaja tidak membangunkannya, karena merasa tidak tega.
Eric pun menggendong tubuh zhafira, membawanya ke lantai atas menuju kamarnya.
Eric membaringkan tubuh zhafira, sesaat dia menatap lekat wajah cantik zhafira.
Tangannya terulur, mengusap lembut pipi putih zhafira. mata Eric kini tertuju pada bibir ranum zhafira, yang sangat indah.
Perlahan dia mendekatkan wajahnya perlahan, entah mendapat dorongan dari mana, Eric pun mengecup pelan bibir zhafira.
Eric tersenyum senang, saat dirinya berhasil mencium bibir zhafira tanpa sepengetahuan pemiliknya.
"Manis juga bibir mu, fira." gumam Eric, tersenyum.
Dia pun ikut tertidur di samping zhafira, dengan posisi memeluk erat tubuhnya.
Pagi harinya zhafira pun terbangun, matanya menatap ke seluruh ruang yang dia ketahui kamar.
Zhafira melihat ke samping, kemudian tersenyum saat melihat Eric masih tertidur dengan nyenyak.
Seketika zhafira tersadar, jika tadi malam dia tidur di sofa.
"Apa Eric yang membawa ku kesini?" gumam zhafira dalam hati.
Zhafira tidak mempermasalahkannya, sekarang bagaimana caranya agar pelukan Eric bisa terlepas.
"Eric ! Bangun. " ucap zhafira, menepuk pundak Eric.
Tidak ada pergerakan dari Eric yang masih tertidur.
Zhafira menghela nafas,takut kesiangan karena hari ini ada jadwal kelas pagi.
"Eric.Bangun sudah siang." ucap zhafira sekali lagi.
Zhafira yang kesal pun, mendekati wajah Eric dan sengaja meniup wajahnya.
"Huuh... huuh."
Zhafira tersenyum, saat Eric merasa terusik dari tidurnya. sekali lagi, zhafira dengan jahilnya meniup kembali wajah Eric dengan jarak yang lebih dekat.
"CUP."
Tubuh zhafira mematung, saat tiba-tiba saja Eric mengecup bibirnya. Eric pun membuka matanya dan tersenyum miring.
"Morning kiss, baby." ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.
Zhafira reflek memegang bibirnya dan menatap Eric yang tersenyum.
"Eric!" teriak zhafira, terkejut. "Apa yang kamu lakukan?"
"Saya sudah bilang, zhafira. Morning kiss." sahutnya santai.
"Maksud mu, apa Eric?"
"Mulai sekarang kamu harus terbiasa melakukan hal itu, karena kita suami istri, mengerti?" tanya Eric, memberikan peringatan.
"Tapi.... "
"Tapi apa?" sela Eric cepat dengan menatap tajam.
"Tapi...,Bukan kah kamu tidak mau bersentuhan dengan ku.... " lirih zhafira.
Eric membenarkan posisinya menjadi duduk. "Mulai hari ini saya akan belajar, mencintai mu, fira. Tolong bantu saya, untuk merubah semuanya, fira. " sahut Eric.
Zhafira tertegun mendengar ucapan Eric yang membuat hatinya terharu. "Apakah Eric berbicara, sungguh-sungguh?" gumam zhafira di dalam hati.
"Bagaimana zhafira, apakah kamu bersedia?"
Zhafira pun tersadar dari lamunannya. "Aku mau Eric. Aku senang, akhirnya kamu mau menerima ku sebagai istri mu,Eric." Memeluk erat Eric.
Eric pun terkejut dengan sikap zhafira, seketika dia pun membalas pelukannya.
"Demi keselamatan mu, saya akan melakukan apapun supaya anggara tidak dapat menyakiti mu, Eric." Eric membatin.
Setelah mengetahui siapa anggara, Eric pun memutuskan untuk mencoba membuka hati. sebab bagaimana pun juga, zhafira adalah istrinya dan tanggung jawabnya.
Dia berharap hubungannya dengan zhafira semakin dekat, tanpa di ketahui oleh musuh-musuhnya.