"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Status Mu
"Masuklah." Kata pria itu mengajak wanita yang baru saja menjadi istrinya untuk masuk ke dalam rumah.
Kebetulan kompleks itu memang menyiapkan rumah untuk penjaga di sana agar memudahkan pekerjaan satpam dalam urusan pekerjaannya.
Jisya sudah berdiri di dalam depan pintu, tapi pria itu tak memanggilnya sama sekali untuk duduk.
"A-apa aku tidak di undang untuk duduk?" Tanya Jisya lagi bingung ingin berbuat apa. Karena ternyata kedatangannya kesana atas perintah dari Ibunya yang memarahinya karena sudah memilih laki-laki seorang satpam untuk menjadi suaminya.
Dan alasan Mama Sua melakukan itu, karena dia tahu putrinya belum pernah menjalani hidup susah selama gadis itu lahir ke dunia. Dan dia ingin membuat putrinya menyesal telah memilih menikah dengan seorang satpam.
Arga mengangkat padangan dan menatap ke arah Jisya yang membuat gadis itu menciut seketika melihat tatapan elang dari pria di depannya.
"Kau tahu apa status mu dalam rumah ini?" Tanya Arga terdengar mengerikan dengan wajah yang seperti tembok tidak ada senyum-senyumnya sedikit pun.
Jisya jadi gelagapan, "S-status ku, i-iya itu, i-istri kamu," jawabnya terbata-bata dengan senyuman tampak di paksakan.
"Lalu? Untuk apa kau bertanya dengan semua yang ingin kau lakukan? Lakukan saja semaumu. Itu hak seorang istri dalam rumah." Kata pria itu lagi.
Apa yang ingin aku lakukan di rumah ini? Ah, iya, rumah ini terlihat sangat rapih. Batin Jisya melihat laki-laki di depannya yang masih memakai kaca mata putih dan topi di kepalanya sama seperti saat pria itu berada di tempat kerja.
"A-apa Mas, sudah makan?" Tanya Jisya benar-benar gugup.
"Belum." Jawab pria itu singkat.
"Aku akan masak untuk kamu, sebentar ya." Wanita itu berjalan masuk ke dapur dan melihat tidak ada apa-apa di dapur dan hanya ada mee instant juga telur.
Gadis itu hanya memasak mee instant yang di berikan toping telur di atasnya.
"Aku hanya menemukan ini di dapur kamu." Katanya membawa makanan itu ke depan Arga.
"Cuma satu?" Tanya pria itu melirik nampan di tangan istrinya.
"I-iya, soalnya aku sudah makan di rumah tadi," jawabnya.
"Duduk," kata Arga meminta wanita itu untuk duduk di dekatnya.
"D-duduk?" Tanyanya melirik tepukan tangan Arga pada badan sofa yang di dudukinya.
Kebetulan rumah yang di siapkan untuk satpam itu semuanya sudah di lengkapi dengan alat-alat rumah lainnya, seperti sofa biasa, kasur, tempat masak dan lemari pakaian.
"Iya, duduk." Jawab pria itu lagi.
Jisya patuh dan mendudukkan dirinya di dekat Arga bersama nampan di tangannya.
"Ini makanan kamu," memberikan pada pria itu.
Arga mengambil dan memakan makanan itu.
"Di dapur kamu, semua makanan yang seperti itu. Apa makanan seperti itu sehat?" Tanya Jisya.
"Hm, tentu saja. Kau mau mencobanya?" Tanya Arga menyendok telur dan mee kemudian langsung menaruh di hadapan bibir Jisya.
Glek
Yang benar saja, sendok itu kan bekasnya. Jika aku menerima suapannya itu. Berarti sama saja aku berciuman dengannya secara tidak langsung. Batin Jisya.
"T--- Umpphh" suara Jisya terhenti saat Arga langsung saja menyuapinya.
"Bagaimana? Enak?" tanyanya.
Jisya mengunyah dan mulai mengangguk. "Enak banget..." ucapnya antusias.
"Habisi saja." Dia memberikan nampan itu pada istrinya yang langsung di ambil oleh Jisya dengan senang hati.
"Jisya!!!!!" terdengar teriakkan dari luar rumah Arga.