Pertemuan tak terduga antara CEO perusahaan entertaiment bernama Ran dengan Asisten barunya Luna.
Luna seorang mahasiswi jenjang S2, bekerja sebagai kurir penghantar paket.
Namun, disuatu keadaan membuatnya beralih profesi menjadi asisten Tuan Ran. Tuan yang dikenal sebagai pria yang kaku dan tempramental.
Apakah kehidupan Luna berubah drastis atau menjadi titik berat hidupnya??, dimana tiba tiba ia harus menerima perjanjian pernikahan??...
Ikutin terus kisah cinta Ran dan Luna yaaa❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Aul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Mereka berdua akhirnya sampai di rumah sakit. Luna segera membuka pintu mobil dan langsung lari masuk kedalam untuk menemui Ayahnya.
"Eh hati hati!" Ran yang baru akan keluar juga kaget dengan aksi cepat Luna.
Kecil kecil larinya kenceng banget dah, ngalah ngalahin atlet.
Ran menggeleng dengan tingkah Luna dan ia juga ikut masuk menyusul Luna, dengan masih menggunakan syal dan masker berwarna hitam. Ran menutupi wajahnya alih alih menghindar ketika tiba tiba ada serangan fans dadakannya.
Yang dibandara saja sudah banyak orang yang sadar atas kehadirannya, maka dari itu Ran menyuruh Luna agar segera masuk mobil.
Dari kejauhan ada 2 wanita yang heboh karena melihat pria tampan yang hendak masuk rumah sakit itu.
"Eh kayaknya laki laki itu tidak asing deh." Ujar pengunjung wanita di depan lobi rumah sakit.
"Emang siapa? kau kenal?" Tanya teman wanita sebelahnya.
Menyipitkan matanya. "Ah iya benar! itu Zhuran!! Iyaa itu diaa, wahh kenapa dia disini? dan kenapa tidak ada penjagaan." Sambil mengedarkan pandangan dibelakang Ran.
"Zhuran siapa sih Ki?" Teman wanitanya menggaruk kepalanya karena tidak mengerti. "Ih dia itu CEO perusahaan Rawn Entertaiment." Yang dikasih tau memutar bola matanya berfikir.
"Oh yang pernah jadi pemeran utama Black Swan itu kah, yang jadi Daniel itukan?". Nicki mengangguk cepat. "Kau menonton film itu juga?" Ucapnya dengan mata berbinar. "Iya dong itu salah satu film genre action favoritku, apalagi setiap lihat adegan Daniel yang megang pistol, Uhh." Merem melek sambil memegang pipinya dengan kedua telapak tangannya.
Kedua wanita itu salah tingkah sendiri melihat aktor favoritnya kini didepan mata kepalanya langsung. Sebenarnya mereka ingin sekali meminta foto bareng dengan Ran, namun usaha mereka sia sia karena Ran lebih cepat hilang dari pandangannya.
Di dalam ruang kamar rumah sakit.
"Ayahh!!" Luna memeluk ayahnya yang kondisinya semakin melemah, Sam melirik anak gadisnya itu perlahan dan tersenyum.
"Kamu udah datang nak" Sambil mengelus kepala Luna lembut.
"Ayahh, ayah kenapaa? kenapa bisa jadi seperti ini? ayah adalah orang tuaku satu satunya, tolong jangan sampai sakit begini, Una sedih ayah." Tak terasa air mata gadis mungil itu mengucur deras membasahi selimut ayahnya.
"Kak! Kemarin ada-" Sam melirik Luca, seolah olah memberi isyarat untuk tetap diam dan tidak berbicara apapun mengenai wanita yang telah memakinya dan anak perempuannya.
Luna menoleh kearah Sam. "Ada apa sebenarnya yah?" Luna masih bertanya tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi selama Luna berada di luar negeri, dan kenapa ayahnya bisa sampai kollaps dan masuk rumah sakit dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Sam hanya tersenyum tipis menanggapi Luna. "Tidak apa apa Una, ayah hanya kecapek an, dan banyak fikiran." Ucapnya dengan nada lirih. "Seharusnya Ayah tidak boleh capek capek apalagi banyak fikiran, itu bisa mempengaruhi kesehatan ayah.
Apa ini gara gara Luca? pasti dia nakal
kan yah?" Menoleh sinis kearah Luca.
Luca yang pastinya tidak merasa bersalah pun melotot pada Luna. "Enak aja! Selama ini aku anak yang penurut tau!" Luca memanyunkan bibirnya.
Tak lama kemudian datanglah seorang dokter yang akan memeriksa memberitahu kondisi Sam.
"Apa anda anak dari pak Zhao Samuel?"
"Iya dok, saya anaknya"
"Bisa keruangan saya sebentar?"
Luna menganggukkan kepalanya pelan.
"Baik dok"
Gadis itu berjalan dibelakang dokter itu sambil memainkan tangannya. Ditengah perjalanan ia berpapasan dengan Ran. Luna mengisyaratkan pada Tuannya itu untuk duduk menunggunya terlebih dahulu.
Ran hanya menanggapinya dengan menaikkan alisnya dan merapatkan bibirnya. Namun karena ada yang ingin Ran bicarakan dengan ayah Luna, ia langsung memasuki ruangan Sam.
Luca dan Sam menoleh kearah suara pintu yang dibuka oleh Ran.
"Kakak cari siapa?" Tanya Luca polos.
Ran hanya membalasnya dengan senyuman.
"Tuan Ran?" Sam mengernyitkan dahinya. Ia kaget dengan kedatangan bos dari anaknya."Bagaimana kondisi paman?" Ran memegang punggung tangan Sam."Ya ampun Tuan saya baik baik saja, hanya masih sedikit syok saja, anda tidak perlu repot repot sampai mengunjungi saya kemari" Sam berusaha duduk dari tidurnya. Namun dicegah oleh Ran.
"Ah paman sambil istirahat saja, jangan duduk dulu, saya hanya meluruskan sesuatu yang terjadi, sampai membuat anda seperti ini." Sam sebenarnya masih bertanya tanya apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa Luna bisa sampai difitnah seperti itu. Dan siapa wanita yang datang dirumahnya yang telah membuatnya syok sampai jatuh pingsan.
"Ran meminta maaf sebelumnya atas keributan yang terjadi di rumah paman. Ran mendapat kabar dari Yao, bahwa mantan asisten Ran yang dulu mendatangi rumah anda dan membuat kekacauan." Ran menjelaskan semua pada Sam.
" Ran tidak tau kalau dia sampai bertindak seperti ini pada paman." Ran memegang tangan ayah Luna yang memandanginya hangat, seperti pandangan yang sudah berdamai dengan keadaan.
"Paman ini tidak menyalahkanmu Tuan."
"Ah, paman tolong jangan panggil Tuan, dan pakailah bahasa yang santai dengan Ran." Muncul senyum tipis dibibir sam melihat laki laki didepannya ini begitu santun.
"Baiklah nak Ran." Sambil mengusap kepala Ran lembut.
Kenapa hatiku menjadi tenang merasakan sentuhan dari Ayah Luna?
Kemudian Ran menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya, Sabrina dan juga Luna. Dipecatnya Sabrina tidak ada hubungannya dengan Luna. Melainkan atas keputusan bulatnya sendiri.
Diruangan dokter.
"Nona, kondisi Ayah nona semakin memburuk. Fungsi jantungnya semakin rusak dan melemah. Kita tidak bisa berjanji untuk terus menjamin hidup Ayah anda."
/Deg
Mendengar perkataan dokter didepannya itu, hidup Luna serasa berhenti. Tubuhnya gemetar seakan sudah tidak kuat untuk menopang badannya lagi mendengar kondisi ayahnya.
"Namun untuk saat ini, hidup Tuan Sam sangat bergantung dengan obat ini." Sambil menyodorkan sebuah obat pil dan tablet yang sudah di bungkus rapi didalam kantung obat.
Luna perlahan meraih obat diatas meja sambil tangannya masih bergetar.
"Pastikan obatnya diminum tepat waktu, kalau terlambat sedikit saja, saya tidak bisa berjanji untuk menyelamatkan nyawa Tuan Sam."
Air mata pun tak terbendung di bola matanya dan akhirnya tumpah dengan deras membasahi wajah cantiknya."Dok, apa tidak ada cara lain? saya tidak tega melihat ayah setiap hari menelan obat sebesar ini." Sambil menatap lekat obat yang berukuran hampir seperti kacang mente itu.
Dokter itu menghela nafas perlahan.
"Hanya ada satu cara yang bisa menyembuhkan Ayah nona, namun sangat sulit. Dan harus diluar negeri, itupun kalau ada."
"Apa itu dok, katakan! saya pasti akan melakukannya."
"Kita harus mencari pendonor jantung nona. Dan sudah saya katakan, itu sangat sulit. bahkan hampir tidak ada, dan presentase keberhasilannya saja hanya 80% kalaupun ada yang mendonor. Sayangnya dirumah sakit ini sudah hampir 20 tahun tidak menangani pasien maupun pendonor jantung. Kemungkinan diluar negeri masih ada kasus yang sama, namun hanya di rumah sakit terbesar dan perlengkapan medis terlengkap."
Tubuh gadis itu akhirnya sudah tak mampu menopang badannya, ia menunduk lemas dan menjatuhkan kepalanya di meja. ia menangis sejadi jadinya. Kenapa cobaan kali ini begitu berat. Kenapa harus Ayah? dia adalah satu satunya orang tuaku. Bahkan luka yang sangat pedih pun masih dirasakannya ketika Luna ditinggalkan sang Ibu. Ia seperti tak akan sanggup hidup ketika nanti ayahnya juga meninggalkannya.
Ran duduk keluar ruangan sambil sibuk dengan ponselnya. Ia berniat ke taman belakang sambil membeli minuman di kantin dekat taman. Sebenarnya, Sebelum dokter itu memberi tahu Luna, ia sudah dihubungi manager Yao sebagai penanggung jawab ayah Luna ketika dibawa kerumah sakit. Dan Yao memberitahukan semua pada Ran tentang kondisinya.
Ran berjalan sambil menikmati udara segar di taman bunga mini rumah sakit. Namun ia melihat seseorang yang tengah duduk dikursi taman sambil merunduk dan menangis sesegukan. Ran nampak tak asing dengan wanita itu dari belakang. Ia pun menghampirinya.
Dari rambutnya dia seperti Luna. Tapi ngapain dia disitu?
"Luna?" Ran menoleh kearah depan gadis itu, dan benar dia adalah Luna. Ran dengan wajah panik duduk disebelahnya karena melihat gadis cantik itu menangis sejadi jadinya.
"Kau kenapa?" Seraya merangkul bahu gadis itu dari belakang. Luna menoleh ke wajah Ran dengan tatapan sendu dan mata sembab penuh dengan air mata.
Tubuh Luna seperti lunglai seketika dan akhirnya menjatuhkan badannya ke dada Ran sambil dipenuhi suara tangisan.
"A-ayah saya Tuan." Bicara sambil sesegukkan.
Apa dokter itu sudah memberitahunya?
Ran menepuk bahu Luna pelan.
"Tenanglah, kau harus yakin, Ayahmu bisa bertahan."
"Tapi Tuan, saya tidak bisa apa apa.
Ayah saya hanya bisa sembuh ketika mendapat donor jantung, itupun sulit Tuan. Dan saya tidak punya biaya sebesar itu. Saya merasa bersalah dan gagal untuk menjaga Ayah." Sambil meremas syal yang melilit di leher Ran.
Tunggulah, aku sudah lebih dulu bertindak lebih cepat. Dan aku harap kau bersedia dengan perjanjian nanti.
..
Bersambung.
Hai hai, jangan Lupa Vote Komen Dan Like nya yah🤗 Thank you semua 💜
Lanjutin kali yaa. Hehehehe