NovelToon NovelToon
Suamiku Ternyata Orang Kaya

Suamiku Ternyata Orang Kaya

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: IAS

Hilya Nadhira, ia tidak pernah menyangka bahwa kebaikannya menolong seorang pria berakhir menjadi sebuah hubungan pernikahan.
Pria yang jelas tidak diketahui asal usulnya bahkan kehilangan ingatannya itu, kini hidup satu atap dengannya dengan status suami.
" Gimana kalau dia udah inget dan pergi meninggalkanmu, bukannya kamu akan jadi janda nduk?"
" Ndak apa Bu'e, bukankah itu hanya sekedar status. Hilya ndak pernah berpikir jauh. Jika memang Mas udah inget dan mau pergi itu hak dia."
Siapa sebenarnya pria yang jadi suami Hilya ini?
Mengapa dia bisa hilang ingatan? Dan apakah benar dia akan meninggalkan Hilya jika ingatannya sudah kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

STOK 26: Golden Sunrise Bukit Sikunir

Hilya membangunkan Tara saat adzan subuh berkumandang. Keduanya menjalankan sholat subuh bersama dan setelah menikmati teh panas serta roti untuk sekedar mengisi perut, mereka pun berangkat meninggalkan penginapan.

" Nanti jalannya lumayan nanjak Mas, jadi kita akan treking dikit buat bisa lihat golden sunrise nya."

" Siaaap istriku, tenang aja, aku bisa kok timbang naik gitu. Apalagi naikin kamu, itu lebih bisa lagi."

Hilya mengusap wajahnya, entah sejak kapan suaminya ini semakin asal kalau bicara. Ini sungguhan hal yang baru, dan sepertinya semakin kesana pria yang benar-benar sudah jadi suaminya ini akan semakin lancar saja mengucapkan kata-kata sejenis.

Tara terkekeh geli melihat reaksi Hilya. Bukannya menyesal tapi dia semakin ingin mengerjai istrinya. Namun tidak untuk sekarang, setelah sampai di lokasi dan memarkirkan mobilnya, Hilya dan Tara mulai berjalan bersama orang-orang lain yang ingin menikmati indahnya matahari terbit dari bukit yang bernama Sikunir.

" Banyak juga yang naik ya?" tanya Tara, dia terus menggenggam erat tangan Hilya sambil jalan beriringan.

" Iya, kayaknya ada rombongan darma wisata Mas."

Tara hanya mengangguk-anggukan kepala. Dia sebenarnya tidak peduli dengan itu semua, saat ini ia hanya ingin fokus dengan sang istri.

Satu persatu langkah menuju bukit ditapaki, masih lumayan gelap sehingga membutuhkan penerangan. Tidak ada senter, senter dari ponsel pun jadi. Tapi para pengunjung yang lain banyak yang menggunakan senter jadi sebenarnya cukup lumayan untuk menerangi jalan.

" Hosh hosh hosh uhuk uhuk." Nafas Hilya terdengar terengah-engah. Tara langung membawa istrinya itu sedikit menepi untuk sekedar berhenti dan minum.

" Apa perlu aku gendong sayang?"

" Ha? Haah ndak Mas. Huuuft, bentar lagi juga ndak apa-apa. Ini adaptasi tubuh aja kok."

Hilya meyakinkan Tara bahwa semuanya baik-baik saja. Saat ia merasa sudah cukup baik, Hilya pun kembali mengajak Tara berjalan. Tara setuju tapi dia ingin pelan-pelan saja. Kemampuan fisik tubuhnya jelas berbeda dengan Hilya. Jadi Tara menyesuaikan ritme jalan dari sang istri.

" Nah kita bisa lihat di sini, udah rame ternyata. Maaf ya mas, kita jadi nggak dapet tempat yang nyaman buat lihat sunrise nya. Apa mau naik lagi?"

" Nggak di sini cukup. Bukan tempatnya yang nyaman apa nggak, tapi sama siapa buat kita berasa jadi nyaman."

Tara memeluk Hilya dari belakang. Keduanya sama-sama melihat ke arah timur, dimana sang surya perlahan mulai menampakkan wujudnya. Dimulai dari semburat kuning yang tampak seperti goresan kuas pada kanvas,dan dilanjut dengan cahaya yang mulai menyinari.

" Beautiful, cantik banget masyaallah." Tara terkesima melihat indahnya lukisan alam tersebut. Selama menjadi pelukis dan lukisannya selalu mendapat pujian, tetaplah itu bukanlah apa-apa ketimbang lukisan dari milik Sang Pencipta.

Hilya tersenyum, ia mengeratkan kedua tangan Tara yang memeluk perutnya. Ia membiarkan suaminya itu hanyut sesaat dengan pemandangan yang ada di depannya.

Cup!

" Eh?"

Tapi ternyata Hilya salah, Tara memang fokus dengan sunrise tersebut namun tidaklah lama. Pipinya yang dikecup singkat sebagai bukti bahwa Tara sudah mengalihkan pandangannya dari cahaya matahari terbit kepada dirinya.

" Apa cukup lihatnya?" tanya Hilya.

" Hum, yok turun. Kita sarapan dulu baru setelah itu pulang."

Hilya mengangguk setuju. Memang turun lebih dulu dari pada yang lain adalah cara untu menghindari keramaian para pelancong yang datang.

***

Kediaman Sulistyo, saat ini mereka sedang menikmati makan malam bersama. Tara sudah sepakat dengan Hilya bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke Jakarta besok malam.Tapi keduanya belum memberi tahu Sulis dan Yani.

Tara berpikir untuk menyelesaikan makanan mereka lebih dulu baru bicara. Tapi tiba-tiba Sulis bertanya yang mana membuat Tara harus menjawabnya.

" Ada apa, bapak lihat-lihat dari tadi tuh kalian kayak ndak tenang. Apa.ada yang mau disampaiin?"

" Anu Pak, saya harus kembali ke Jakarta dan saya mau ngajak Hilya ikut."

" Oh."

Tara terkejut saat Sulis memberi tanggapan. Hanya 'oh' saja, ia pikir ayah mertuanya itu akan melarang atau paling tidak mengatakan kalimat keberatan.

Tapi ternyata tidak, ini jauh lebih mudah dari bayangan Tara. Ia malah menjadi bingung harus berkata apa, pasalnya sebelumnya ia sudah mempersiapkan sebuah argumen jika Sulis menolak.

" Njup arep do mangkat kapan? ( lalu pada mau berangkat kapan?" kali ini Yani yang bertanya sambil membereskan meja makan. Terlihat dia begitu tenang saat berbicara seakan-akan sudah siap untuk saat sekarang. Memiliki anak perempuan tentu mereka sudah paham dan tahu konsekuensinya akan ditinggal pergi sang anak ikut suami. Maka dari itu baik Yani dan Sulis terlihat tenang.

Tapi siapa yang tahu bahwa sebenarnya mereka sedikit terkejut juga. Mereka tidak menyangka bahwa akan secepat ini putri mereka meninggalkan mereka.

" Besok malam Pak, Bu. Saya akan kembali ke jakarta bersama Hilya besok malam."

" Ya sudah kalau begitu, ndak banyak yang bisa bapak ibu katakan atau berikan. Hanya doa, semoga kalian berdua selamat sampai tujuan dan selalu rukun."

Cess

Hati Hilya seperti disiram air dingin, kata-kata Sulis yang terdengar biasa itu tentu berbeda saat sampai di telinganya. Matanya menjadi mengembun dan tidak terasa menjadi basah.

Hilya tahu bahwa saat ini pasti akan tiba. Ia tentu sudah menyiapkan hatinya namun tetap saja ternyata tidak mudah.

Sruuuk

Merasa tidak bisa menahan air matanya, Hilya memilih untuk berlalu ke dapur menyusul sang ibu. Rupanya di sana ia melanjutkan tangisnya di pelukan Yani.

" Nduk, ndak apa-apa. Dulu Bu'e juga gini pas mau ikut bapakmu. Ini hanya awal untuk menapaki gerbang kehidupan mu yang baru." Yani mengusap lembut punggung putri sulungnya. Ia sebenarnya ingin juga menangis, namun sekuat hati berusaha menahannya. Yani tidak ingin membuat Hilya semakin berat untuk pergi.

" Dan sana istirahat, besok harus beres-beres kan. Meskipun nggak banyak barang yang dibawa, tapi seenggaknya kamu punya barang yang ingin dibawa."

Hilya hanya mengangguk sambil menyeka air matanya. Ia pun kembali ke kamar. Di sana Tara sedang duduk di atas ranjang, ia bisa melihat jelas bahwa mata istrinya itu sembab. Ia pun menarik tangan sang istri dan membawanya duduk di sebelahnya.

" Maaf ya, maaf sudah buat kamu kayak gini."

" Ndak Mas, Mas ndak salah kok. Sudah sewajarnya aku ikut kemana Mas pergi."

Meskipun memang benar seperi itu, tapi hati Tara tidak merasa tenang. Bagaimanapun ini adalah rumah dan tempat dimana istrinya besar. Ia masih ingat betul bagaimana senangnya dan senyuman yang menghiasi bibir Hilya saat bercerita bahwa ia ingin membangun pertanian milik keluarganya sendiri.

" Tenang sayang, aku nggak akan membuat impianmu itu hanya sekedar impian kok. Tapi untuk saat ini sejenak kamu harus pending dulu semua itu." Tara bergumam dalam hati, saat ini otaknya sedang menyusun sebuah rencana lain untuk kehidupannya ke depan.

TBC

1
Nanik Kusno
Terlalu PD Anda ...
Nanik Kusno
Kalau Valen macem2 ma Rein... tendang aja dari DJ ... gampang kan...
Nanik Kusno
Kok paman....tapi manggile kakek....Kak Othor....😵‍💫😵‍💫😵‍💫😵‍💫😵‍💫😩😩😩😩
Nanik Kusno
Uhhhuuuyyyy....ada yang udah berani ciuman nih ....☺️☺️☺️☺️☺️☺️☺️☺️
Nanik Kusno
PD amat nih cewek....😏😏😏😏😏
Boutque Sofia
Luar biasa
Nanik Kusno
Visha perlu ditegasi lagi nih Rein...
Nanik Kusno
Cepetan dilamar aja Rein.... kesuwen..
Nanik Kusno
Haishhhhh....dua orang ini ...bikin gemes aja....😏😏😏😏😏
Nanik Kusno
Tuh kan..... bandingkan dengan yang lain....Rein lebih segalanya lho ... kurang apa coba.....😊😊😊
Nanik Kusno
Ayo semangat Rein ... Pepet terus jangan kasih kendor....💪💪💪
Nanik Kusno
Sebenarnya apa yang kau inginkan lagi Visha???
Nanik Kusno
Sudah selesai aja....btw... makasih banyak kak Othor.... semangat selalu 💪💪💪💪💪
Nanik Kusno
Kasian P. Roni...dia seorang pemimpin yang baik dan profesional...tapi punya istri kayak gitu....
Nanik Kusno
Nah....ini baru bener....biar kapok...😏😏😏😏😏
Nanik Kusno
Pasti ulah si kutu kupret Anjar itu.... perlu dikasih pelajaran biar g semakin menjadi2....
Nanik Kusno
Felling kamu bener Hilya.... dikampung ayah dan ibumu diganggu tuh sama si Anjar kutu kupret....😡😡😡😡😡
Nanik Kusno
Di pasar tradisional atau depan sekolah biasanya ada lho...
Nanik Kusno
Haaahhhhh....untung si Roni dan anaknya g ikut gendeng seperti si Anjar....
Nanik Kusno
Nah lho.... rasain Tara....ini juga belum kasih tahu ke Wonosobo.... pasti tambah Omelannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!