Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Binggung
"Kok rumah kayak gini sih, ini beneran rumah Anya" tanya Miranda pada Naura yang ada disampingnya.
"Iya, tadi Anya yang nyuruh kita dateng kesini. Apa mungkin dia salah ya " Naura menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia juga binggung.
"Apa mungkin tebakan kita benar kalau Anya itu sekarang sudah ga punya apa-apa. Dia sudah miskin aku penasaran, kalau iya Anya udah ga sebanding sama kita pokoknya pertemanan kita harus berakhir orang pembohong kayak dia dan ga punya apa-apa harus dijauhi " Miranda menarik tangan Naura dan mengetuk pintu.
Mereka menunggu cukup lama, Miranda yang tak sabaran kembali mengetuk pintu "Lama banget sih" kembali Miranda mengetuk pintu "Anya, Anya keluar"
Terdengar suara kunci pintu yang di putar dan pintu terbuka. Anya yang sudah mengantuk dan menguap tak melihat siapa yang datang dan main buka pintu saja.
"Ada keperluan apa malam-malam ke rumah mengganggu saja tahu"
"Oh jadi selama ini kamu berbohong Anya pada kita. Kamu memang sudah tak punya apa-apa, kamu ini ya dasar pembohong " teriak Miranda yang tak terima selama ini di bohongi.
Anya yang tadinya mengantuk sekarang malah memelototkan matanya, wajah Anya sudah pucat tak karuan.
"Aku bisa jelasin, mending kalian masuk yu" Anya menarik tangan teman-temannya tapi malah di tepis begitu saja.
"Pantesan selama ini kamu tak memperbolehkan kami berdua untuk datang ke rumah mu ternyata seperti ini ya" Naura melihat kearah dalam rumah Anya lalu bergidik jijik "Pokoknya kamu harus ganti uangku sekarang juga Anya. Aku tak sudi meminjamkan uang kalau tahu keadaan kamu seperti ini"
Anya menjawab dengan gugup, keringat dingin sudah bercucuran "Tolong jangan benci aku, aku hanya tak mau kalian jauhi. Kita bicara ya baik-baik"
"Tak ada kembalikan uang ku sekarang juga" kembali Naura menagih uangnya.
"Aku tak punya uang" Anya begitu malu mengakui itu tapi memang pada kenyataannya seperti itu.
Anya masih saja menundukkan kepalanya, tak tahu apa yang harus dirinya lakukan, lalu nanti disekolah pasti teman-temannya akan membully nya. Ini semua benar-benar mendadak Anya tak siap.
"Eh kalian datang kesini juga, masuk dong" Laura dengan ramah mempersilahkan teman-teman Anya untuk masuk.
"Ga level, rumah ini kotor dan kita berdua tak akan mau masuk yang ada tubuh ku ini akan gatal-gatal" jawab Naura dengan sinis.
"Aku baru dengar ada rumah yang bisa membuat gatal-gatal apa kalian sudah gila "
"Laura keterlaluan ya kamu " Miranda mengayunkan tangannya untuk menambah Laura, tapi dengan sigap Laura menahan tangan itu meremasnya dengan kuat dan menyeringai "Sakit Laura lepaskan"
"Beneran sakit, tapi menurutku ini tak sakit. Mau tambah lagi "
Miranda yang menahan sakit menggelengkan kepalanya "Lepaskan, aku tak akan melakukan itu"
Tangan Miranda dilepaskan begitu saja oleh Laura "Jadi apakah kalian mau masuk ke rumah baruku ini" kembali Laura menawarkannya, tapi sekarang dengan tatapan yang cukup menakutkan untuk Naura dan juga Miranda.
"Laura sebaiknya kamu masuk, aku ingin bicara dengan teman-temanku" Anya tak mau memperkeruh suasana dan membuat teman-temannya benar-benar menjauhinya.
"Kenapa ini rumahku juga jadi aku berhak ada dimana saja. Kalau mau bicara dengan teman-temanmu silahkan aku akan ada disini " Laura melihat tangannya dan menyenderkan tubuhnya pada pintu.
Anya yang tak punya pilihan akhirnya berlutut di kaki teman-temannya " Tolong jangan kalian jauhi aku, jangan sebarkan tentang kehidupanku yang sekarang" Anya mendongakkan kepalanya dan menatap kedua temannya.
"Sudahlah Anya, kamu tak mau berlama-lama denganmu. Pertemanan kita sudah sampai disini saja. Ingat bayar hutangmu itu aku akan tunggu. Jika sampai pagi kamu tak bisa membayar hutang mu itu aku akan menyebarkan tentang hidupmu yang sudah berantakan ini. Ingat itu aku tunggu"
Naura segera menarik tangan Miranda dan pergi dari sana. Mereka juga menepuk-nepuk pakaian mereka seperti sedang membersihkan sesuatu.
Setelah teman-temannya pergi Anya kembali bangkit dan menatap Laura dengan marah " Pasti ini ulahmu kan"
"Mana buktinya"
"Tak perlu bukti aku tahu pasti semua ini adalah ulahmu Laura"
"Tak ada bukti tak boleh menuduh, aku mengantuk setelah melihat drama ini lebih baik aku tidur" Laura pura-pura menguap dan berjalan dengan semangat kearah kamarnya.
Rencananya berhasil, sekarang Anya yang akan hancur. Laura akan menyaksikan kehancuran itu dan orang yang akan paling bahagia adalah dirinya.
Setelah kepergian Laura, Anya menutup pintunya dengan kencang menghentak-hentakan kakinya bagaimana menganti uang itu, jumlahnya tak sedikit punya uang dari mana dirinya.
Anya yang sudah tak tahu harus bagaimana dan mendapatkan uang dari mana segera menyelinap masuk ke kamar orangan tuanya. Saat pintu dibuka orang tuanya sudah tertidur.
Dengan langkah perlahan Anya masuk, lalu membuka lemari dan mencari apapun yang bisa Anya jual dan mengembalikan uang Naura kembali. Anya tak mau sampai nanti semuanya ketahuan dan semua yang ada disekolah akan merundungnya. Anya tak akan siap.
Saat menarik pakaian Ayahnya ada uang yang cukup banyak. Anya tanpa pikir panjang langsung mengambil uang itu dan keluar dari kamar orang tuanya.
Anya mengunci pintunya dan segera menghitung uangnya hanya ada 3 juta ini masih kurang, harus kemana lagi Anya mencari uang.
"Emm, apakah aku juga harus mencuri uang Laura. Tapi Laura begitu pintar menyembunyikan uang nya"
Anya mondar mandir seperti setrikaan, hari ini Anya tak akan bisa tidur sebelum mendapatkan uang.
"Aduh apakah Andi punya simpanan, bodo deh cek dulu saja"
Saat pintu dibuka ternyata Andi belum tidur dan menatapnya dengan binggung.
Anya berdecak kesal dan masuk kedalam kamar adiknya. Sepertinya Anya harus meminjam dan tidak mencuri.
"Punya uang ga "
"Ada "
"Pinjem dong "
"Buat apa Anya"
Anya berbaring dan memeluk guling " Aku punya hutang pada Naura"
"Hutang apa, jangan tambah masalah Anya" kesal Andi.
"Aku pengen tas dan Naura nawarin ya sudah aku ambil saja pinjaman itu. Bantu aku Andi, pada siapa aku harus meminta bantuan"
"Ga ada "
"Kamu tega kalau aku di permalukan disekolah"
"Itu salahmu sendiri, cepetan keluar dari kamar aku mau tidur"
"Ga mau, sebelum kamu kasih uang aku akan tetap disini "
Andi yang tak peduli menarik tangan Anya dan mendorongnya keluar dari kamar lalu terdengar suara pintu dikunci.
"Dasar adik sialan, ga sayang sama Kakak sendiri. Awas saja aku adukan besok sama Mama" Anya malah mendumal.
Kalau misalnya uang itu tak ada apakah Anya lebih baik keluar saja sekolah, tapi tanggung tinggal sebentar lagi, tapi Anya juga tak sanggup kalau harus di permalukan nantinya.