Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rebutan Makanan dan Mogok Masak!
...****************...
Malam itu, dengan wajah masam, Aulia kembali mendatangi apartemen Aldiano. Sambil membawa kantong belanjaan, ia menghela napas panjang di depan pintu.
"Aulia, ingat… tahan emosi. Jangan sampai dilempar keluar dari apartemen ini," gumamnya sendiri sebelum mengetuk pintu.
Tak lama, pintu terbuka, dan seperti biasa, Aldiano berdiri dengan wajah dinginnya.
"Masuk."
Aulia melengos dan masuk tanpa banyak bicara. Langsung menuju dapur, ia mulai mengeluarkan bahan-bahan yang dibelinya.
"Masak apa?" tanya Aldiano sambil menyandarkan tubuh di meja dapur, mengamatinya.
Aulia menatap bosnya dengan kesal. "Terserah saya! Kan bos nggak pernah bilang mau makan apa!"
Aldiano hanya mengangkat bahu, tetap tenang meski Aulia sudah mulai mengomel.
Setelah setengah jam, akhirnya masakan siap. Aulia meletakkan sepiring besar ayam goreng mentega dan nasi panas di meja makan. Dengan wajah puas, ia ikut duduk di seberang Aldiano.
Aldiano menatap Aulia sebentar. "Kenapa kamu duduk?"
Aulia menatap bosnya dengan ekspresi seakan Aldiano baru saja menanyakan hal paling bodoh di dunia. "Bos, saya LAPAARRR. Seharian kerja, belum sempat makan enak. Jadi saya makan bareng!"
Aldiano menatapnya sekilas, lalu menghela napas. "Terserah."
Dengan semangat, Aulia mulai menyendok nasi ke piringnya. Namun, saat ia baru mau memasukkan suapan pertama ke mulut…
SREEEET—
Aldiano dengan santainya menarik piringnya ke arahnya sendiri.
"Eh, eh, eh, EH?! Bos ngapain?!" Aulia menatap piringnya yang kini ada di hadapan Aldiano dengan penuh keterkejutan.
"Ini buatku, kan?" kata Aldiano santai, mengambil potongan ayam dan mulai makan.
Aulia melongo. "Bos… saya belum makan!"
Aldiano tetap kalem, mengunyah makanannya dengan tenang. "Masak lagi."
Aulia hampir meledak. "YA ALLAH BOS, KASIHANIN PEGAWAI MISKIN INI DONG! SAYA LAPAR!"
Aldiano tetap acuh, menikmati setiap gigitan ayam goreng mentega yang Aulia masak.
Aulia mulai panik melihat nasinya semakin menipis di piring Aldiano. Dengan cepat, ia mengulurkan tangan untuk mengambil ayam terakhir—
SREEET—
Aldiano menarik piring lebih jauh.
Aulia memukul meja. "Bos, sumpah! Saya lapar!"
Aldiano tetap santai, menghabiskan suapan terakhir. "Kamu bisa masak lagi."
Aulia menatap Aldiano dengan ekspresi penuh penderitaan. "Bos… saya lelah… saya lapar… saya ingin nangis."
Aldiano meletakkan sendoknya dan menatap Aulia dengan datar. "Jangan drama."
Aulia mendengus. "BOS NIH YA, ORANG MAKAN SENDIRI, TAPI SURUH ORANG MASAK! INI PENINDASAN!"
Aldiano akhirnya berdiri dan berjalan ke dapur. Aulia mengira bosnya sadar diri dan akan memasak mie instan untuknya.
Tapi…
Aldiano malah mengambil sebotol air mineral dan menaruhnya di depan Aulia.
"Minum. Biar kenyang."
Aulia melongo. "BOS MAU SAYA MATI?! MASA MAKAN MALAMNYA AIR DOANG?!"
Aldiano mengangkat bahu. "Daripada kamu terus berisik."
Aulia ingin menangis di tempat. Ini bos apa musuh bebuyutan?!
...****************...
Aulia masih duduk di meja makan dengan ekspresi penuh penderitaan. Perutnya keroncongan, tapi bosnya yang menyebalkan justru menikmati makanan yang dia masak tanpa sedikit pun rasa bersalah.
"Bos, sumpah, saya mogok masak!" Aulia menyilangkan tangan di dada, menatap Aldiano dengan tatapan tajam.
Aldiano, yang baru saja meneguk air putih dengan santai, hanya menoleh sekilas. "Terserah."
Aulia terbelalak. "Terserah? BOS NIH YA, SAYA JANJI NGGAK AKAN MASAK LAGI BUAT BOS!"
Aldiano tetap tenang, seperti sudah hafal dengan drama Aulia. "Kita lihat nanti."
Aulia mendengus keras. "Pokoknya mulai besok, kalau bos lapar, masak sendiri atau pesan makanan dari luar!"
Aldiano menatapnya lama, lalu mengangkat bahu. "Baiklah."
Aulia mendelik. Kok nurut? Aneh.
Keesokan harinya, Aulia bekerja seperti biasa, masih dengan rasa kesal. Saat jam makan siang tiba, ia dengan semangat bergabung dengan teman-temannya di kantin karyawan. Hari ini, ia ingin menikmati makan siangnya dengan damai tanpa ada bos menyebalkan yang menghabiskan makanannya.
Namun, di sisi lain kantor, Aldiano sedang duduk di ruangannya dengan ekspresi tidak biasa.
"Kenapa makanan pesanannya belum datang?" gumamnya sambil melirik jam.
Sudah lebih dari setengah jam sejak ia memesan makan siang, tapi belum ada yang datang. Biasanya, saat ini Aulia sudah masuk dengan nampan berisi makanan.
Sekretarisnya, Teddy, masuk dengan dokumen di tangan. "Bos, makanan belum datang?"
Aldiano tidak menjawab, hanya menatap meja kosong di depannya dengan wajah sedikit masam.
Teddy mengangkat alis. "Jangan bilang… bos menunggu makanan dari Aulia?"
Aldiano menatap Teddy tajam. "Diam."
Teddy tertawa kecil. "Kayaknya bos mulai ketergantungan sama masakan Aulia, ya?"
Aldiano menghela napas panjang. "Makanan lain rasanya hambar."
Teddy semakin ingin tertawa. "Terus bos mau gimana? Aulia udah mogok masak."
Aldiano menghela napas panjang. Ia mencoba mengabaikan perutnya yang mulai lapar. Tapi makin lama, makin terasa menyiksa.
Sementara itu, di kantin karyawan—
Aulia tertawa lepas bersama teman-temannya, menikmati makanannya dengan damai.
"Hari ini lo nggak masak buat bos lo?" tanya salah satu temannya.
Aulia mendengus. "Lupakan. Dia bisa makan sendiri!"
Semuanya tertawa.
Tapi kemudian…
Seseorang berdiri di pintu kantin, menarik perhatian banyak orang.
Semua mata tertuju pada sosok pria tampan berjas mahal yang tidak pernah terlihat di area ini sebelumnya.
Aldiano.
Karyawan di kantin membeku. Seumur-umur mereka bekerja di perusahaan ini, tidak pernah bos besar datang ke kantin karyawan.
Aulia yang sedang asyik mengunyah nasi juga ikut menegang saat melihat siapa yang datang.
Tatapan tajam Aldiano langsung mengunci pada satu orang.
Aulia.
Teman-temannya menatapnya dengan panik. "Aulia… bos lo nyariin lo…"
Aulia menelan ludah. "Gue pura-pura pingsan aja kali, ya?"
Sebelum Aulia sempat kabur, Aldiano sudah berjalan mendekatinya dan berdiri di samping meja.
"Kita perlu bicara."
Aulia tersenyum kaku. "Tentang apa, Pak?"
Aldiano menatap piring makanannya yang masih setengah penuh, lalu kembali menatap Aulia.
"Lapar."
Aulia terbatuk. "Terus… kenapa bapak harus lapor ke saya?"
Aldiano menatapnya lebih tajam. "Karena makanan lain tidak ada rasanya."
Seluruh kantin sunyi.
Aulia menatap bosnya dengan ekspresi horor. "Bos, tolong, saya mau makan dengan tenang!"
Aldiano menyilangkan tangan. "Masak lagi."
Aulia memegang dadanya. "SAYA MOGOK MASAK!"
Aldiano mendekatkan wajahnya sedikit. "Gaji naik."
Aulia langsung berhenti berteriak.
Semua orang yang mendengar pun ikut terpana.
Aldiano mengangkat satu alis. "Jadi?"
Aulia menatap bosnya lama, lalu menatap makanannya yang belum habis. Ia menghela napas panjang, lalu akhirnya mendesah pasrah.
"Baiklah, bapak menang."
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya