Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#26. KIYD.
Leo sengaja menyiapkan rencana liburan untuk Nadia karena ia tau jika wanita itu selama ini menjalani hidup di dalam tekanan.
Meskipun Leo belum mendapat diagnosis dari psikiater. Leo memutuskan untuk memberikan momen kebahagiaan serta kenangan indah yang akan mengikis segala kenangan buruk dalam diri wanita itu.
Beberapa saat kemudian terdapat pergerakan dari atas tempat tidur pasien.
Leo dengan sigap langsung menghampiri meskipun ada perawat yang standby di sana.
Sengaja, Leo menempatkan salah satu perawat untuk memantau keadaan Nadia agar kejadian seperti tadi tidak terulang lagi.
"Keadaan, Nona sudah stabil. Saya akan keluar sebentar untuk mengambilkan makan siang anda," ucap perawat tersebut. Wanita itu pun berlalu pergi setelah menundukkan kepalanya sekilas.
"Syukurlah kau sudah siuman. Bagaimana keadaanmu? Apa benar yang dikatakan oleh perawat itu?" cecar Leo.
"Maaf. Sekali lagi, aku merepotkanmu. Membuatmu khawatir dan lelah. Seharusnya, saat ini kau berada di kantormu atau di mansion. Bukan menungguku di sini," jawab Nadia yang merasa keadaannya telah menyusahkan orang lain.
"Kau ini bicara apa? Apa yang ku lakukan saat ini tidak sebanding dengan apa yang telah kau lakukan untukku. Jadi, jangan bicara dan berpikir macam-macam lagi," kecam Leo yang tak suka dengan nada bicara Nadia.
Nadia terdiam mendengar ucapan dari pria yang menatapnya penuh arti ini.
"Matanya berkaca-kaca. Apa ini Leo yang ku kenal. Pria sombong dan angkuh yang tak pernah peduli akan keadaan orang lain. Anehnya, aku sangat peduli padanya. Bahkan, aku tak bisa melihat ada orang lain berniat melukainya. Apa arti semua ini?" batin Nadia bingung.
"Kenapa tadi kau bisa pingsan di kamar mandi?" tanya Leo ketika mereka telah di perbolehkan pulang dari rumah sakit.
Dikarenakan psikiater mengatakan bahwa Nadia akan semakin tertekan jika terlalu lama menginap di rumah sakit. Banyak kejadian traumatis yang wanita itu alami dan semua itu kebanyakan terjadi di area rumah sakit alias pada kamar perawatan.
"Itu, karena aku–aku, merasa jika keberadaanku hanya bisa menyusahkan orang lain saja. Lalu, tiba-tiba aku teringat semua hal yang belakangan menimpaku dan seketika pandanganku gelap," jawab Nadia dengan napas yang turun naik.
Reaksi Nadia membuat Leo agak menyesal karena telah mengungkitnya.
"Ah lupakan saja. Kau nyatanya selalu berpikiran negatif terhadap dirimu sendiri. Oh ya, ini lihatlah!" Leo berusaha mengalihkan pikiran Nadia.
Pria itu mengangkat obat-obatan yang akan wanita itu konsumsi selama beberapa waktu ke depan.
"Kenapa? Itu kan obatku?" tanya Nadia.
"Besar-besar. Apa kau bisa menelannya?" tanya Leo.
"Tentu saja bisa. Memang apa susahnya?" heran Nadia.
"Kau hebat Nadia. Aku, tidak akan bisa menelan benda-benda laknat ini," puji Leo.
Pria itu asal saja mengalihkan pikiran Nadia dengan hal yang agak kurang penting di bahas seperti saat ini.
Karena itulah, Black yang sedang menyetir nampak mengerutkan keningnya.
Sejak kapan tuannya menjadi pria yang suka bicara.
"Kau ini, lucu." Nadia tergelak lalu mengalihkan wajahnya ke jendela mobil.
"Apanya yang lucu?" tanya Leo. Pria ini cukup senang karena Nadia telah masuk kedalam topik pembicaraan unfaedah ini.
Nadia kembali mengarahkan pandangan kepada sosok pria tampan di sebelahnya ini. "Lucu saja, pria segagah dirimu, yang ahli bertarung seperti mafia, dan katanya tak takut terhadap apapun. Nyatanya kau takut minum obat," kekeh Nadia lagi.
" Kau ini ya. Sepertinya senang sekali karena telah mengetahui rahasia besar seorang Leo." Pria itu tanpa aba-aba langsung mendekap Nadia dari samping dan mengecup pelipis wanita itu.
Nadia tidak meronta, ia memutuskan untuk menikmati ketika Leo memeluknya semakin erat.
"Terima hukumanmu, karena telah menertawaiku terus." Leo semakin berani, bahkan kini ia menggigit kecil telinga Nadia.
"Hei! Leo kau menggigitku!" teriak Nadia disertai gelak tawa kegelian.
Tiba-tiba sebuah cubitan mendarat di pinggang Leo.
"Ouch! Apa kau ini jelmaan kepiting!" decak Leo, seraya mengusap pinggangnya yang panas.
"Makanya jangan main gigit aja. Kau itu macam vampire kesiangan tau!" decak Nadia gemas, sambil berusaha melepaskan dirinya dari Leo.
"Hei! Mana ada mahluk nocturnal yang menggigit telinga." Leo kembali menarik tubuh Nadia kemudian memutarnya hingga berganti posisi dengan membelakangi dirinya.
"Lagipula, vampire itu kalau menggigit disini," ucap Leo sambil menempelkan bibirnya di leher jenjang Nadia yang putih mulus. Apalagi, pria ini sempat mengangkat rambut panjang Nadia yang sengaja di gerai.
Apa yang di lakukan oleh Leo nyatanya mampu membuat Nadia terkesiap seketika, ketika bibir dingin itu mengecup sekaligus menghisap lehernya.
Napas hangat dari Leo yang berembus menyapu bawah telinganya. Membuat bulu kuduk Nadia seakan menegak semua.
"Ih, Leo lepas! Kau ini apa-apaan sih!" protes Nadia takut terhanyut, karena pria ini selalu dapat membuainya hingga melayang.
"Biarkan seperti ini sebentar." Leo menyusupkan wajahnya diantara ceruk leher Nadia. Mencari kenyamanan di sana.
"A–apa kau tidak ingat kita sedang berada dimana?" bisik Nadia. Mencoba mengelak untuk lepas dari jerat yang ujungnya akan membuat dirinya mabuk kepayang.
"Tentu saja di dalam mobil karena kita hendak pulang ke mansion. Memangnya kenapa?"
Mendengar jawaban dari Leo, nyatanya menjadikan Nadia tak mampu berkata apapun lagi.
"Aku hanya mengikuti apa kata hatiku, jadi diamlah. Atau kau akan ku gigit lagi." ancam Leo yang mana, membuat Nadia tak lagi meronta.
"Ya bermesraan saja. Anggap jika saya hanyalah mahluk astral yang tak kasat mata," gumam Black.
Sabar ya Bang Black. 😁
Lalu keadaan hening selama beberapa saat. Keduanya menikmati waktu yang seakan berhenti di sekitar mereka.
Hingga Leo kembali mengeluarkan suaranya lebih dulu.
"Aku sempat takut saat itu, sangat takut. Ketika, ku dapati dirimu tak sadarkan diri di kamar mandi." Leo berkata sambil memejamkan mata, kemudian pria itu menarik napasnya dalam.
"Seandainya, pada beberapa waktu lalu tadi terjadi hal buruk pada dirimu ... mungkin, aku tidak akan bisa memaafkan diriku selamanya." Leo semakin mengeratkan lingkaran tangannya pada perut Nadia. Akan tetapi, ia tetap ingat keberadaan luka itu.
Leo menghirup aroma shampo pada rambut itu sepuasnya, seakan dirinya sudah lama tidak bernapas. Karena tadi sebelum pulang Nadia sempat mandi.
Perlahan ia membalik pemilik tubuh yang mulai harga ini aroma tubuhnya sudah menjadi candu itu.
"Mulai saat, tak ada lagi satupun manusia maupun iblis yang boleh menyakitimu." Leo menatap mata yang berkaca-kaca itu lekat.
"Terimakasih, karena sudah menghawatirkan aku sampai seperti ini," ucap Nadia lirih.
" Jangan keluarkan lagi air mata sedih ini dihadapanku. Aku berjanji akan menghadirkan kebahagiaan hingga kau lupa akan rasa sakit itu. Aku, berjanji mulai saat ini akan selalu ada untukmu, merelakan apapun demi dirimu." Leo berkata lagi seraya mengulurkan jarinya untuk menghapus air mata yang akhirnya jatuh itu.
"Aku, sudah meyakinkan hati ini untukmu. Hingga diri ini tak sanggup membayangkan ... bila harus kehilangan,"ucap Leo terbata, karena napasnya seakan tercekat di tenggorokan.
Keduanya pun menyatukan kening sambil memejamkan mata.
Merasakan debaran dalam dada serta debur jantung yang berdetak tak seperti biasanya. Menjalin tautan hati keduanya dengan ikatan tak kasat mata yang semakin kuat.
"Haih, kenapa sekarang mereka berdua mellow banget sih?" batin Black yang mengusap kasar air di ujung matanya.
"Ayo kita menikah!" celetuk Nadia membuyarkan momen yang membuat Black ingin menggigit gagang kemudi.
Manik mata keduanya sama-sama berbinar, hingga senyum ikut merekah dari bibir Nadia dan Leo.
"Kau, serius?"
Nadia tak menjawab, tetapi wanita itu justru mengalungkan kedua tangannya di leher Leo, dengan sedikit keberanian atau nekat ia menyapu bibir seksi itu dengan bibirnya.
"Kau yang memulainya." Leo tersenyum dalam hati dan menahan tengkuk Nadia, ketika wanita itu hendak melepaskan dirinya.
Maka, terjadilah kecupan yang manis, namun sungguh pahit bagi pria di depan kemudi yang sudah berderai air mata.
"Nasib nyamuk begini amat." Black menggigit ujung dasinya.
...Bersambung...
sok suka sendiri klo keluar .. ntar yang salah black pula ...
mantan lakinya jg .. masih aja sok dekat .. otaknya sudah rusak
di pantai saat penyerangan aja waktu itu gak bisa ngapa-ngapain..
skrg kebanyakan gaya mau keluar ..
Guys sekalian aku mau promosi karya ku yah hehe JUDULNYA Burning love (Candra & Ayana)