NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:350
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fight

Bacin mencengkeram kapaknya erat, napasnya sedikit tertahan saat ia melangkah mendekati pria berkacamata hitam itu. Sosok pria itu terlihat sangat keren, meskipun tubuhnya penuh luka dan pakaiannya lusuh. Namun, satu hal yang jelas—dia kesulitan menghadapi banyaknya makhluk yang terus berdatangan.

Saat salah satu makhluk dengan tubuh bengkok dan rahang terbuka lebar melompat ke arah pria itu, Bacin dengan cepat mengayunkan kapaknya. Bilah kapak itu membelah tubuh makhluk itu menjadi dua, darah hitam menyembur ke udara, menciptakan bau busuk yang menusuk hidung. Makhluk itu jatuh ke tanah, tubuhnya berkedut sebelum akhirnya diam.

Pria itu terkejut melihat kedatangan Bacin, namun tidak mengatakan apa-apa. Mungkin karena keadaannya yang terlalu sibuk untuk mempertanyakan siapa Bacin, atau mungkin ia menyadari bahwa saat ini ia membutuhkan bantuan, terlepas dari siapa pun orang yang datang membantunya.

Tanpa banyak bicara, keduanya mulai bertarung bersama. Pria itu mengangkat tangannya, dan pusaran angin muncul di sekelilingnya. Dengan satu gerakan, ia melepaskan tebasan angin yang menyapu beberapa makhluk sekaligus, tubuh mereka terkoyak seperti kertas yang dihantam pisau tajam.

Sementara itu, Bacin mengayunkan kapaknya dengan kekuatan penuh, menebas satu per satu makhluk yang mencoba mendekatinya. Darah hitam berceceran di tanah, namun seolah tanpa akhir, makhluk-makhluk itu terus berdatangan.

Tiba-tiba, sebuah suara melengking terdengar dari kabut. Sesuatu yang lebih besar mulai bergerak di antara bayangan, suaranya berat dan dalam, seperti napas dari sesuatu yang berasal dari mimpi buruk terburuk. Bacin dan pria berkacamata hitam itu menoleh hampir bersamaan.

Dari balik kabut, sebuah sosok raksasa muncul—makhluk dengan tubuh menjulang, wajahnya dipenuhi mata-mata kecil yang bergerak ke segala arah, tangannya panjang dan berjari banyak, mencakar udara seolah mencari mangsa. Napasnya seperti suara jeritan yang teredam, menggema di udara, menandakan bahwa mereka baru saja menarik perhatian sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

Bacin merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia sudah mengalami siksaan yang tak terhitung jumlahnya, tetapi entah kenapa, melihat makhluk ini membuat ketakutan dalam dirinya kembali membuncah.

Pria berkacamata hitam itu melangkah mundur sedikit, menggertakkan giginya. "Ini tidak bagus," gumamnya.

Bacin mencengkeram kapaknya lebih erat. Tidak ada jalan mundur. Jika mereka tidak bisa mengalahkan makhluk ini, maka kematian bukan hanya kemungkinan—itu adalah kepastian.

Bacin menatap sosok mengerikan yang muncul dari balik kabut, tubuhnya gemetar. Makhluk itu begitu besar, wajahnya dipenuhi mata-mata kecil yang bergerak liar ke segala arah, seolah mengamati setiap gerakan mereka. Tangannya panjang dengan jari-jari yang mencakar udara, suaranya seperti jeritan yang teredam, menciptakan teror yang tak terlukiskan.

Pria berkacamata hitam di sampingnya menggertakkan giginya, lalu berbisik dengan suara tegang, “Lari.”

Tanpa menunggu jawaban, pria itu segera menggunakan kekuatan anginnya untuk terbang ke udara, meninggalkan Bacin di bawah. Namun, setelah beberapa detik, pria itu menyadari sesuatu—Bacin tidak bisa terbang.

Dengan cepat, ia kembali turun dan tanpa banyak bicara, ia mengangkat Bacin menggunakan kekuatan anginnya. Angin berputar di sekitar mereka berdua, membawa tubuh Bacin melayang ke udara.

Makhluk raksasa itu mengeluarkan suara geraman yang menggetarkan tanah. Ia mulai bergerak maju, lengannya yang panjang mencambuk ke arah mereka, hampir mengenai kaki Bacin. Namun, pria berkacamata hitam itu mengerahkan lebih banyak energi, mempercepat laju mereka menjauh dari tempat mengerikan itu.

Setelah terbang cukup jauh, mereka akhirnya tiba di sebuah area yang sepi. Tanah di sana dipenuhi reruntuhan bangunan tua yang hampir tertutup kabut. Mereka berdua mendarat dengan napas tersengal-sengal, tubuh mereka terasa lelah setelah melawan begitu banyak makhluk menyeramkan.

Pria berkacamata hitam menatap Bacin dengan tajam, masih mencoba mengatur napasnya. “Siapa kau?” tanyanya dengan nada curiga.

Bacin mengambil beberapa detik untuk menenangkan dirinya sebelum menjawab, “Aku Bacin.”

Pria itu terdiam sejenak, lalu berkata, “Asep.” Ia melipat tangannya di dada. “Apa yang kau lakukan di dunia berbahaya ini?”

Bacin menghela napas panjang. Matanya menatap kosong ke tanah sebelum akhirnya menjawab dengan suara berat, “Aku mencari ibuku. Ia menghilang di dunia ini.”

Asep menatap Bacin dengan serius, lalu berkata, “Kau benar-benar terjebak dalam mimpi buruk ini. Aku ada di sini untuk mencari seseorang bernama Viktor Lenz.”

Bacin mendengar nama itu dan merasakan sesuatu bergetar di dalam dirinya. “Aku juga mencari pria itu,” katanya, matanya menyipit. “Tugas misiku adalah mencari tahu tentang informasi Morgan El Anto dari Viktor Lenz, dan sebagai imbalannya, aku akan diberitahu lokasi di mana ibuku berada.”

Asep menghela napas panjang. “Viktor adalah orang yang sangat jahat. Aku memiliki dendam padanya… Aku akan membunuhnya,” suaranya penuh dengan kebencian. “Namun, itu tidak akan mudah. Dia juga seorang Disgrace, tapi jauh lebih kuat dari yang bisa kau bayangkan.”

Hening sejenak di antara mereka, hanya suara kabut yang bergerak seperti bisikan-bisikan mengerikan yang terdengar di kejauhan. Lalu, Asep melangkah mendekat dan mengulurkan tangannya. “Bacin… Mari kita bekerja sama.”

Bacin menatap tangan itu sejenak. Tangannya yang penuh luka dan bekas darah masih gemetar, tetapi akhirnya ia menjabat tangan Asep dengan erat. Sebuah persekutuan baru terbentuk di tengah dunia yang penuh dengan kengerian ini.

Bacin berkata, “Ayo kita pergi.”

Asep mengangguk, lalu dengan kekuatan anginnya, ia membawa Bacin terbang melintasi langit kelam yang dipenuhi kabut hitam. Mereka bergerak cepat menuju lokasi di mana Viktor Lenz berada. Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan sebuah bangunan yang sangat megah dan besar, jauh berbeda dari tempat-tempat mengerikan yang sebelumnya mereka temui.

Dari dalam bangunan itu, terdengar musik yang sangat keras, dentuman bass yang menggema hingga ke luar. Bacin terkejut, tidak percaya bahwa ada tempat seperti ini di dunia yang penuh kengerian ini.

Bacin dan Asep menyusup ke dalam bangunan megah itu dengan hati-hati. Suara musik yang menggelegar membuat dada Bacin bergetar—bukan hanya karena volumenya yang tinggi, tetapi juga karena ketidakwajaran situasi ini. Di dunia yang penuh dengan kengerian dan makhluk mengerikan, bagaimana bisa ada tempat seperti ini?

Asep berbisik di telinganya, “Jangan sampai ketahuan. Kita berpencar dan menyelinap masuk. Aku akan mencari jalur ke dalam, kau perhatikan sekitar dan cari celah untuk masuk ke ruangan yang dijaga ketat itu.”

Bacin mengangguk dan melangkah perlahan di antara kerumunan manusia yang sedang berpesta. Orang-orang di sini tampak normal—tertawa, berjoget, menikmati musik dengan minuman di tangan mereka. Seolah-olah mereka sama sekali tidak sadar bahwa dunia di luar bangunan ini adalah neraka yang penuh dengan entitas mengerikan.

Bacin merasakan ketidaknyamanan. “Ini tidak masuk akal…” pikirnya. “Bagaimana bisa mereka semua bersenang-senang sementara di luar sana hanya ada kematian?”

Matanya beralih ke beberapa penjaga yang berjaga di dekat lorong menuju ruangan yang dijaga ketat. Mereka tampak seperti manusia biasa, tetapi ekspresi wajah mereka dingin dan penuh kewaspadaan. Bacin terus mengamati, mencari celah, tetapi semakin lama ia di sini, semakin ia merasa ada sesuatu yang sangat salah.

Tiba-tiba, dari sudut matanya, ia melihat sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri. Salah satu orang yang berjoget—seorang pria berbaju hitam dengan kepala tertunduk—perlahan-lahan mengangkat wajahnya. Yang mengejutkan, wajah itu tidak memiliki mata, hanya rongga hitam yang kosong. Mulutnya tersenyum lebar dengan gigi-gigi tajam yang tidak manusiawi.

Bacin langsung berpaling, jantungnya berdetak kencang. Ia mencoba menenangkan diri, berpikir mungkin ia hanya berhalusinasi. Namun, saat ia melihat sekeliling, satu per satu orang yang sedang berpesta mulai menunjukkan keanehan. Ada yang memiliki jari-jari yang terlalu panjang, ada yang kepalanya tertekuk dengan sudut yang tidak mungkin, dan ada pula yang tertawa tanpa suara dengan bibir yang terus bergerak seperti sedang mengunyah sesuatu yang tidak terlihat.

Bacin mulai menyadari sesuatu—tempat ini bukan sekadar klub malam biasa. Ini adalah jebakan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!