Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21 : Sungguh Indah Bola Kembar
Mentari mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, ia merasakan sesuatu yang berat menindih perutnya dari belakang. Ia kemudian tersadar jika sekarang tidak di sofa, melainkan dikasur. Mentari langsung terkejut, ia menyingkirkan tangan itu pelan-pelan.
Ketika hendak turun dan baru saja berhasil menurunkan satu kakinya, tangannya ada yang menahan.
''Ooops..'' lirih Mentari.
Mentari menoleh, dilihatnya ternyata Edgar sudah membuka mata dan tengah tersenyum.
''Mau kemana hem?'' tanyanya dengan suara khas bangun tidur.
''E... itu, Tuan, saya mau ke toilet, kebelet.'' jawab Mentari beralasan.
''Cepat.'' ucap Edgar lalu melepaskan tangannya.
''Iya Tuan.'' jawab Mentari dengan setengah berlari.
''Huuhhh..'' Mentari menghembuskan nafasnya.
''Perasaan aku tidurnya di sofa, kenapa jadi dikasur? dan apa tadi.. dia meluk aku? hih! dasar mesum!!'' umpat Mentari.
''Aku harus bisa cari alasan, harus bisa!!''
Mentari berputar-putar di dalam kamar mandi seraya berfikir.
''Aiisshhhh kenapa nggak nemu alasan sih..'' gerutu Mentari.
Tok tok tok
''Jangan tidur disana!'' seru Edgar dari luar.
Mentari langsung menoleh kearah pintu.
''Duuhh ngapain sih.. apa aku selama itu disini?''
''Iya Tuan, sebentar lagi.'' seru Mentari dari dalam.
Ceklek
Mentari terperanjat saat membuka pintu dan ternyata Edgar masih berdiri disana dengan memberikan tatapan yang sangat tajam.
''Tuan sengaja mau bikin jantung saya copot?''
''Iya.'' jawab Edgar.
''Sudah ketemu alasannya?'' sindir Edgar.
Deg!
''Maksud anda apa?'' tanya Mentari gugup.
Edgar menyunggingkan sudut bibirnya.
''Tidur!''
''Inikan sudah pagi, Tuan.'' ujar Mentari.
Edgar menyalakan lampu dikamarnya.
''Ehehehe..''
''Apa? masih bisa lihat kan itu jam berapa.'' tunjuk Edgar.
Mentari mengangguk. ''Iya Tuan, saya mau tidur lagi.'' jawabnya langsung berjalan lagi.
Baru dua langkah, kerah piyamanya ditarik dari belakang membuat Mentari terkejut dan terpaksa langkahnya terhenti.
Posisinya yang tidak siap membuat Mentari hampir kejengkang, tapi, dengan sigap Edgar menangkapnya dari belakang sehingga tidak jatuh.
Lampu kamar yang belum dipadamkan lagi membuat keduanya sangat jelas. Edgar yang tengah menahan tubuh Mentari terdiam seribu bahasa, begitu juga dengan Mentari. Diniharinya sudah dibuat olahraga jantung. Tatapan saling bertemu dan beradu seakan menginginkan sesuatu.
''Mulai sekarang, kau tidur bersamaku karna kau istriku.'' ucap Edgar.
Mentari menelan salivanya.
''Ttttt-tapi Tu-Tuan..''
Berpandangan dengan Edgar membuat Mentari menjadi gagap dan sulit berbicara.
''Aku tidak mau DIBANTAH!'' bisik Edgar menekankan suaranya.
Edgar membenarkan posisi berdiri mereka. Sedangkan Mentari terdiam, dihadapan Edgar membuatnya seperti boneka.
Melihat Mentari yang sedikit menunduk, Edgar mengangkat dagu Mentari dengan jari telunjuknya, membuat jantung mereka saling berdebar kencang. Perlahan Edgar kembali mendaratkan ciuman dibibir Mentari.
Ciuman yang hangat itu perlahan berubah menjadi semakin liar tatkala Mentari memberikan balasan, Edgar sangat menikmatinya. Kedua tangannya pun berubah menjadi nakal, membelai tubuh belakang Mentari dari atas ke bawah.
Mentari tidak menyangka dirinya akan segila ini membalas ciuman dari Edgar, meskipun tanpa berani membuka matanya. Kedua tangannya mencengkram piyama Edgar sangat erat.
Edgar melepaskan pertautannya, keduanya pun saling menatap tanpa percakapan.
''Tidak salah jika kita melakukan ini..'' bisik Edgar ditelinga Mentari setelah saling diam beberapa detik.
Edgar menghembuskan nafas ditelinga Mentari lalu memadamkan kembali lampu kamarnya.
Edgar kembali menyatukan bibir mereka dengan terus bergerak menuju ranjang. Ia kembali melahapnya dengan rakus, tangannya yang semakin agresif meremas bok0ng Mentari, sehingga si pemilik langsung meringis. Namun, Edgar tetap melancarkan aksinya, menikmati setiap inchi wajah sang istri.
Edgar menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, sedangkan Mentari yang berada dalam pelukannya tentu saja ikut terbawa, ia berada diatas tubuh suaminya. Dengan cepat Edgar merubah posisi sehingga dirinya berada diatas mengungkung tubuh Mentari.
Dengan posisinya yang berada diatas, Edgar langsung melepaskan bajunya dan melemparnya ke sembarang arah, menyisakan celana yang masih melekat dan memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak, kemudian ia melanjutkan melahap bibir manis itu. Rasanya masih seperti original, nikmat sekali.
Mentari yang awalnya takut dan gugup pun terbawa akan perlakuan Edgar, ia ikut menjadi liar membalas ciuman panas suaminya. Tentu saja hal itu membuat Edgar semakin terpacu untuk melakukan lebih.
''Akhhh..''
''Oh Mentari.. ayo terus, lanjutkan des4han indahmu, sayang..''
Sedari tadi Mentari sudah menahan, namun, saat tangan liar Edgar menelusup ke dalam piyamanya dan meremas bukit kembarnya dan memainkan ujung puncak, ia tidak bisa lagi menahan.
Kelakian Edgar semakin tertantang, Mentari hanya bisa meringis dengan menggigit bibir bawahnya agar des4hannya tidak lolos lagi.
Pria itu kembali mengunci bibir Mentari dengan lembut, sementara satu tangannya membuka satu persatu kancing piyama Mentari. Sungguh indah bola kembar yang tersaji dihadapannya.
''Tu-Tuan..'' Mentari sedikit tersadar, ia menatap malu tubuhnya sendiri.
Saat akan kembali menutupnya, tangan Edgar dengan sergap menahannya dan menaruh tangan Mentari ke atas. Sehingga ia bisa dengan jelas memandang sesuatu yang indah, berkali-kali Edgar berusaha menelan salivanya.
''Kau diam saja dan nikmatilah setiap sentuhan indahku..'' bisik Edgar.
Mentari melengos, ia berusaha melepaskan tangannya, tetapi tangan Edgar jauh lebih kuat menahannya.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,