Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Kerja
Part 16
Mata Zafran tak berkedip memandang Alena, kaki jenjang putih bersih, pinggang ramping, body seksi, bibir merah merona dan wajah cantik seperti berbi.
"Kamu sangat cantik," puji Zafran seraya menyodorkan tangan menyalami Alena.
Wajah Alena bersemu merah, dia tersipu mendengar pujian Zafran yang spontan. Debar jantungnya dua kali lebih kencang dari biasanya. Tiba-tiba saja, ada rasa bangga dalam hatinya. Semua laki-laki pasti terpesona dengan kecantikannya.
"Abang juga sangat ganteng. Benar kata tante Asaka, selain ganteng dan tampan, Abang juga tajir," balas Alena seraya menerima uluran tangan Zafran.
Zafran yang dasar buaya melirik nakal ke arah Akena, dan terkekeh mendengar pujian Alena. Dia tidak heran, karena sudah sering mendengar kata-kata pujian seperti itu. Sudah jadi santapan Zafran.
Zafran mengambil alih travelbag dari tangan Alena, dan mengajak Alena ke parkir. Saat melihat lamborghini milik Zafran, Alena berdecak kagum.
"Mobil Abang bagus banger. pasti harganya miliaran," ujar Alena, dengan mata membola.
"Ini belum seberapa," ujar Zafran sengaja membuat Alena terkagum-kagum. Dari kesan pertama dia sudah bisa menebak kalau Alena pasti hanya mengincer hartanya.
"Wah... Abang benar-benar tajir" Mata Alena menatap kagum berlipat-lipat pada Zafran. Zafran hanya nyengir kuda.
"Iya! Ini baru dua persen dari kekayaanku." Zafran sengaja pamer, agar Alena semakin berambisi mendapatkannya.
Zafran membuka pintu mobil untuk Alena dan mamanya, setelah itu dia masuk, menekan pedal gas dan meluncur. Tiga puluh menit kemudian mereka sampai ke kantor Zafran.
Alena yang baru keluar dari mobil memandang kagum pada gedung yang berdiri gagah di depannya. Dia semakin senang dan bangga, karena sebentar lagi dia akan menjadi sekretaris CEO pemilik gedung mewah ini.
"Aku akan jadi nyonya pemilik kantor ini," batin Alena.
"Ayok masuk. Akan ku kenalkan pada karyawan," ujar Zafran.
Spontan Alena meraih lengan Zafran, lalu bergelayut manja di lengan kekar itu, seakan dia dan Zafran sudah memiliki hubungan khusua. Sejenak Zafran menatap tangan Alena yang mempel padanya. Zafran membiarkan saja, lalu dia melangkah memasuki ruang utama.
Semua mata menatap ke arah Zafran dan Alena. Beberapa karyawan berdecak kagum melihat kecantikan wanita yang berada di samping Zafran. Sebagian ada yang mencibir, kalau gadis yang ada di samping bos mereka itu, bukan wanita tulus.
Saat melihat, Zafran dan nyonya Asaka mendekat, semua karyawan menyambut kedatangannya dengan cara menundukkan kepala penuh hormat.
Suasana di kantor jadi hening, hanya ada bisik-bisik para karyawan. Jangankan bicara mengangkat kepala pun tak ada yang berani, karena aura Asaka lebih sadis dari putranya. Bergegas Zafran menuju ruang lobi, di sana terlihat Rayzad dan Ruhi sedang berbincang serius, hingga tak mengetahui kehadiran Asaka dan Alena.
"Ruhi! Tolong antar mama dan nona Alena ke ruangan saya. Saya ingin bicara dulu dengan Ray." Titah Zafran meminta Ruhi ke atas membawa mamanya.
"Baik Tuan!" Ruhi menunduk tanda hormat dan siap melaksanakan tugas.
"Ayok Nyonya dan Nona. Ikut saya," ujar Ruhi.
Mereka bertiga beriringan menyusuri koridor kantor, munuju lift, begitu lift terbuka. Ruhi menyilakan Asaka dan Alena masuk.
"Kamu bekerja di sini sebagai apa?" Tanya Asaka begitu meraka sudah berada di lift.
"Asisten Nyah," jawab Ruhi sopan sambil menundukkan kepala.
"Sudah lama?" Tanya Asaka lagi.
"Hampir lima tahun," jawab Ruhi lagi.
Saat Asaka ingin mengajukan pertanyaan lagi. Pintu lift terbuka, Ruhi mempersilakan Asaka dan Alena keluar duluan. Asaka memindai kantor putranya yang sudah maju pesan. Keadaan kantor sudah jauh berbeda dari sepuluh tahun yang dulu.
"Anakku sudah sangat sukses," batin Asaka.
Mereka bertiga kembali menyusuri koridor kantor melewati beberapa ruang kerja lain, menuju ruang CEO.
"Silakan Nyonya dan Nona." Ruhi menguakkan pintu selebarnya, agar Asaka dan Alena bisa masuk leluasa.
"Wah... kantor anak tante sangat luas dan luar biasa," pujian meluncur bebas dari bibir Alena seraya terkagum-kagum.
"Kamu pasti akan betah bekerja di sini."
"Pastinya tante. Aku mau meja kerjaku satu ruangan dengan Zafran. Tante kasih tahu Zafran ya." Alena merengek, mulai mencari muka.
"Boleh. Satu meja denganku juga tidak apa-apa, aku senang kok selalu berduaan dengan gadis cantik sepertimu." tiba-tiba Zafran menyambar ucapan Alena.
"Terima kasih ya. Bang!" Dengan pedenya Alena berjingkit dan mencium pipi Zafran, lalu bergelayut manja di lengan Zafran.
"Zafran pasti tambah sukses. Jika didampingi oleh sekretaris sepintar dan secantik kamu." ujar Asaka merengkuh bahu Alena dan Zafran.
"Iya. Tante! Aku akan membuat calon suami aku makin sukses melambung." Alena semakin percaya diri karena Asaka sudah sangat menyukainya. Jalannya untuk mengusai seluruh harta Zafran semakin mulus.
Mendengar Alena mengatakan dirinya calon suami, sikaf Zafran biasa saja. Dia tidak terlalu tertarik untuk membahad pernikahan dengan Alena. Alena memang cantik dan menggoda. Namun, Zafran belum memikirnya.
"Ruhi! Tolong kamu beritahu apa-apa saja tugas sekretaris saya," titah Zafran pada Ruhi.
"Kamu ikut keruangan Ruhi," titah Zafran lagi.
Seraya meraih tangan Alena. Ruhi menariknya ke ruang kerja. Ruhi dan Rayzad sudah menyiapkan dukomen perjajian kerja, sesuai dengan yang diperintahkan Zafran.
"Semoga Alena bisa menjadi sekretarismu."
"Dan kalau cocok, kamu bisa langsung melamarnya. Mama sudah kepingin punya cucu."
"Cucu."
Kata-kata itu, spontan mengingatkan Zafran pada Kiano.
"Aku jadi rindu pada anak itu." Batin Zafran.
"Bagaimana menurutmu tentang Alena." Pertanyaan Asaka membuyarkan lamunan Zafran tentang Kiano.
"Cantik, seksi dan sempurna," jawan Zafran lugas.
Jawaban Zafran membuat Asaka senang, dia berharap Alena dapat mewujudkan impiannya. Karena Alena merupakan anak pasangan temannya yang punya tambang batu bara di mana-mana. Jika Alena dan Zafran bersatu, pasti nama perusahaan Zafran dan suaminya akan melambung dan diperhitungkan oleh lawan-lawan bisnis.
"Bila cocok. Mama dan papa bisa segera melamar Alena untukmu."
"Biar aku dan Alena saling mengenal dulu. Ma! Mana tahu malah Alena tak suka sama aku." elak Zafran, dia paling tidak suka dipaksa-paksa.
"Mana ada cewek yang nolak jadi istri kamu, ganteng, tampan dan tajir," ujar Asaka, dia begitu bangga dengan putranya.
Dreet... Dreet... Dreet.
Ponsel di dalam tas Asaka bergetar. Asaka membuka tas tangannya, lalu melihat layar ponsel yang bercahaya.
"Dari papamu." Asaka segera mengangkat telepon dari suaminya.
"Ada apa papa menelepon mama?" Tanya Zafran begitu Asaka mengakhiri panggilannya.
"Papa meminta mama segera pulang. Payah papamu tak bisa jauh dari mama," jawab Asaka.
Mendengar jawaban Asaka. Zafran tersenyum puas, ternyata tak payah menunggu lama. Papanya sudah memenuhi permintaannya. Tadi pada saat Ruhi membawa Alena dan mamanya ke atas, di bawah Zafran sempat menelepon papanya, agar membantunya memulangkan Asaka kembali ke rumah.
"Mending mama pulang saja. Dari pada papa di sana direbut pelakor."
"Isttt, kamu nyumpahi mama ya. Mama juga malas lama-lama lihat kamu yang tak laku-laku," ujar Asaka seraya mengacak rambut putranya.
Zafran hanya tertawa menanggapi ucapan mamanya, sambil nyengir kuda, dia coba bernego dan berjanji, kalau tahun ini dia akan segera memiliki seorang istri.
"Kamu tak usah cari-cari lagi. Alena pasti sudah cocok sama kamu."
"Mama nggak boleh egois gitu. Mungkin sama aku cocok, sama Alena belum tentu."
"Alena orangnya nggak neko-neko. Percaya dech sama mama. Pasti setuju nikah sama kamu." Asaka ngotot dengan pendiriannya dan dia sangat yakin kalau Alena tidak akan menolak Zafran putranya.
"Pokoknya mama tidak mau tahu. Kamu harus jadi dengan Alena."
Pendirian Asaka tak bisa tergoyahkan, hingga sekeras apa pun Zafran menolaknya. Percuma! Mamanya akan terus mendesak. Dari pada berdebat tak kunjung selesai, Zafran merengkuh pundak Asaka dan menawari mamanya mau ke mana sebelum pulang.
"Sebelum pulang, mama mau bertemu Alena dulu." Asaka beranjak menuju ruang Ruhi.
Di ruang Ruhi, Alena sedang membaca peraturan perjanjian kontrak kerja sebagai sekretaris Zafran.
"Nggak perlu dibaca Alena, hanya buang waktu. Tanda tangan saja. selesai, besok kamu sudah bisa bekerja," ujar Asaka yang baru masuk ke ruang Ruhi.
"I-iya tante." Alena pun mengoreskan ujung mata pena kesetiap kertas yang ada namanya.
"Selamat ya. Kamu sudah resmi jadi sekretaris Zafran." Asaka menyalami dan memeluk Alena dengan hangat.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.