Arumi Larasati 24th, wanita cantik terlahir dari keluar sederhana, terpaksa menikah dengan Dion Erlangga 26th seorang pengusaha muda yang sangat sukses.
Mereka menikah karena perjodohan para kakek mereka, baik Arumi mau pun Dion tidak bisa menolak perjodohan tersebut.
Sikap Dion yang dingin dan acuh, bukan lah masalah untuk Arumi, Arumi tetap melayani suaminya itu dengan sepenuh hati, walau yang diperhatikan acuh tidak acuh kepadanya.
Hingga suatu hari Arumi mengetahui fakta, bahwa sikap dingin Dion itu hanya berlaku untuk dirinya, tidak untuk para sahabatnya.
Kini Arumi sadar, bahwa sang suami belum bisa menerima pernikahan mereka, dari pada menahan sakit lebih banyak lagi, Arumi memilih menyerah dalam pernikahannya.
Dan apakah Dion bisa menerima itu...?
Yukkk... kepoin cerita selanjutnya... ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Dion berjongkok mengambil benda yang jatuh ke lantai.
Deg....
Jantung Dion berdetak lebih kencang, saat melihat benda yang di tangannya.
Dion menggelengkan kepala lemah.
"Tidak" gumam Dion dengan tangan bergetar.
Dion terduduk lemas di lantai, melihat cincin dan kartu black card Arumi yang tidak pernah Arumi tinggal selama ini, Arumi selama ini memakai cincin nikah mereka, tanpa pernah membukanya selama ini, namun apa ini? pikiran Dion melayang kemana kemana.
"P-pak..." panggil Tejo sedikit takut.
"Istri saya benaran pergi ya? " lirih Dion dengan tatapan mata sayunya.
"M-mungkin ibu ada perlu keluar, pak." sahut Tejo ragu.
"Tidak, istri saya pergi karena ulah saya." ujar Dion menggelengkan kepalanya, dia sadar istrinya pasti pergi karena dirinya tadi, andai dia menurut kepada sang istri, tidak perlu pergi menemui Diana, pasti istrinya masih ada di rumah ini.
"Kita cari yuk... Pak, semoga aja ibu belum jauh." ajak Tejo.
Dion mengangguk dan berusaha berdiri dengan memegang pinggiran meja, namun belum sempat dia untuk berdiri, namun sudah mendapatkan sebuah kertas dengan tulisan tangan sang istri.
Tanpa banyak drama, Dion lansung membaca surat yang di tinggal sang istri.
Assalam mu'alaikum, mas.
Mungkin saat mas membaca surat ini, aku sudah pergi jauh, dan tolong jangan cari aku, mulai lah hidup baru dan cari kebahagian mas sendiri, begitu pun dengan aku, aku akan mencari kebahagianku sendiri.
Maaf, aku pergi dengan cara seperti ini, aku tau ini tidak benar, tapi aku terpaksa melakukannya, karena klau aku minta izin sama mas, mas pasti akan melarangku.
Sejujurnya, aku sudah memberi banyak waktu untuk mas, tapi mas tidak menghargai waktu yang aku berikan, bahkan di saat hubungan kita masih tidak baik baik saja, mas masih memikirkan sabahat mas, dari pada aku istri mas, lalu... Untuk apa aku bertahan dengan hubungan ini, lebih baik kita selesaikan saja hubungan ini, agar kita bisa mencari kebahagian masing masing.
"Oh... Iya, tolong sampaikan maaf ku sama mama papa, Doni, dan Yasmin, aku pergi tanpa pamit, mungkin mereka akan marah kepada ku, tapi ngga apa apa, aku bisa terima semua itu.
Sekali lagi, hidup lah lebih baik lagi, suatu saat nanti, andai mas berumah tangga lagi, mohon mas perhatikan istri mas, sayangi dan cintai dia, perlakukan dia lebih baik dari pada mas memperlakukan teman mas itu, agar istri mas merasa di hargai dan di cintai.
Sampai di sini aja ya mas, aku nggak bisa berkata panjang kali lebar lagi, dan tolong mas tanda tangani surat cerai kita, tolong jangan di persulit ya, aku memilih menyerah, mas. Dari hubungan tidak sehat ini.
Sekian dan terimakasih.
Wassalam
Arumi Larasati.
Tubuh Dion kembali ambruk ke lantai, air matanya meleleh membasahi pipinya, Dion meremas surat yang baru saja dia baca.
"Nggak, aku nggak akan pernah menceraikan kamu Arumi, kamu adalah satu satunya istri, tidak akan ada seorang laki laki pun yang bisa mendapatkan kamu selain aku." gumam Dion menahan sesak di dadanya, tangannya mengepal sangat kuat, hingga urat uratnya keluar, dan buku buku tangannya sampai memutih.
Tejo Atun dan Aminah, hanya bisa saling lihat, tidak berani berkomentar, pasti terjadi sesuatu yang buruk saat ini.
"Keluar lah." ucap Dion dingin.
"K-kita nggak jadi cari ibu, pak? " tanya Tejo.
"Tidak, besok saja saya akan mencarinya sendiri, biarkan hari ini dia menenangkan diri dulu." sahut Dion makin dingin.
Tejo dan kedua wanita itu, lansung keluar dan tidak mau banyak tanya lagi, karena melihat sikap tuannya yang lebih dingin itu, membuat bulu kuduk mereka berdiri.
"Ya Allah... Bapak serem amat." gumam Aminah.
"Gimana nggak seram, ibu pergi nggak bilang bilang." ucap Atun.
"Lah, salah sendiri sih, istri cantik dia diamin aja selama ini, syukur sih ibu bertahan sampai sejauh ini, klau aku mah, mungkin udah dari dulu kabur, nggak tahan sama sikap dinginnya." sahut Aminah lagi."
"Suuttt.... Udah udah, jangan ngegosip aja, nanti bapak dengar." omel Tejo.
Sementara si tempat yang berbeda, Diana dan teman temanya lagi terbahak bahak bahagia.
"Kamu usil banget sih, klau Dion marah gimana? " kekeh ratu, sahabat Diana yang memotret Diana dan Dion tadi.
"Nggak akan lah, Dion kan selama ini sayang banget sama gue, dan gara gara perjodohan nggak jelas itu, Dion harus menikah sama wanita udik itu, sudah saatnya wanita udik itu keluar dari istana Dion, dan sudah waktunya dia kembali menjadi upik abu.' kekeh Diana.
"Klau tante Lia marah gimana? " tanya Ratu lagi.
"Ihhh... Kan tante Lia dari awal nggak pernah setuju sama perjodohan itu, tapi apa daya, klau titah mertuanya lebih tinggi, mau nggak mau tante Lia menerima perjodohan Dion sama wanita udik itu." cerocos Diana.
"Tapi klau mereka marah, gue nggak mau ikutan ya, loe tanggung sendiri." ujar Ratu sedikit takut, walau selama ini Dion nggak pernah marah, namun entah kenapa kali ini firasatnya beda.
"Ahh.. Low tenang aja lah, nggak usah takut, semua akan aman aja, klau tante melihat foto ini, mana tau kami bisa di suruh nikah. " ujar Diana berbinar bahagia, memang dari lama dia ingin masuk kedalam keluarga Dion itu, masuk sebagai anggota keluarga bukan sekedar teman saja.
"Berkhayal jangan ketinggian Di, nanti jatuh sakit. " cibir Angga yang memang kurang suka dengan kelakuan Diana itu, namun apa daya dia terpaksa menerima Diana di kelompok mereka, karena sahabatnya Dion sudah menganggap Diana sebagai adiknya, namun gadis gatal itu akhir akhir ini sikapnya makin keterlaluan.
"Ihh... Apa sih Ngga, loe sirik aja jadi orang." kesal Diana.
"Jaga batasan loe Di, jangan jadi perusak di rumah tangga sahabat loe, mentang mentang loe di anggap adik oleh Dion, tapi jangan ngelunjak." pedas Angga.
Diana hanya mendengus kesal mendengar ocehan Angga yang tidak bermanfaat baginya itu, siapa dia berani mengatur atur urusannya.
"Yukkk... Ahhh... Pulang, udah nggak ada Dion, nggak enak lagi suasananya." ujar Diana dengan wajah masamnya.
Angga hanya bisa geleng geleng kepala dengan tingkah murahan Diana itu, lihat lah, dengan cara berpakaiannya, bukan munafik, Angga juga bukan orang yang suci dan dia juga suka icip icip wanita, tapi itu suka sama suka, walau tidak sampai melakukan lebih jauh, tapi sekedar kissing dan raba raba gunung kembar dan colek colek biji kacang yang tersembunyi dengan jarinya, Angga hanya melakukan sampai di situ, namun saat memilih Pasangan tentu saja dia ingin wanita baik baik, bukan seperti Diana yang sudah sering di colek colek gratis, bahkan dia pun pernah colek colek biji kacang Diana itu.
"Dasar murahan." gumam Angga."
"Loe ngomong apa." tanya Diana sedikit menunduk dan mempertontonkan gunung kembar yang hampir tumpah itu.
"Nggak ada, benerin tuh baju loe, putik jambu loe udah ngintip tuh." pedas Angga.
Wajah Diana memerah saat di katain oleh Angga itu.
"Alah... Loe kalau di kasih juga mau." kesal Diana.
"Di kasih gratis siapa yang nggak mau, cuma sayang rasanya sudah hambar, karena sudah bayak yang menyedotnya." sarkas Angga.
Diana tidak dapat berkata kata lagi, hanya wajahnya yang seperti kepiting rebus lah yang bisa mengartikan klau wanita itu sedang marah.
Angga hanya cuek aja, nggak perduli dengan kemarahan wanita murahan itu.
Saking kesal dan malunya, Diana pergi dengan menghentak hentakan kakinya ke ubin, tapi sayang tidak ada satu pun sahabatnya yang mencegah kepergiannya, bahkan tidak ada yang perduli saat dia di rendahkan oleh Angga.
Bersambung....
Haii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
seru ini Thor jarang jarang ada
boleh dong di munculin karakter baru yg suka ma Arumi biar Dion merasakan rasanya ada ganguan kecil
pak darmawan hrs trs ngawasi wulan biar ga jg ulet bulu gara" pengaruh istrimu
salah sndiri... bego dipiara...
arumi pst malu bgt....udh mh jlan'ny ky pinguin,trs lhernya d ggit nyamuk gd pula...../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
tpi dgn perempuan lain... yg ktanya sahabat bisa bersikap lmbut dan mesra...