Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan Anya
Setelah talinya terlepas, Anya langsung melepaskan bathrobe nya dan kini balutan lingerie yang ia kenakan membuatnya terlihat begitu menantang bagi Axel.
Axel sendiri yang baru selesai mendinginkan tubuh, hati, dan fikirannya, kini harus kembali merasakan hawa panas yang datang menyelimutinya. Tubuh Anya benar-benar membuatnya menelan ludahnya kasar.
Sekuat apapun ia bertahan dan memperjuangkan kesetiaannya dengan Hellen, tetap saja naluri jiwa laki-laki dewasa yang ada dalam dirinya tidak bisa dibohongi. Apalagi perempuan yang ada di hadapannya adalah barang baru yang masih tertutup segel dengan rapat.
Melihat Axel terpaku memandanginya, Anya pun semakin berani mendekati bos dingin yang saat ini sudah menjadi suaminya.
‘Aku yakin, Pak Axel tidak akan menolak pesonaku kali ini. Lagi pula aku juga sudah halal untuk dijamah olehnya!’ gumam Anya dalam hati.
‘Aku memang seperti bukan aku! Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku seberani dan senekat ini!’ batin Anya sambil terus mendekati Pak Axel.
‘Biar sajalah! Aku tidak mau melakukan hal sebagai suami dan istri jika bukan ia yang memintanya. Yang jelas aku harus tetap berusaha untuk meruntuhkan dinding pembatas yang ia bangun sampai menjulang tinggi.’
Pesona Anya benar-benar membuat Axel terpesona. Tubuhnya yang sekal dengan balutan pakaian yang sangat tipis dan juga tembus pandang membuat milik Axel terasa sesak di bawah sana. Ia pikir Anya akan merayunya lebih berani lagi.
Namun, dugaannya salah besar. Anya justru hanya melewatinya begitu saja sambil menuju ke kulkas untuk mencari cemilan yang tersedia di sana. Selepas itu, ia mengambil satu cup mie instan dan membawanya menuju ke pantry kecil untuk menyeduhnya.
Kali ini Anya sengaja menyibakkan rambutnya dengan tangan dan memperlihatkan leher jenjangnya. Kini Axel benar-benar dibuat kelimpungan oleh Anya. Ia pun segera menuju ke atas tempat tidur dan menyelimuti dirinya yang tengah kepanasan.
Dadanya tiba-tiba terasa begitu sesak. Ia pun kemudian menyibakkan selimutnya dan bergegas menuju ke balkon kamar untuk mencari udara segar.
Sedangkan Anya sendiri berusaha untuk cuek dan mengacuhkan Axel yang seperti cacing yang disiram dengan air garam. Ingin rasanya Anya tertawa terbahak-bahak, namun ia masih menahannya untuk melihat seberapa kuat Axel menolak pesonanya.
Selepas menyeduh mie instan, Anya langsung mengikat rambutnya tinggi ke atas dan menikmati mie instan buatannya sambil menonton televisi. Axel sendiri masih terus memandangi Anya dari balkon kamar hotel.
“Cantik, mulus, dan aku baru sadar jika setiap lekuk tubuhnya membuatku terpana. Argh, sial!” Axel mengepalkan tangannya dan meninjukannya ke tembok.
“Kenapa kini aku jadi begitu menginginkan untuk menyentuhnya?”
Axel mengusap wajahnya kasar sambil mengacak rambutnya.
“Tapi dia kan istri aku, jadi aku halal untuk menyentuhnya bukan? Lalu bagaimana dengan Hellen? Oh My God! Aku benar-benar sudah gila dibuat gadis ingusan itu!”
“Lebih baik aku turun ke bawah dan memesan makan siang di sana dari pada harus tersiksa seperti ini!” gumam Axel yang kemudian mengenakan celana panjangnya dan menyambar jaketnya.
Melihat Axel ingin keluar dari kamar, Anya pun langsung menghadang langkahnya.
“Stop!” Anya mendaratkan tangannya di dada Axel.
“Bang Axel mau kemana sih?” tanya Anya dengan nada manja sambil mengusap dada bidang Axel.
“Cari makan siang!” jawab Axel ketus yang sebenarnya tengah menahan gemuruh di dalam dadanya.
“Oooh, nitip beliin cemilan dong, Bang! Mumpung libur kerja nih! Sama beliin bahan makanan juga boleh, buat Anya olah di pantry kecil itu!” lanjut Anya yang kemudian menyandarkan kepalanya di dada Axel.
“Wow, Abang ternyata normal juga ya bisa berdebar-debar gini di deket Anya. Jangan – jangan Abang juga udah gak sabar buat nidurin Anya?” goda Anya.
Axel hanya bisa menghela nafasnya panjang dan mencoba mendorong Anya untuk menjauh darinya.
“Jangan narsis, Anya!” gertak Axel yang langsung bergegas meninggalkan Anya.
Kepergian Axel kali ini membuat Anya benar-benar merasa sangat bebas. “Oh iya, kenapa tadi aku gak nitip belikan baju sekalian yaaa!”
“Yaah, biarin aja deh. Pake yang kayak gini dulu aja gak papa!” gumam Anya sambil kembali menikmati mie instannya yang tinggal sedikit.
Sedangkan Axel yang kini sudah berada di dalam lift pun mencoba mengatur nafasnya yang tidak karuan karena sikap Anya tadi. Tepat saat lift yang ia tumpangin sampai di lantai 3, pintu pun terbuka.
Tepat di pintu lift terlihat Hellen dan juga sahabatnya berdiri di sana dan hendak masuk ke dalam lift.
“Hellen, Cintia! Kalian ngapain di sini?” tanya Axel.
Bukan pertama kalinya istrinya kepergok berjalan dan menghabiskan waktu berdua dengan sahabatnya. Namun Axel tidak pernah menaruh curiga sedikit pun kepada mereka berdua. Tentu saja karena mereka masih selayaknya sepasang sahabat yang kerap menghabiskan waktunya berdua.
Hellen dengan santai masuk ke dalam lift sambil menepuk lengan suaminya.
“Tentu saja sedang menjadi mata-mata, sayang! Aku yakin, kau pasti belum menjalankan program kita kan?” tebak Hellen.
“Aku lapar dan ingin makan siang. Kau tahu kan jika membuat baby itu membutuhkan tenaga extra!” balas Axel.
“Lalu, dimana Anya?” tanya Hellen. “Oh iya, aku lupa jika tidak menyiapkan baju lain untuknya selain lingerie!”
“Sayang, aku dan Cintia akan berkumpul dengan teman yang lain!” pamit Hellen.
“Okay, take your time, sayang!” balas Axel.
Saat pintu lift terbuka mereka pun langsung berpisah. Axel menuju ke restoran, sedangkan Hellen dan Cintia menuju ke lobby hotel menunggu jemputan.
“Sepertinya aku sejak kemarin sama sekali tidak mencumbu Hellen, tapi kenapa lehernya ada dua bercak merah bekas cup4n94n ya?” gumam Axel pelan.
“Apa mungkin Hellen juga berselingkuh di belakangku?”
Axel pun kemudian menghubungi asisten pribadinya, untuk mengikuti Hellen selama satu minggu ini. Tian, asisten pribadi Axel paham betul dengan seluk beluk Axel, begitu juga tentang pernikahan keduanya dengan Anya.
“Halo, Tian!” panggil Axel saat panggilannya sudah terhubung.
“Aku ingin kau mengikuti Hellen selama satu minggu ini. Aku sedikit curiga jika ia berselingkuh di belakangku!” titah Axel.
“Siap, Tuan! Saya akan menjalankan perintah anda dengan baik!” balas Tian di ujung panggilan.
“Ingat, jangan sampai ketahuan atau aku akan memotong gajimu sepuluh persen!” ancam Axel.
“Siap, Tuan! Saya akan menyamar sebaik mungkin. Jangan khawatir untuk kinerja saya kali ini!” balas Tian.
“Oke, aku mempercayaimu!” Axel pun mematikan panggilannya dan kemudian, meneruskan langkahnya menuju ke restoran hotel untuk memesan makanan.
Sedangkan di sisi lain, Hellen langsung meminta Cintia untuk pindah penginapan. Ia tidak nyaman menginap di hotel yang sama dengan suaminya.
“Sayang, kayaknya kita mending pindah hotel aja deh!” ajak Hellen.
“Iya, aku rasa begitu. Untung tadi kamu gak mesra-mesraan sama Axel. Kalo iya, aku bakal cemburu banget!” balas Cintia.
“Yaudah, kita cari hotel dulu yuk baru jalan!”
“Siap, sayang!” balas Cintia yang langsung memeluk pinggang Hellen dan masuk ke dalam mobil yang sudah datang untuk menjemput mereka.