Enam Tahun yang lalu,Bagaskara seorang CEO muda yang tampan menjalin kasih dengan seorang perempuan bernama Indah karyawan disebuah Butik.
Aryo Hadiningrat yang tak lain adalah Ayah dari Bagaskara menentang hubungan mereka,kisah asmara Bagas dan Indah yang berlangsung Enam Bulan itu menghasilkan benih yang berumur "8"Minggu,karena tidak direstui itulah mereka menikah diam-diam yang disaksikan oleh Kakek,Adik dan "2"sahabatnya.Saat melahirkan bodyguard Aryo membawa pergi Bagas dan bayinya,namun yang tidak mereka ketahui adalah bayi itu kembar.
Saat usia anak itu 3 Tahun Indah di bunuh oleh Aryo dirumahnya saat tengah malam.
"Apakah nanti saudara kembar itu akan bisa bertemu?
"Apakah nanti pembunuhan demi pembunuhan yang sudah terjadi akan terungkap?
Simak dan pantau terus Novel aku ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 06. Skak Mat Melisa
Mobil mewah berwarna hitam mengkilat tiba di depan pintu loby Hotel, Zayn yang menyamar menjadi Zavier ini turun bersama Akbar Asistennya. Zayn bersama Asistennya perlahan berjalan memasuki Hotel Staf hotel yang melihat semuanya membungkukkan sedikit badannya memberi hormat sama sekali mereka tidak menyadari bahwa Zavier sudah digantikan oleh Zayn, Ia berjalan dengan satu tangan di kantong sorot mata yang tajam menjadikannya terlihat garang sama sekali tidak ada keramahan, tak lama kemudian mereka sampai diruangan.
"A..mm, ini ruangan Tuan Zavier Tuan? Di sebelah sana di belakang lemari ada ranjang jika nanti mau istirahat, habis ini saya ambilkan berkas yang harus di cek dan ditanda tangani.'' Kata Akbar dengan canggung.
"Apa Ayah Bagas sering kesini?'' Tanya Zayn ketika melihat foto yang di pajang di meja kerja Zavier.
"Tuan Bagas saat ini sedang sibuk dengan restoran kecil nya jadi jarang kesini, Oia Tuan nanti siang Tuan Bagas mengajak makan siang dengan Kakek buyut juga di restaurannya." Jelas Akbar.
"Oke.. Oia selidiki segera tentang kecelakaan kemarin, sepertinya kecelakaannya disengaja dan Aku ingin membuka lagi kasus pembunuhan Ibu, ada temanku seorang detektif yang akan membantu, kali ini mereka tidak akan aku ampuni." Geram Zayn dengan salah satu tangan mengepal serta gigi gemeletuk.
"Baik Tuan, kopi Tuan nanti akan diantarkan sekarang Saya permisi." Membungkuk sedikit memberi hormat lalu melangkah keluar.
Tidak lama kemudian terdengar suara pintu diketuk dan Thalia datang dengan nampan berisi kopi.
"Tok..tok.." Suara ketukan pintu.
"Ini kopinya Tuan? Saya permisi." Thalia meletakkan diatas meja kemudian melangkah pergi, lagi-lagi harus terhenti dadanya mulai berdebar takut bila kejadian yang kemarin terulang kembali.
Zayn yang sedang melihat sebuah sebuah berkas yang diberikan oleh Akbar langsung mendongak. "Tungguu!" Berkata dengan nada agak tinggi dan sorot mata Zayn tajam.
"I-iya Tuan?!" Menjawab dengan agak takut.
Zayn tersenyum dengan pandangan tak lepas dari Thalia. "Terimakasih." Berucap dengan senyum yang lepas.
"Haaa...???? I-iya, permisi Saya harus kembalikan bekerja." Berucap dengan heran lalu melangkah pergi.
"Aneehh....!" Batin Thalia.
Thalia segera kembali ke ruangan OB karena masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan. Tak lama kemudian ponsel Thalia berdering.
"Drrrt..drrttt...Hallo?" Thalia menjawab
"Saya mau membicarakan tentang penyakit Ibu Anda, bisa kita bicara? Saya tunggu diruangan Saya ya..?" Ucap seorang Dokterr
"I..iya, Saya akan segera kesana." Ucap Thalia dengan sedih.
********
Siang Harinya disebuah Restoran kecil disebuah meja makan sudah menunggu Bagaskara dan Kakek Buyut Iskandar, serta Melisa yang datang dengan senyum terpaksa dan dibuat agar terlihat ramah.
"Kakek pesan dulu, sebentar lagi Zavier datang." Kata Bagaskara. Kakek Iskandar manggut-manggut dengan senyum dan mulai memesan di daftar menu yang Ia pegang.
''Pesan yang ini saja." Tangan menunjuk daftar menu Ia berbicara dengan suara serak.
''Kakek...ini teh nya diminum." Kata Melisa Sambil menuang teh.
"Pelayan, buatkan gurame asam manis saja, udang balado sama cah brokoli." perintah Bagas.
"Baik,Tuan....
"Tap-tap-tap." Suara langkah kaki.
Semua yang ada diruangan tersebut langsung melihat ke sumber suara dan tersenyum dengan hangat, kecuali Melisa dengan senyum yang dibuat agar ramah.
"Ayahh...Aku merindukanmu.'' Ucap Zayn yang berperan sebagai Zavier, ketika Ayah Bagas berdiri dan mulai mendekat kemudian memeluknya.
"Hehehe..agak kurusan ya kamu?? mungkin karena sakit kemarin, mari duduk sebentar lagi makanan siap." Ketika Mulai duduk Bagaskara merasa heran dengan perkataan putra nya seolah-olah sudah lama tidak berjumpa.
"Kamuu...melihat wajahmu Aku muak, seperti melihat wajah jalang itu!!" Melisa berucap dalam hati tapi bibirnya terus menunjukkan senyum tapi tangannya mengepal dibawah meja.
"Badanmu beneran sudah enak kan Zavier? Jaga kesehatanmu.'' Ucap Kakek Iskandar dengan suara serak tak sengaja melihat gelang yang dipakai Zayn.
"Sudah Kakek Buyut, Anda jangan khawatir.'' Kata Zayn dengan seulas senyum.
"Makananya sudah datang mari makan." Ucap Melisa.
"Iya..Ayah sudah lapar."
"Guramenya enak Gass..? Kamu pintar memilih Koki." Kakek Iskandar berkata sambil mengunyah makanan nya.
"Wajahku mirip Ibu ya Yah? Ayah tahu? Aku merindukannya setiap saat." Zayn berusaha memancing omongan dengan mata melirik Melisa yang kini senyumnya berubah menjadi masam mendengar ucapan Zayn.
''Iya Zavier..." Bagas menjawab dengan hati-hati."
"Kamu kenapa tiba-tiba membahas Ibumu lagi??" Heran Kakek Iskandar.
"Kira-kira Ibu masih hidup atau jangan-jangan sudah dibunuh ya Yaaaahh....!?" Sinis Zayn.
Deg!!! Dada Bagaskara berdebar mendengar pertanyaan Anaknya. "Apa yang akan Kamu lakukan Zavier? Jika Ayah mengatakan yang sebenarnya jika Ibumu sudah dibunuh dan Saudaramu kini entah berada dimana!" Ucap Bagaskara dalam hatinya.
Heningggg........
"Yah...Ayah kok bengong."
"Oh..tidak apa-apa, ayo lanjutkan makannya." Bantah Bagas.
Zayn tersenyum, ketika menatap mata Ayahnya. Ia tahu apa yang dipikirkan Ayah nya itu.
"Oia Zavier ada Anak temanku yang ingin berkenalan denganmu Ia anaknya orang terpandang keluarganya pembisnis sukses, "3" Hari lagi kan Ulan Tahun Kakek Iskandar kalian bisa kenalan dan ngobrol agar lebih akrab, kalau bisa bertunangan segera Dia anak yang ba...." Ucapan Melisa terputus.
"Jangan sok akrab denganku! dan jangan mengaturku! Aku tidak mau apa yang terjadi pada Ayah terjadi juga denganku! Oia...yang jalang itu kau! Bukan Ibuku." Zayn berkata sambil menununjuk wajah Melisa dengan sorot mata yang tajam.
''Apa maksudmu!? Melisa membentak dengan mata melotot. ''Apa Dia tahu yang kupikirkan?" Berucap dalam hati.
"Kamu tahu maksudku!? Ingat...Aku tidak akan tinggal diam! Kecelakaan kemarin bukankah Kau dalangnya!" Zayn berkata menunjukkan senyum smirk.
"Apa Kau punya bukti! Jangan asal menuduh Zavier?!" Berbicara dengan nada tinggi menggeram marah.
"Sudah..sudah ayo lanjutkan makannya." Ucap Bagaskara dan Kakek Iskandar.
"Tuan..?" Akbar membisikkan sesuatu.
"Kakek..Ayah..Aku sudah kenyang, tiba-tiba saja nafsu makan ku hilang, Saya permisi dulu ada pekerjaan yang harus diselesaikan, Oia jika Aku tidak pulang Aku tidur di Apartemen." Berkata sambil berdiri, terlihat senyum menyeringai sorot mata yang tajam.
"Bagas Aku pulang dulu..Kek saya permisi." Menghentakkan kaki dan berlalu pergi.
Kakek Iskandar dan Bagaskara heran dengan kelakuan putra nya hari ini, tidak biasanya Zavier bersikap seperti ini. Zavier meskipun membenci Melisa tapi Ia bersikap tenang karena menghargai Bagas dan Kakek.
Di parkiran mobil Melisa tampak marah karena kelakuan Zavier hari ini, Ia sangat kesal dan juga merasa panik.
Melisa menghubungi Feri...
"Hallo,Yahh...kecelakaan kemarin yang kita buat tidak meninggalkan jejak sama sekali kan!" ucap Melisa dengan nada rendah.
"Tenang saja tidak akan ada yang mengetahuinya, ada apa? Kamu jangan panik." Feri menenangkan.
"Anak Bagas sialan itu!" Dia membuatku kesal, seolah-olah tahu bahwa Aku yang membuatnya celaka!" Melisa menggeram marah.
"Kamu tenang tidak ada yang melihat bahwa kita yang melakukan nya, Ayah tutup telfon nya."
"Aaaaarrgghhh...!! Teriak Melisa dan menghentakkan kakinya, lalu masuk kemobil pribadinya.
Tanpa Melisa sadari didalam sebuah mobil yang tidak jauh darinya terlihat Zayn yang tertawa puas melihat adegan didepan nya.
"Hahahahaha...ini baru permulaan! Sudah Kau rekam Akbar?! Tertawa dengan senyuman smirk menakutkan.
"Sudah Tuan, dengan kamera pengintai yang Aku pasang tadi di tempat Melisa berdiri." jelas Akbar.
"Bagussss...Kamu sama seperti Asistenku! Kembali ke apartemen ku saja Akbar."
''Baik...