Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunda Bukan Tidak Mau!
...NOTE : WASPADA ADEGAN VULGAR!!!...
...BACA BACAAN YANG SESUAI USIA ANDA!!!😡...
.
.
.
.
.
"Apa?" Asyh bertanya dengan jantung yang berdetak berirama.
"Menikahlah denganku!" Arlen mengulangi permintaannya tadi.
"Aku belum mau menikah Arlen! Menikah tidak semudah yang diucapkan. Aku masih ada seorang nenek yang harus ku mintai restu. Dan kau juga masih ada keluarga pastinya." Asyh menjawab dengan tenang.
"Jadi kau tidak mau menikah denganku?" Arlen bertanya dengan berat hati.
"Aku mau! Tentu saja aku mau! Tapi bukan sekarang. Kau harus melepaskan masa lalumu dulu. Dan aku..setidaknya harus mengenalkan dirimu pada nenekku dulu. Semua harus ada langkahnya." Asyh kembali menjelaskan, ia takut jika Arlen akan tiba-tiba mengamuk.
"Aku kira kau akan menjawab mau." Arlen dengan suara sendunya.
Asyh melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Arlen hingga dua pasang manik hitam itu beradu tatap.
"Aku akan menjawab mau jika nanti waktunya sudah datang. Untuk sekarang, kita harus menyelesaikan masalah hati kita masing-masing. Menunda bukan berarti tidak mau, Arlen!" Asyh menatap tulus pada mata Arlen.
Arlen tidak mengatakan apapun lagi selain tatapan sendunya.
"Jika kau tidak percaya denganku, kau bisa memiliki aku saat ini!" Asyh dengan nada tegas.
"Aku percaya padamu!" Arlen kembali mengecup bibir ranum Asyh yang sedikit bengkak itu.
"Aku ingin bermesraan denganmu!" Arlen berbisik di telinga Asyh dengan suara beratnya.
Asyh mengangguk sebagai jawaban.
Arlen sigap mengangkat tubuh mungil itu namun tidak masuk kembali ke dalam kastil.
Arlen membawa Asyh masuk ke dalam sebuah ruangan diluar kastil.
"Ini ruangan apa, babe?" Asyh bertanya penasaran.
"Ruangan untuk kita bercinta! Dan hanya kau yang aku bawa ke sini." Arlen menjawab dengan berbisik.
Arlen membaringkan Asyh dengan berhati-hati diatas ranjang berwarna abu-abu tua itu.
Ruangan terang itu didominasi warna putih dan emas, tidak gelap seperti kamar tidur Arlen.
"I love you." Arlen berbisik di telinga Asyh setelah naik ke atas tubuh mungil itu.
Dengan lembut, Arlen melahap bibir ranum yang semakin hari semakin menjadi candu untuknya.
Asyh mengalungkan tangannya memeluk leher Arlen.
Tangan Arlen bergerak lincah membuka setiap kancing kemeja Asyh hingga menampakkan dua gundukan kenyal Asyh yang dilindungi oleh penutup.
"Boleh aku mencobanya tanpa pelindung?" Arlen meminta ijin.
Entah kenapa ia begitu menghormati gadis kecil itu hingga selalu ingin meminta ijin untuk menyentuhnya melewati batas.
Asyh mengangguk.
Arlen membuka pelindung gundukan kenyal itu, seketika Arlen terpukau melihat keindahan yang tersuguh di depannya.
"Indah sekali! Belum berbekas!" Arlen bergumam memuji membuat Asyh merona malu.
Dengan lembut Arlen mengulum dan memberi pijatan lembut di sana.
"Aukh.." Asyh mendesah tertahan merasakan sensasi luar biasa yang Arlen ciptakan.
Arlen memejamkan matanya menikmati permainan yang ia berikan kepada gadisnya itu.
"Arlen..uhm.." Asyh kini tanpa ragu menyebutkan nama Arlen.
"You're mine, baby girl!" Arlen menghentikan permainannya.
"Boleh aku menyentuh dan mencoba yang lainnya?" Arlen kembali meminta ijin.
Asyh tampak ragu karena ia tahu sekali yang dimaksud Arlen.
Akhirnya ia mengangguk.
Arlen segera meloloskan pakaian bawah Asyh beserta penghalangnya.
"S**t! Ini indah sekali!" Arlen kembali memuji inti milik Asyh yang belum pernah terjamah.
Asyh memejamkan matanya malu bersamaan dengan tangan Arlen yang menyentuh intinya dengan lembut.
"Arlen..ini luar biasa..akh..." Asyh mendesah saat Arlen bermain di intinya menggunakan mulut dan lidahnya.
Kedua tangan Asyh menjambak rambut Arlen membuat Arlen semakin bersemangat.
"Akh..Arlen.." Asyh terus mendesah menyebutkan nama Arlen.
"Good! Kau hanya boleh mendesahkan namaku dengan bibir indahmu!" Arlen mengakhiri permainannya saat Asyh meraih pelepasan.
Tatapan Asyh begitu sayu seakan masih ingin dan ingin lebih.
"Babe, aku ingin.." Asyh meminta namun juga ragu.
"Not now! Belum saatnya kau merasakan terlalu jauh dan aku belum ingin merusak dinding pertahanan yang kau rawat dan jaga baik selama ini. Cukup sejauh ini saja!" Arlen kembali mencium lembut bibir manis itu.
Asyh terharu dalam hati. Ia merasa bangga memiliki Arlen yang masih bisa membentengi diri untuk tidak melakukan lebih jauh meski Arlen adalah pria dewasa yang berpengalaman dan tubuh Asyh terekspos jelas untuknya.
"Bolehkah aku tidur? Yang tadi membuatku mengantuk." Asyh memeluk tubuh kekar yang masih berada di atasnya.
Arlen mengangguk pelan dan berpindah posisi hingga kesamping.
Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Asyh dan membawa gadis kecilnya ke dalam pelukannya.
"I love you." Arlen kembali mengungkapkan rasa cintanya pada gadis yang terpaut dua belas tahun lebih muda darinya itu.
"I love you too, Mr. Psycho!" Asyh membalas ungkapan cinta Arlen dan membenamkan wajahnya pada dada bidang Arlen.
Arlen tersenyum bahagia. Ia sadar, Asyh selalu membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik hanya saja ia yang selalu mengutamakan egonya.
Perlahan, suara dengkuran halus mulai terdengar pertanda Asyh sudah terlelap.
"Jangan pernah pergi dariku, Darling! Apapun akan aku lakukan untuk mempertahankan dirimu!" Arlen bergumam saat kembali mengingat cerita Asyh yang mungkin bersangkutan dengan Ayahnya.
Arlen juga terbawa suasana hingga akhirnya ia ikut tertidur.
•••••••••••••••••••
"Apa? Jadi bocah tengik itu memiliki gadis lagi?" Seorang pria lanjut usia namun masih gagah dan tampan bertanya dengan nada datar mencekam kepada bawahannya.
Pria itu tak lain adalah Tuan Addison, Ayah kandung dari Arlen dan Xello.
Pria tua tidak tahu diri yang selalu berusaha bersaing dengan putra sulungnya demi menjadikan putra sulungnya penerusnya dan seorang psikopat seperti dirinya.
"Jadi, seorang gadis yah? Ingin sekali melihat rupa gadis itu dan merasakan darah perawannya!" Tuan Addison bergumam sendiri sambil menjilat bibirnya.
Mengerikan dan tidak punya hati, itulah seorang Tuan Addison.
Apa yang ia inginkan, harus ia dapatkan meski yang ia inginkan itu adalah milik putra kandungnya sendiri.
"Kau atur semua jadwal ku agar aku cepat menyelesaikan semua pekerjaan organisasi kita! Setelah itu aku akan kembali ke New York untuk menyambut menantuku dengan kehangatan yang pastinya belum putraku berikan padanya!" Tuan Addison memberi perintah kepada Anak buahnya.
"Baik, Tuan!" Anak buahnya kemudian mohon pamit.
...~ TO BE CONTINUE ~...
#######
Ijin gak up beberapa hari kedepan..ada kegiatan keluarga..🙏🙏
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel