Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.25 Angkasa Trade Center
Hari berganti hari, Anggrek Fashion pun kini makin diminati membuat namanya kian besar dan tersohor. Tak sedikit pengusaha terutama yang berhubungan dengan fashion dan sejenisnya melirik untuk mengajaknya bekerja sama. Tak pelak hal tersebut membuat Anggi bahagia. Bisnisnya yang dibangun saat dalam masa terpuruknya ternyata bisa menjadi sebesar itu, bahkan ia sudah menambah 2 cabang baru.
Toko utama pun telah ia renovasi menjadi lebih besar dengan terlebih dahulu membeli bangunan yang terdiri atas 3 ruko dan 2 lantai tersebut. Begitu pun pabrik konveksinya, kini makin maju dengan menambah mesin-mesin produksi baru modern yang membuat hasil produksi makin cepat dan bagus.
Anggi juga telah menambah karyawan di tokonya untuk membantu melayani para pembeli , sedangkan Raju, Aji, Tita, Lia, dan Luna kini dipekerjakan di bagian kantor sekaligus sebagai model dengan bagian penata rias tetap menggunakan keahlian jemari Luna.
Saat ini Anggi dan Raju sedang sibuk memeriksa laporan keuangan dari toko cabang. Mereka harus melakukannya secara teliti untuk mencegah adanya kecurangan dan kerugian. Hingga kehadiran Luna membuyarkan konsentrasi mereka.
"Mbak Anggi." panggil Luna
"Iya, Lun. Ada apa? Apa ada masalah?"
"Itu mbak, ada yang nyariin mbak. Laki-laki, penampilannya rapi banget, kayak orang kantoran gitu."
"Oh ya, bentar. Mbak keluar sebentar lagi." Luna pun segera berlalu menemui seseorang itu
"Selamat siang pak, saya Anggi ,owner Anggrek Fashion." tanya Anggi setelah ia mendudukkan bokongnya di sofa tepat di seberang laki-laki itu
"Oh ibu Anggi, perkenalan saya Robi, asisten pribadi Tuan Aglian Saputra, CEO Angkasa Grup yang menaungi pusat perbelanjaan Angkasa Trade Center." ucap Robi tegas seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman
"Silahkan duduk pak." ucap Anggi. "Hmm..kalau boleh tau ada perlu apa ya pak Robi menemui saya?" tanya Anggi
"Begini Bu, saya ditugaskan atasan saya, tuan Aglian untuk menyampaikan pesan kalau beliau hendak bertemu dengan Anda. Beliau berniat menjalin kerja sama untuk membuka cabang Anggrek Fashion di mall Angkasa. Kalau ibu berminat, ibu bisa hubungi saya di nomor ini untuk bertemu dengan atasan saya." ucap Robi seraya menyerahkan kartu namanya.
"Besar harapan kami agar ibu berminat. Tentu ini akan menjadi kerja sama yang sangat menguntungkan di kedua belah pihak." ucap Robi lagi
"Baik pak Robi, saya akan pikirkan dulu. Bila saya berminat, saya akan segera menghubungi Anda." ucap Anggi
"Kalau begitu, saya permisi dulu Bu. Terima kasih atas waktunya."
"Sama-sama." setelah berpamitan, Robi pun berlalu dari hadapan Anggi.
Anggi kini sedang duduk di balik meja kerjanya. Ia sedang memandangi kartu nama yang diberikan Robi.
"Angkasa Trade Center, bukankah itu mall tempat mas Adam bekerja?" gumamnya
"Ambil tidak ya kerja sama ini? Kalau diambil, kemungkinan ke depannya aku akan sering bertemu dengannya. Tapi kalau dipikir ini kesempatan besar agar Anggrek Fashion makin bersinar, selain itu aku bisa menunjukkan kalau aku bisa hidup lebih baik walau tanpa dia. Benar ,ini kesempatan besar. Kapan lagi kesempatan besar ini akan datang. Tak ada gunanya juga menghindari mas Adam. Bukankah menghadapi itu lebih baik, dengan begitu aku bisa lebih cepat mengobati luka hati ini dan membuka hati bagi yang lain."
Setelah meyakinkan diri, Anggi segera mengambil ponselnya dan menghubungi Robi. Setelah memastikan kapan ia akan bertemu dengan atasan Robi, Tuan Aglian, Anggi segera menutup panggilan teleponnya.
.
.
.
"Jeng, aku kemarin ketemu sama mantan menantu kamu lho!" ucap Bu Asih,teman arisan Bu Tatik
"Oh ya! Ketemu dimana sama si udik itu?" tanya Bu Tatik pongah seraya menyantap kentang goreng di hadapannya
"Si udik? Kamu kenapa sih Tik, nggak pernah berubah, kamu nggak pernah sekalipun menyukai mantan menantumu itu padahal dia wanita yang baik." ucap Bu Asih jengah
"Baik aja nggak cukup. Dia itu miskin, asal usul nggak jelas, bikin aku ilfil sejak awal kenal dia. Kalau bukan karena anakku yang memaksa menikahinya, aku nggak akan pernah menerima kehadirannya. Untung saja dia udah cerai dari anakku jadi anakku bisa mendapatkan gadis yang lebih jelas asal-usulnya walau bukan dari golongan kaya juga. Tapi itu udah cukup bagiku." ucap Bu Tatik
"Aku yakin, kamu bakal nyesel setelah tau gimana Anggi yang sekarang."
"Bener kamu ,Sih. Aku juga udah ketemu, aku yakin kamu bakal nyesel Tik nyia-nyiain permata kayak Anggi." ucap Bu Isa
"Ah, nggak mungkin. Udik tetap aja udik. Miskin tetap aja miskin, nggak mungkin dalam tempo berapa bulan dia bisa jadi kaya raya dan sukses." ucap Bu Tatik masih dengan nada pongahnya
"Kamu liat katalog ini deh ,Tik." ucap Bu Asih seraya menyerahkan katalog produk yang dijual oleh Anggrek Fashion
"Katalog? Buat apa? Apa disini barang-barangnya bagus-bagus?" tanya Bu Tatik seraya menerima katalog itu dan mulai membukanya
"Liat foto ini deh, Tik!" ucap Bu Isa sambil menunjuk foto Anggi yang ada di cover katalog tersebut. "Kamu perhatiin wajah ini baik-baik, kamu ingat dia siapa?"
"Dia?" Bu Tatik memperhatikan dengan seksama wajah orang yang ada di cover katalog tersebut. "Wajahnya mirip..."
"Bukan mirip, dia emang mantan menantumu, Anggi. Dia sudah sukses sekarang. Dia pemilik Anggrek Fashion. Tokonya udah terkenal dimana-mana. Malah sudah ada beberapa cabang. " potong Bu Asih
"Aku tempo hari ketemu dia di tokonya. Dia makin cantik, cantik banget malah. Denger gosip juga banyak pengusaha yang naksir dia dan mencoba mendekatinya, tapi sayang dia kayaknya nutup diri kayak gitu. Mungkin dia masih trauma sama pernikahannya sama Adam, Tik." ucap Bu Isa
Bu Tatik diam tak bersuara. Perlahan ia buka lembar demi lembar katalog tersebut. Dapat ia lihat banyak foto Anggi yang dibalut busana muslim ,dia terlihat sangat cantik dan elegan. Begitu pun foto cucu-cucunya juga banyak di katalog itu. Mereka terlihat sangat bahagia. Cucu-cucunya makin terlihat cantik dan tampan saat memakai baju-baju bagus itu. Terbesit sedikit rasa rindu pada cucu-cucunya itu. Ia usap foto Damar, Kevin, dan Karin. Namun tiba-tiba sisi egoisnya muncul, "Mau dia jadi tambah cantik dak kaya aja nggak cukup, tetap aja dia itu wanita yang nggak jelas asal-usulnya." Bu Tatik mencemooh kembali. Bu Asih dan Bu Isa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala atas sifat egois dan keras kepala temannya itu.
.
.
"Ma, bagi duit donk! Eh pinjam aja deh! Sulis pingin beli baju ini." ucap Sulis seraya menunjukkan sebuah foto pakaian . Bu Tatik tampak terkejut saat melihat model yang memeragakan pakaian itu. Ia ingat, wajah itu juga ada di katalog toko Anggi tadi. "Bagus kan ma bajunya. Tokonya lagi viral ini lho, ma. Baju-bajunya bagus banget, harganya juga nggak terlalu mahal. Boleh kan ma Sulis pinjam duit?" bujuk Sulis dengan wajah memelas
"Kamu tau nggak siapa pemilik toko Anggrek Fashion yang menjual baju itu?" Sulis menggeleng-gelengkan kepala sebagai jawaban ketidaktahuannya. "Ini punya Anggi. Kamu periksa aja katalognya ada di atas nakas di kamar mama." ucap Bu Tatik dengan nada ketidaksukaannya
"Wah, ini foto mbak Anggi ya,ma? Jadi cantik banget dia sekarang. Wuih, jadi orang sukses dia sekarang. Dimana ya dia tinggal sekarang? Aku mau minta aja baju sama dia dari pada beli." ucap Sulis dengan tidak tahu malunya
"Liat apa sayang?" tanya Anton sembari berjalan menuju sofa tempat Sulis duduk
"Ini mas, liat, Mbak Anggi ternyata udah sukses sekarang. Tadinya aku pingin beli baju di toko ini, taunya ini toko mbak Anggi. Aku jadi mikir pingin minta aja, dari pada beli." ucap Sulis masih saja dengan tampang tak tahu malu
'Makin cantik aja si Anggi. Ah, aku jadi makin pingin milikin dia. Duh, baru mikirin milikin dia aja udah bikin pedangku sesak, apalagi kalo dia udah berhasil aku miliki, pasti tiap malam aku bakal bikin dia menjerit nikmat.' monolog Anton dalam hati dengan seringai mes*mnya
"Kamu cari tau gih tokonya dimana, nanti mas temenin kesana. Kalaupun dia nggak mau ngasi kamu, nanti mas yang beliin." ucap Anton dengan niat terselubung
"Beneran mas?" tanya Sulis yang diangguki Anton." Yes, aku bakal cari tau alamat tokonya biar kita bisa segera kesana." ucap Sulis dengan bahagia
"Kalau kamu mau kesana bilang mama, mama juga mau ikut." ucap Bu Tatik tiba-tiba yang dijawab oke oleh Sulis.
