NovelToon NovelToon
META

META

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:367
Nilai: 5
Nama Author: hytrrahmi

Hidup dalam takdir yang sulit membuat Meta menyimpan tiga rahasia besar terhadap dunia. Rasa sakit yang ia terima sejak lahir ke dunia membuatnya sekokoh baja. Perlakuan tidak adil dunia padanya, diterima Meta dengan sukarela. Kehilangan sosok yang ia harap mampu melindunginya, membuat hati Meta kian mati rasa.

Berbagai upaya telah Meta lakukan untuk bertahan. Dia menahan diri untuk tak lagi jatuh cinta. Ia juga menahan hatinya untuk tidak menjerit dan terbunuh sia-sia. Namun kehadiran Aksel merubah segalanya. Merubah pandangan Meta terhadap semesta dan seisinya.

Jika sudah dibuat terlena, apakah Meta bisa bertahan dalam dunianya, atau justru membiarkan Aksel masuk lebih jauh untuk membuatnya bernyawa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hytrrahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Waktu untuk Sama-sama (b)

Matahari mulai merangkak naik, teriknya membuat gadis berambut pendek yang tengah duduk di taman samping rumah minimalis berdecak kesal. Mencoba melindungi dirinya, gadis itu beranjak menuju pohon mangga yang tinggi dan lebat di sana. Barulah ia merasa nyaman, tak terganggu oleh sinar matahari yang menyakitinya. Dia Meta, perempuan yang semalam datang bersama ibu dan satu teman laki-lakinya ke rumah kosong ini.

Vina bilang, rumah suram ini adalah miliknya. Ia membelinya tahun lalu, memang memiliki rencana untuk berlibur bersama putrinya di tempat ini. Tetapi ketika ia mencoba menghubungi anaknya itu, Meta selalu menjauh, mengajukan berbagai alasan agar Vina berhenti. Namun kini, perjalanan yang ia dambakan pun diwujudkan Tuhan. Vina merasa senang, berbanding terbalik dengan Meta. Gadis malang itu justru ingin lari, kembali ke pelukan Risa.

"Aku sakit, Bu, di sini. Aku nggak bisa peluk mama meskipun aku mau, aku ngerasa jijik. Perasaan ini menyiksa aku, Bu."

Dalam posisi jongkok, sambil menyembunyikan wajahnya di balik helaian rambut, Meta bersuara pelan. Tak tahan lagi untuk memuntahkan seluruh emosinya.

"Meskipun gue nggak tau permasalahan apa yang lo hadapi sama Tante Vina, gue rasa lo nggak pantas memperlakukan dia kayak gini, Ta."

Masih di posisi yang sama, suara berat Aksel menyelinap masuk ke telinga Meta. Menyadarkan Meta akan sikapnya yang sangat keterlaluan. Meta tahu ia salah, tetapi perasaannya membuat bingung, ia tidak tahu pilihan mana yang harus diikuti akal sehatnya.

Buliran bening itu terjun bebas ke tanah, Meta mengusap matanya buru-buru. Penglihatannya mulai terganggu oleh air mata. "Lo nggak pernah ada di posisi ini, Sel. Lo nggak tau apa yang gue rasain sekarang," balasnya parau.

"Gue nggak harus ada di posisi lo untuk mengetahui apa yang lo rasakan sekarang, Ta. Tapi selagi mama lo masih ada, lo harus berbakti sama dia. Seorang ibu, nggak pernah mau anaknya mengalami kesulitan yang sama."

"Itu nggak berlaku buat mama! Dia bukan sosok ibu yang diagungkan banyak orang."

Sepertinya emosi Meta sedang di puncak, sedang terbakar dengan api yang sangat besar. Aksel tak bisa memaksanya untuk menerima, bahkan untuk berdamai dengan Vina. Karena Aksel tak tahu apa masalah sebenarnya. Tetapi ia ingin, Meta sedikit berbaik hati, memperlakukan Vina layaknya seorang ibu, dari putri yang sudah lama berpisah dengannya.

Aksel ikut berjongkok di hadapan Meta, menyibak rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu. Seulas senyum terbit, ia ingin sekali menghibur.

"Anak-anak di luar sana banyak yang kehilangan ibu mereka, Ta. Apa lo nggak pernah membayangkan gimana kehidupan mereka di luar sana? Bahkan ada yang ngerelain diri mereka dikasih harga demi bertahan hidup. Dan alasannya lo pasti tau, ada yang lagi dia selamatkan. Entah hidupnya sendiri, atau hidup orang yang dia sayangi."

Meta tahu maksud Aksel, dikasih harga adalah pernyataan halus untuk mereka yang menjual diri demi menyelamatkan nyawa seseorang. Apakah bisa Meta simpulkan jika Vina ingin menyelamatkan dirinya dengan mengotori dirinya sendiri? Meta tercenung sebentar. Sebenarnya ia tahu itu sejak awal, tetapi kesalahan Vina adalah menelantarkannya.

Kenapa gue masih enggak bisa terima? Kenapa hadir gue berbeda dari mereka? Dengan keluarga yang sangat berantakan.

Aksel memandang dalam diam, kepalanya sedikit miring ke kiri. "Itu cuma contoh kecil, Ta. Kalau lo mau tau, kita bisa ajak Tante Vina untuk mengetahui kehidupan luar lebih dalam lagi. Lo akan tau, banyak anak yang salah jalan karena mau hidup lebih lama."

Tiba-tiba kepala Meta bergerak, ia menatap Aksel dengan marah. Tangannya menolak tubuh Aksel, membuat cowok itu jatuh terduduk ke tanah.

"Lo cuma pinter ngomong! Semua keadaan nggak sama, lo nggak tau apa-apa!"

"Kalau gitu, gue mau lo buktiin omongan gue salah."

Apalagi yang cowok itu inginkan, pikir Meta kesal. Menghadapi kenyataan saja sudah membuatnya sangat lelah, apalagi berurusan dengan Aksel, dia merasa sangat tertekan.

Meta berdiri, mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Matanya menyorot tajam Aksel. "Caranya?"

"Nikmati waktu lo berdua sama Tante Vina. Lo bisa tanyain apapun yang buat hati lo ragu. Kalau memang omongan gue salah, gue nggak akan maksa lo lagi untuk bersikap baik sama mama lo."

Mata Meta bergerak ke samping, menatap dedaunan yang bergerak dihempas angin. Otaknya diajak berpikir, ia cukup penasaran dengan satu hal.

"Oke! Kalau lo salah, gue mau lo berhenti menembus kegelapan di hidup gue!" sahut Meta kemudian.

Aksel terkekeh. "Gue nggak akan salah!"

"Jangan kepedean dulu. Masalah gue sama mama bukan hal sepele yang bisa lo pertaruhkan gitu aja."

Capek dalam posisi yang sama sambil menengadah menatap Meta, Aksel pun ikut berdiri. Kini gantian, Meta yang sedikit mengangkat wajahnya saat bertatapan dengan Aksel.

"Ta, hati lo cuma terlalu keras untuk menerima. Karena sebenarnya, lo tau jawabannya seperti apa. Lo udah mikirin itu sejak lama, tapi lo membohongi diri lo sendiri dengan menyingkirkan semua jawaban-jawaban yang lo temui."

"Hama! Sok tau!" bentak Meta jengah, lalu membalikkan tubuhnya hendak masuk ke dalam rumah. Ia ingin menepis penyesalan yang perlahan datang.

Aksel mengikuti di belakang, ia merasa Meta menghindar karena ucapannya benar. Meta berkali-kali menepis cekalannya, Aksel tak ingin Meta semakin terpuruk dalam lukanya.

"Gue bener, kan?" tanyanya di belakang saat Meta tidak mau menghentikan langkah ketika ia mengejarnya.

Meta tak menjawab pertanyaan itu, ia terus berjalan dengan menahan geram, tak ingin berkelahi dan membuat cowok itu malu untuk hitungan ke sekian kalinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!