Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.
Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.
Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Makanan yang semula hangat telah dingin sejak tadi. Kasih, perempuan ini sama sekali belum memasukan apa pun ke dalam mulutnya bahkan perut yang berbunyi tak di dengarkan.
Kasih terus memandang wajah tampan di sebrang meja. Pria tonggos dan dungu yang sudah berhasil mengerjainya.
"Berhenti menatap ku dan makanlah," ucap Rangga tak di hiraukan oleh Kasih. "Kasih,....!!" Panggil Rangga.
"Iya, kenapa?" Kasih menjawab tanpa memalingkan pandangannya.
"Makanlah, sejak tadi perut mu berbunyi."
"Kau benar suami ku kan?" Tanya Kasih masih tidak percaya.
"Jika bukan suami mu, lalu aku ini siapa?" Rangga bertanya balik.
"Bisa-bisanya kau memantau aku dan Mia. Kurang kerjaan banget!"
"Aku masih ingat jika Kasih kecil sangat dekil dan hitam. Kalau berlari tak suka pakai sendal," ujar Rangga yang masih mengingat masa kecil Kasih.
"Sebenarnya kau ini siapa?, di masa kecil aku tidak pernah menemukan kau!"
"Kau dan Mia memang tidak pernah melihat ku."
"Lalu dari mana kau bisa memperhatikan kehidupan ku dulu?" Tanya Kasih penasaran.
"Aku melihat mu hanya dua kali begitu juga dengan Mia. Aku memantau kalian lewat rekaman yang pak Mun kirimkan untuk ku."
"Segala ada rekaman. Memangnya kau di mana dulu?"
"Aku sekolah dan kuliah di luar negeri," jawab Rangga dengan santainya.
"Kenapa kau memilih ku untuk menjadi istri sedangkan di luar sana masih banyak perempuan cantik dan pintar?"
"Mana tahu, namanya juga suka!"
"Menyebalkan!" Seru Kasih yang masih kesal.
"Gimana, suami kamu yang sekarang ganteng kan?"
"Tapi terasa asing bagi ku," ucap Kasih membuat senyum Rangga pudar.
"Kau ingin aku menyamar lagi kah?" Tanya Rangga.
"Eeeh,....jangan. Gini aja, ganteng!"
"Kalau mantan kamu yang tidak tahu diri itu menikah, kamu bisa memamerkan suami mu yang tampan ini."
"Eeeh,....bener juga ya. Biar kobong!!"
"Ya udah, sekarang makan ya...!!"
"Iya....!!"
Kasih mulai makan, sesekali ia melirik ke arah suaminya. Masih tidak percaya jika pria tampan di hadapannya ini adalah suaminya.
Selesai makan, Rangga mengajak Kasih pergi jalan-jalan.
"Mas, boleh beli topi ini gak?" Kasih bertanya pada suaminya sebelum membeli sesuatu.
"Boleh sayang....!!" Ujar Rangga.
Topi bundar polos menjadi pilihan Kasih. Mereka kembali menyusuri jalanan yang penuh dengan orang berjualan oleh-oleh.
"Mas, boleh beli kacamata gak?"
"Sayang, kalau mau sesuatu itu ambil aja. Gak usah tanya mas."
"Harus izin dulu dong, izin suami itu paling utama!" Sahut Kasih.
"Kita beli dua ya. Kamu satu, mas satu."
"Asyiiik,.....!!"
Hanya sebuah kacamata Kasih sungguh kegirangan.
"Aku tuh kalau mau beli sesuatu harus izin dulu sama ibu. Bantu ibu bikin kue terus di anterin deh ke warung-warung. Nanti, aku bakal di kasih upah sama ibu. Udah deh, aku tabung. Kalau uangnya cukup baru beli." Kasih dengan bahagia menceritakan sedikit kehidupannya.
"Kamu gak kuliah, gak kerja juga. Kenapa?" Tanya Rangga penasaran.
"Pernah kerja di minimarket yang dekat jalan raya. kerjanya siang malam, ibu gak suka. Akhirnya aku berhenti, bantu ibu aja di rumah. Jadi beban keluarga!"
"Kenapa tidak melamar kerja di pabrik?" Tanya Rangga lagi.
"Pernah melamar kerja di sana tapi di tolak. Gak tahu juga kenapa." Jawab Kasih membuat Rangga heran.
Hening, Kasih dan Rangga tak saling bicara. Mereka sibuk bergandengan tangan sambil menyusuri jalan menuju pantai.
"Kita duduk di sini ya,...!!" Ujar Rangga. "Mas pesan es kelapa dulu."
"Iya mas....!!"
Di bawah saung kecil, dengan hembusan angin lembut menyisir kulit. Kasih termenung, ia mulai memikirkan sesuatu.
"Aku merasa tidak pantas untuk mas Rangga. Dia sekolah dan kuliah di luar negeri. Sedangkan aku hanya lulusan SMA dan orang kampung. Sungguh tidak pantas," ucap Kasih dalam hatinya.
"Sayang,.....!!" Rangga datang dengan membawa dua buah kelapa.
"Makasih mas," ucap Kasih dengan senyum tipisnya.
Mereka menikmati pemandangan pantai. Tak ada suara selain bunyi ombak dan angin. Kali ini Kasih tak memandang wajah suaminya lagi, ia merasa sangat amat tidak pantas.
"Kenapa diam saja?" Tegur Rangga.
"Gak kenapa-kenapa!" Jawab Kasih dengan senyum terpaksa.
Melihat ekspresi istrinya seperti itu, Rangga merasa aneh.
"Kamu pasti memikirkan sesuatu. Bilang sama mas, mikirin apa?"
"Aku merasa tidak pantas bersanding dengan mu yang sempurna dalam segala hal," ucap Kasih tertunduk. "Seharusnya jodoh ku memang laki-laki seperti kemarin." Imbuhnya.
"Kenapa kau bicara seperti itu?" Tanya Rangga dengan dahi berkerut.
"Mas tidak pernah membandingkan kamu dengan perempuan lain."
"Memang tidak pernah tapi aku sadar diri," ujar Kasih.
"Berhenti meracau, ayo kita pulang!"
Rangga menarik tangan istrinya, mengajaknya kembali ke hotel. Kasih hanya menurut saja, bahkan mereka tak saling bicara.
Rangga mulai mencari bahan untuk memulai pembicaraan.
"Itu ada gelang kita beli yuk," ajak Rangga.
"Gak usah lah mas. Buang-buang uang aja!" Ucap Kasih dengan suara pelan.
Rangga hanya bisa menghela nafas pelan.
"Eeeh,...itu ada penangkap mimpi. Kita beli yuk, nanti kita gantung di pintu balkon."
"Gak usah. Udah, ayo cepat. Aku lelah dan ingin istirahat!"
Kasih mempercepat jalannya, hatinya saat ini bimbang tak bisa di ungkapkan. Di banding dengan Rangga yang sekarang, Kasih lebih merasa pantas untuk Rangga yang kemarin.
Setibanya di hotel, Kasih langsung merebahkan dirinya di atas sofa.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Rangga heran.
"Aku cuma lelah mas. Aku hanya ingin istirahat!"
"Maaf sudah membuat hati ku kacau. Tapi percayalah, apa yang mas lakukan kemarin semata-mata hanya untuk menghindari menikah dengan Mia. Orang tua mas terlanjur janji dengan pak Rahman yang ingin menjodohkan kami."
"Bukan urusan ku mas. Tolong jangan ganggu aku!"
"Tapi mas serius mencintai kamu," ucap Kasih. "Kamu perempuan baik, perhatian bahkan selalu membela mas saat mereka menghina mas."
"Dan hal itu membuat kamu jadi keterusan membohongi ku. Kamu pikir aku ini apa?,menikah dengan laki-laki yang tidak aku cinta. Keluarga ku di ancam, kalian orang kaya tidak tahu bagaimana rasanya di rendahkan!"
"Maafin mas Kasih. Bukan maksud mas begitu!"
"Bukan maksud begitu tapi kemarin aku di rawat di rumah sakit hanya karena ulah konyol mu ini. Apa kau puas?"
Entahlah, Kasih kembali marah, ia merasa di permainkan oleh Rangga. Kasih beranjak dari sofa, berpindah ke tempat tidur.
"Kasih, maafin mas!"
"Mati-matian aku belajar mencintai mu, tapi nyatanya aku hanya permainan."
"Kau salah paham sayang. Mas benar mencintaimu!"
"Jangan ganggu aku!" Tegas Kasih.
"Jangan seperti ini dong, maafin mas. Mas janji tidak akan melakukan hal seperti itu lagi."
Kasih menutup wajahnya dengan bantal, ia tak mau mendengar ucapan Rangga lagi.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Yuhuuuu bestie, yuk mampir di novel bestie otor dengan nama pena "Wiyola" dengan Judul "Menikah Kontrak Dengan Majikan"