Suamiku Ternyata Seorang Presdir

Tatapan mata Felix membuat Candra yang tadinya terlihat sangat marah dan emosi menjadi terkejut. Antara terkejut, keheranan, dan malu juga pastinya. Karena dia sudah mau menunjukkan dominasinya, eh malah tangannya di tahan oleh Felix.

"Ini perusahaan Marshal, tidak semua orang bisa berbuat semaunya di sini!"

Ucapan tegas, dan tatapan yang terlihat sangat marah, tidak senang pada Candra. Membuat pria itu berusaha menarik tangannya lagi. Tapi, Felix tampak tidak melepaskan tangan Candra itu dengan mudah. Felix mencengkeram kuat tangan Candra, pria yang bahkan usianya lebih tua 25 tahun darinya dan menghempaskan tangannya begitu saja.

"Tuan Felix, saya tentu tidak akan melakukan sesuatu tanpa alasan. Wanita ini, dia anaknya Indraprastiawan, yang kemarin di usir karena terbukti menjiplaknya proposal saya" Candra coba menjelaskan.

Meskipun begitu, tatapan Felix masih tampak begitu dingin pada Candra.

"Sepertinya tuan Candra tidak tahu ya, siapa wanita yang ada di depan tuan Candra ini?" tanya Felix.

Candra malah terkekeh, tawa itu seolah sangat meremehkan Agnia.

"Tentu saja saya tahu tuan Felix. Wanita ini Agnia Indraprastiawan, dia ini mantan calon menantu saya. Dia dan ayahnya sama saja tidak kompeten. Kalau tidak mana mungkin anak saya meninggalkannya"

Semua yang ada di tempat itu langsung menoleh, dan saling bergunjing.

Nia yang mendengar ucapan Candra, yang sejak tadi terus merendahkan dirinya itu sangat geram. Rasanya dia ingin sekali membalas perkataan pria yang tidak bisa mendidik putranya dengan baik itu. Sampai dia bisa mencuri ide orang lain dan mengakuinya sebagai miliknya.

Apalagi pada pengusaha lain, yang datang dengannya juga memandang rendah Agnia. Sebenarnya Nia bukan kesal karena dia di hina, dia kesal sekali karena Candra menghina dan merendahkan ayahnya.

"Tutup mulut mu tuan Candra, satu kali lagi anda menghina Nyonya Richard. Akibatnya akan sangat buruk. Nyonya, silahkan!"

Felix langsung mempersilahkan Agnia untuk maju, dia menunjukkan jalan pada Agnia. Dan tanpa menunggu, Nia langsung mengikuti nya. Nia juga sudah sangat jengah dengan Candra dan orang-orang yang datang bersamanya itu. Katanya pengusaha, seharusnya punya pengalaman yang baik, tapi main telan bulat-bulat saja apa yang di katakan Candra pada mereka dan memandang rendah Nia dan juga ayahnya.

Sementara itu, Candra yang di tinggalkan oleh Felix, yang sebelumnya mendengar Felix menyebut Nia adalah nyonya Richard, langsung mendengus kesal.

'Kelicikan apalagi yang di mainkan Indraprastiawan dan anaknya itu' gumamnya merasa sangat tidak senang dalam hatinya.

Sementara pengusaha lain, terlihat saling bergunjing.

"Apa katanya tadi?"

"Tuan Felix menyebutnya Nyonya Richard?"

"Iya, apakah wanita itu punya hubungan dengan tuan Richard?"

Mendengar rekan-rekan nya sudah mulai ragu. Dan terlihat mulai hati-hati dan seolah akan berpindah berpihak pada Nia. Candra tidak terima. Pria itu bahkan kembali menghasut para pengusaha lain itu.

"Jangan percaya tuan-tuan sekalian. Wanita itu pasti membual. Sama seperti ayahnya yang seorang penjiplak. Wanita itu juga pasti hanya mengaku-ngaku saja sebagai Nyonya Richard. Sekarang tuan Felix pasti dengan menginterogasi nya. Setelah kedoknya terbuka, dia akan di usir dari perusahaan ini!"

Dengan bangganya, Candra kembali menjelek-jelekkan nama Indraprastiawan dan putrinya.

Dan hal itu malah di dengar oleh yang lain. Mereka menganggukkan kepalanya tanda setuju. Dan segera mengajak Candra ke ruangan meeting.

'Heh, masih bau kencur mau bersaing dengan ku. Ayahnya saja tidak bisa. Ini anaknya sok-sokan datang, bisa apa dia?' batin Candra yang begitu meremehkan Nia.

Sementara itu, Agnia telah dibawa, di ajak oleh Felix ke sebuah ruangan dimana terlihat seperti ruang tunggu, tapi terlihat sangat nyaman dan mewah.

"Tuan sudah mengatakan padaku, Nyonya bisa berikan proposal tuan Indra itu padaku. Aku yang akan memeriksanya, dan membandingkan dengan proposal yang sudah di daftarkan oleh tuan Candra"

Nia sebenarnya masih bingung, orang yang bicara di depannya itu, tadi dia terlihat sangat di hormati oleh Candra dan lainnya. Dan sekarang, pria itu terus memanggilnya nyonya. Sebenarnya Nia agak takut, karena dia belum yakin, kalau Richard benar-benar orang yang berpengaruh di tempat ini.

Kalau dia orang yang berpengaruh, kenapa dia harus bekerja di tempat hiburan malam. Bahkan menjadi penghibur tante-tante kesepian.

Sebenarnya Nia juga agak khawatir, dia takut Richard hanya membual. Tapi, mau bagaimana lagi, dia juga harus berhasil membantu ayahnya. Selain karena proposal ini adalah hasil kerja keras ayahnya, banyak vendor yang sudah ikut bekerja sama dan ayahnya sudah keluar ratusan juta, dengan berhasilnya dia membuat ayahnya menang tender, maka dia juga bisa meminta ayahnya membatalkan perjodohan nya dengan dokter Kalvin.

Dan lagi, karena dia berhasil mengajukan proposal ayahnya dengan bantuan Richard. Setidaknya ayahnya juga pasti akan memikirkan tentang daya guna Richard kali ini, maksudnya memikirkan bantuan Richard ini padanya. Setidaknya Richard tidak akan di pandang buruk, bahkan berandallan lagi oleh ayahnya Nia. Dengan begitu kan, Nia jadi bisa mengatakan kalau dia sudah menikah dengan Richard.

Setidaknya ayahnya akan menganggap Richard itu orang yang berguna, bukan lagi orang yang tidak punya masa depan. Karena hal yang Indra sendiri tidak bisa lakukan, Richard bisa melakukannya.

Nia menyerahkan proposal itu.

"Nyonya tunggu sebentar ya, jika ada yang nyonya butuhkan. Panggil saja, karyawan yang berjaga di luar pintu ini"

Nia mengangguk dengan cepat. Dan Felix pun keluar dari tempat itu.

Sementara sambil menunggu, Nia terkejut juga. Karena beberapa OB datang dengan membawakan minuman, dan makanan, bahkan buah-buahan untuk Nia.

Seorang wanita dengan pakaian yang sangat rapi juga masuk dan menyalakan televisi yang ukurannya besar yang ada di balik dinding ruangan itu.

"Adakah yang nyonya butuhkan lagi?" tanya nya.

Nia yang masih melongo heran langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak, terimakasih" katanya sambil tersenyum.

'Astaga, semua ini. Semua makanan dan semua camilan ini, hanya kurang kursi pijat saja. Maka ini akan menjadi ruang tunggu paling nyaman yang pernah aku datangi' batinnya.

"Baiklah Nyonya, jika ada yang nyonya butuhkan, saya ada di luar"

Nia juga segera menganggukkan kepalanya dengan cepat.

Nia segera berpikir.

"Eh, semua fasilitas ini. Sikap para karyawan setelah aku mengatakan aku nyonya Richard. Apa mungkin Richard memang pemilik perusahaan ini?" Nia mulai merasa bingung.

Tapi baru juga berpikir seperti itu. Nia malah menempeleng kepalanya sendiri dengan perlahan.

"Aduh, apa yang aku pikirkan. Mungkin Richard hanya membual, mungkin dia tahu kalau nama Presdir perusahaan ini juga Richard, makanya dia menyuruhku mengenalkan diri menjadi nyonya Richard. Huh... padahal dia pintar loh, sebenarnya kalau dia mau berusaha, jabatan Presdir juga pasti dia dapatkan dengan mudah. Sayangnya dia malah memilih menjadi penghibur di klub malam" gumam Nia sambil mengunjal nafas, antara sedih dan merasa sangat menyayangkan sebenarnya tentang pilihan hidup Richard.

***

Bersambung...