Dion Mahesa Birawa adalah seorang menantu yang tidak berguna di keluarga Wolf. Setiap hari hanya mendapat hinaan dari seluruh anggota keluarga mereka, terutama Jasmine istrinya, dengan teganya berkhianat di belakangnya.Perceraian sudah tidak bisa di elakkan lagi. Tapi, tanpa mereka sadari, lelaki yang selalu di anggap tidak berguna itu, adalah seorang putra mahkota, pewaris tunggal sebuah perusahaan besar dunia. Tidak ada yang tidak mungkin baginya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aditya Jetli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Lalu siapa dia
"Kalian sungguh tidak punya hati dan perasaan. tidak ada sedikitpun rasa kasihan melihat tubuh ibuku yang sudah tua ini." Teriak Danish marah. Baru kali inilah dia bersuara, membela ibunya yang didorong dorong seperti itu
Mendengar pembelaan seperti itu, bukan membuat pelayan tersebut menjadi iba, tapi malah emosi, dengan mengeluarkan kata kata yang kasar, mengancam dan menghina
"Cepat pergi dari sini!, kalau tidak, aku akan memanggil satpam untuk mengusir kalian semua. Dasar gembel!"
"Sudahlah Dani, mari kita pergi, lagian ini bukan tempat umum, yang sembarang orang bisa masuk, kalau tidak memesan makanan di sini." Ucap nenek Wolf pada anaknya Danish, dan sudah mulai mengalah dengan situasi yang semakin memanas
Sebelum terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, mereka memutuskan untuk pergi dari situ secepat nya
Bagai sebuah sinetron, setelah diusir dari tempat manapun, di tengah jalan, pasti turun hujan. hal itupun juga terjadi pada mereka berempat. tapi kali ini, hujan yang turun adalah hujan beneran, dan ini bukan adegan sinetron, tapi benar benar nyata menimpa mereka
Maka sekarang, jadilah mereka gelandangan terbuang, yang tidak satu orang pun peduli akan nasib mereka berempat
Sungguh tragis dan kasihan, ketika melihat mereka terlunta lunta seperti itu, di tambah lagi dengan turunnya hujan yang lumayan deras
Setiap kali ingin berteduh di emperan toko, selalu saja mereka diusir dari sana dengan bengisnya, seperti di sengaja oleh mereka. Sedang orang lain bebas saja berteduh, lalu ada apa benarnya?
Sekarang, mereka berempat kembali berada di jalanan, berhujan hujanan, tidak ada payung, tidak ada tempat berteduh. Semua orang cuek pada mereka. Ternyata beginilah nasib orang orang miskin, pikir mereka
Tidak peduli hujan yang turun membasahi tubuh, mereka terus saja berjalan, hingga tanpa disadari, mereka berempat telah berada di depan bangunan hotel megah nan tinggi, dan sepertinya mereka baru menyadari, bahwa bangunan itu adalah hotel yang pernah mereka datangi sebelumnya
Sementara itu, kondisi tubuh nenek Wolf yang renta tersebut, sudah pucat pasi, menggigil kedinginan. Sungguh sangat terlalu Danish itu, sebagai laki laki satu satunya di kelompok itu, tidak bisa mengambil keputusan tepat, walau sekedar membawa ibunya untuk berteduh sementara dari hujan di tempat lain
Tapi ini terus saja berjalan, membawa ibunya yang sudah kedinginan itu, hingga sampai di depan pintu gerbang banggunaan super tinggi dan megah
Dengan takjub, keempatnya memandangi bangunan hotel tersebut, walaupun kondisi tubuh mereka basah kuyup tertimpa hujan
Tidak terasa, sudah hampir 5 menit mereka berdiri di sana, tanpa berani untuk masuk atau berteduh
Kebetulan hujan yang turun sudah mulai mereda, walau masih menyisakan gerimis kecil disekitarnya, Nenek Wolf, Danish, Everly dan Chalista merasa senang dengan kondisi itu
Di tengah mereka sedang asyik berdiri di dekat pintu gerbang masuk hotel, tiba tiba lewat beberapa buah mobil mewah melewati mereka. Kemudian setelah sampai, salah seorang pengawal keluar, menggunakan payung yang cukup besar, menuju ke sebuah mobil mewah tersebut
Begitu pintu terbuka, keluarlah seseorang yang berpenampilan necis, berjas merek mahal, dan bersepatu mahal juga dengan gagahnya. Di wajahnya bertengger kacamata hitam yang terlihat mahal, didampingi oleh seorang wanita cantik yang selalu setia menemaninya
Setelah dia keluar dari dalam mobil, dia sekilas mengedarkan pandangannya ke arah pintu gerbang, dan mendapati, ada empat orang yang sedang berdiri di sana, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, yang tadi sempat dilihatnya
Di wajah laki laki itu, terlihat senyum sinis, ketika menatap kearah mereka, khas orang orang kaya pada umumnya. Kemudian dia berlalu begitu saja, dan tidak menoleh sedikitpun pada mereka
"Ibu lihat itu!" Teriak Everly terkejut dan penasaran
"Bukankah itu Dion?" Kata ibunya menyahut, ketika mengenali orang yang mirip dengannya. tapi hatinya masih ragu
"Ya benar. Itu memang Dion. Tapi apa yang sedang dilakukan nya di hotel besar ini?" Jawab Everly semakin penasaran dengan sosok laki laki tersebut
"Tidak mungkin, itu mungkin hanya kebetulan saja. Ada orang yang mirip dengannya." Sambung Danish menimpali percakapan mereka
"Kalau bukan Dion, Lalu siapa dia?"
"Kenapa kalian berdiri di situ? Apakah kalian mau mengemis?" Bentak seorang satpam dengan garangnya, sambil melotot ke arah mereka
"Jangan sembarangan kalau ngomong. Tak tahukah kau dengan nyonya Wolf, orang terkaya nomor dua di kota ini." Tangkis Danish meradang
"Tidak peduli siapa kalian. Cepat pergi dari sini, sebelum tuan muda marah, karena melihat gelandangan seperti kalian ada di hotel ini."
Satpam itu adalah orang baru, jadi dia tidak mengenali siapa mereka berempat itu. Sedangkan 4 satpam sebelumnya telah dipecat, dan sekarang sedang menikmati kesombongan mereka di penjara
"Cepat pergi dari sini, dasar pengemis!" Bentak satpam tersebut, sambil mendorong tubuh Danish kuat kuat
Tubuhnya terjatuh ke aspal. Buntalan kain yang dibawanya terjatuh, dan ikatannya terlepas, sehingga menampakan beberapa potong pakaian mereka
"Dasar gelandangan, kemana mana membawa buntalan kumal seperti itu. Kemasi pakaian kalian, dan cepat pergi dari sini, sebelum tuan muda keluar dari hotel. Cepat!"
Mau tidak mau keempatnya pergi dari depan hotel mewah tersebut. Dengan kaki yang tertatih tatih, nenek Wolf terus saja melangkah, menyusuri jalanan yang semakin lama semakin jarang berdiri bangunan di kiri kanannya, sehingga tidak terasa, mereka sampai di sebuah bangunan kosong yang sepertinya sudah tidak terpakai lagi
"Bangunan apa ini?. Mungkin kita bisa berteduh di sini untuk sementara waktu." Ucap nenek Wolf sedikit senang
"Danish!. Cepat periksa bangunan itu, apakah ada orang atau tidak di sana. Kalau ada orang, kita minta izin untuk berteduh sementara, kalau tidak ada, kita jadikan tempat tinggal sementara." Ucap nenek Wolf semangat
"Baik bu." Jawab Danish lemah
Kondisi di dalam ruangan itu cukup gelap, tidak ada penerangan sama sekali, hanya mengandalkan cahaya yang masuk dari lampu jalanan yang cukup jauh, yang menembus ruangan tersebut
Setelah diperiksa oleh Danish, ternyata tidak ada siapapun yang tinggal di sana, lalu mereka semuanya masuk, dan mengamati ruangan yang cukup luas itu, walau gelap
Calista mengambil handphone nya, yang kebetulan tidak mati terkena air hujan, karena dia simpan dalam kantong plastik dan dimasukkan kedalam bajunya, kemudian dia menyalakan lampu nya
Tapi tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedang mengamati mereka berempat, dengan tatapan nafsu dan niat jahat, sudah dua jam dia tidak berani keluar dari ruangan itu. Saat ini dia sedang kelaparan sekali
"Ada makanan empuk datang sendiri ke sini, aku benar benar beruntung hari ini. Hahaha." Kata orang tersebut dalam hati
Kemudian dengan mengendap endap dan berhati hati, dia mendekati salah seorang dari keempatnya. Setelah dekat, dia mencoba menangkap Chalista dari belakang, tapi begitu dia melihat siapa orang yang ditangkap nya, orang itu sangat terkejut sekali
"Kau.!" Teriaknya kaget sambil melepaskan dekapannya dan mundur
Calista yang tadi di dekap dari belakang, juga terkejut ketika melihat siapa orang yang mendekapnya barusan
"Kak Brian! Bagaimana bisa kau ada di sini?" Tanya Chalista shock
Nenek Wolf. Danish dan Everly, begitu mendengar Chalista menyebutkan nama seseorang yang sangat mereka kenal, ketiganya segera mendekat, dan sama sama terkejut, begitu melihat wajahnya
"Brian!. ternyata kau. Bagai mana kau bisa ada di sini, di mana Jasmine?, apakah dia ada bersamamu?" Nenek Wolf mencecar Brian dengan pertanyaan bertubi tubi, dengan emosi penuh
Nenek, saat ini Jasmine mungkin masih ditahan di kantor polisi. Aku berhasil kabur dari mereka, ketika mobil yang membawa kami berhenti mendadak, karena menabrak mobil lain, pada saat itulah, aku dan Jasmine mencoba kabur dari mereka."
"Tapi sayang, Jasmine berhasil mereka tangkap kembali, dan sekarang aku tidak tahu dia sedang ada di mana." Jawab Brian seperti tidak bertanggung jawab
"Jadi kau biarkan saja Jasmine ditangkap mereka?" Tanya nenek Wolf masih tetap emosi
Brian tidak menjawab, dia malah menatap mertuanya Everly, seperti meminta penjelasan, Kenapa mereka bisa ada di sini.