NovelToon NovelToon
Janji CINTA

Janji CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Menikah Karena Anak / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:582.4k
Nilai: 5
Nama Author: syitahfadilah

Memiliki anak tanpa suami membuat nama Cinta tercoret dari hak waris. Saudara tirinya lah yang menggantikan dirinya mengelola perusahaan sang papa. Namun, cinta tidak peduli. Ia beralih menjadi seorang barista demi memenuhi kebutuhan Laura, putri kecilnya.

"Menikahlah denganku. Aku pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyebut Laura anak haram." ~ Stev.

Yang tidak diketahui Cinta. Stev adalah seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan besar yang menyamar menjadi barista demi mendekatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8~ SEMOGA BENAR KAMU ADALAH ANAKKU

Vano memasuki ruang perawatan anaknya Cinta dengan perasaan yang sulit dijabarkan. Tatapannya datar membalas tatapan beberapa orang yang menunggu pasien lainnya di ruangan itu. Ketika pandangannya tertuju pada Cinta yang duduk di samping bed pasien di pojok ruangan, matanya seketika nampak sayu.

Benar dugaannya, Cinta hanya duduk di samping bed pasien menemani anaknya. Sementara beberapa penunggu pasien lainnya membawa karpet yang dibentangkan di lantai untuk mereka istirahat.

"Stev," Cinta pun berdiri. Mengucek mata yang terasa berat. Tersenyum tipis pada Stev yang telah berdiri di dekatnya.

"Maaf ya, aku lupa ngabarin kamu. Pasti kamu datang ke rumah ya jemput aku?"

"Iya, aku datang ke rumah kamu dan langsung ke sini saat diberitahu satpam rumah kamu." Vano menjeda kalimatnya sejenak dengan tarikan nafas. Ingin sekali ia menanyakan kenapa Cinta tidak mengambil kamar kelas satu atau setidaknya kelas dua yang fasilitasnya lebih memadai. Namun, ia tahan demi menjaga perasaan wanita itu.

"Aku temani kamu disini malam ini," ucapnya kemudian.

"Gak usah, Stev. Aku gak enak sama orang tua kamu, nanti kamu pasti dicariin."

"Enggak kok, tadi aku sudah izin." Vano tersenyum. Sebelum masuk ke ruang perawatan tadi, ia memang sudah menelepon mamanya, namun ia berbohong dengan bilang akan menginap di rumah Sean.

Cinta mengalihkan pandangannya pada beberapa penunggu pasien yang sudah beristirahat di lantai beralaskan karpet. "Tapi Stev, kamu gak akan bisa tidur di sini. Kamu pulang aja ya? Besok aja kalau kamu mau datang lagi."

"Kenapa gak bisa?" Vano menarik kursi plastik yang tak jauh dari tempatnya berdiri. "Kamu aja bisa tidur sambil duduk, kenapa aku gak bisa?" Ia membawa kursi itu berdekatan dengan kursi yang diduduki Cinta, lalu duduk. Mendongak menatap wanita itu sambil tersenyum. "Ayo duduk, entar pegal loh lakinya berdiri."

Cinta membalas senyuman pria itu penuh haru. Tak menyangka teman baristanya itu mau merepotkan dirinya dengan menemaninya di rumah sakit. Ia pun duduk kembali di tempatnya.

Ponsel di saku jaket Vano berdering. Melihat nama Sean di layar ponsel, ia dengan cepat berdiri dan menjauh untuk mengangkat panggilan itu.

"Van, anaknya Cinta di rawat di ruangan mana? Aku sama Maura sudah sampai di rumah sakit."

"Sean, sebaiknya kamu ajak Maura pulang saja. Besok saja kalau mau menjenguk anaknya Cinta. Kalau kalian kesini sekarang gak enak ganggu pasien lainnya," ucap Vano.

"Pasien lainnya?" ulang Sean dengan kening mengkerut.

"Iya, Anaknya Cinta di rawat di kamar kelas 3. Kamu pasti tahu gimana kapasitasnya?"

Sean menghela nafas, ia pun berdecak pelan. "Oke, kalau begitu kami pulang sekarang."

"Sean, aku mau minta tolong," ucap Vano sebelum Sean memutuskan sambungan telepon.

"Minta tolong apa?" tanya Sean.

"Besok pagi kamu datang ke bagian administrasi. Kamu urus pemindahan kamar rawat inap untuk anaknya Cinta, ambil kamar VIP. Setelah itu kabari aku, biar aku ganti uang kamu dua kali lipat."

"Nanggung lah, Van. Tiga kali lipat lah sekalian. Biar aku bisa langsung lamaran besok." Sean masih sempatnya bercanda.

"Bilang saja nanti kalau kamu udah mau lamaran. Biar aku yang siapkan uang lamaran kamu." Vano justru menanggapinya serius.

Sean terkekeh mendengarnya. "Aku becanda, Van. Tapi rejeki gak boleh ditolak, kan?"

Vano berdecak pelan. "Kalau nanti Cinta tanya. Bilang aja itu sebagai bonus karena dia sudah rajin, atau apalah. Pokoknya sepintar-pintar kamulah ngarang."

"Siap Bos." Sambungan telepon pun terputus setelahnya.

Vano kembali ke tempat duduknya, dan mendapati Cinta telah tertidur dengan kepala yang direbahkan di pinggiran bed pasien sambil menggenggam sebelah tangan putrinya. Wajah cantik itupun nampak letih. Ia menebak mungkin Cinta sudah tertidur sebelumnya dan bangun saat ia menelpon.

Malam semakin larut, tapi Vano belum bisa tertidur. Bukan karena tempatnya yang tidak nyaman, melainkan karena ada banyak sekali hal yang bersemayam dalam pikirannya.

Sejak tadi ia terus menatap balita cantik nan menggemaskan yang tertidur di atas bed pasien. Dalam hati bertanya, apakah benar anak itu berasal dari darah dagingnya.

Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Bukankah sekarang adalah kesempatan yang sangat bagus untuk melakukan tes DNA mumpung ia dan anaknya Cinta berada di rumah sakit. Sekarang ia tinggal mengumpulkan sampel DNA nya.

.

.

.

"Selamat pagi," sapa seorang perawat wanita yang baru saja masuk.

"Pagi, Sus," balas Cinta yang tengah berusaha merayu putrinya untuk makan. Sementara Vano yang duduk di samping Cinta hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Pria itupun turut membujuk balita cantik itu dengan memperagakan berbagai ekspresi lucu agar mau membuka mulut.

"Oh ya, siap-siap ya. Sebentar lagi anaknya mau dipindahkan ke kamar VIP."

"Kamar VIP?" ulang Cinta dengan ekspresi tercengang. "Tapi, Sus, saya gak pernah urus untuk pindah kamar rawat inap," terangnya. Kamar kelas bawah saja ia baru membayar setengahnya kemarin, apalagi kalau harus dipindahkan ke kamar rawat VIP yang jelas tidak akan mampu untuk ia bayar.

"Iya, tadi yang urus namanya Pak Sean."

"Pak Sean?" Cinta langsung menoleh menatap Stev di sampingnya.

"Oh iya, semalam aku kasih tahu Pak Sean kalau anak kamu sakit. Mungkin saja ini adalah bonus karena kamu adalah pegawai yang rajin dan cekatan," kata Vano. Namun, ia sedikit dibuat bingung sebab Sean belum menghubunginya untuk masalah ini. Padahal semalam ia sudah memperingati agar langsung mengabarinya jika sudah mengurus pemindahan kamar rawat.

"Tapi Stev, apa ini gak terlalu berlebihan?"

"Udah, terima aja. Mungkin ini udah rejekinya anak kamu."

Cinta nampak mengangguk pelan. Ia pun membereskan peralatan makan putrinya serta keperluan lainnya untuk pindah kamar rawat. Tak berselang lama, dua perawat laki-laki pun masuk dengan membawa brankar.

"Cin, kamu duluan aja ya, nanti aku nyusul. Aku mau ke kantin dulu beli sarapan," kata Vano ketika anaknya Cinta telah siap untuk dipindahkan.

"Iya, Stev." Perut mereka memang belum terisi apapun pagi ini.

"Oh ya, kamu mau sarapan apa?"

"Apa ajalah,"

"Oke." Vano pun keluar lebih dulu. Setelah cukup jauh ia berhenti dan duduk di sebuah kursi tunggu. Mengeluarkan ponsel dan langsung menghubungi Sean. Hanya dalam beberapa detik sambungan teleponnya pun terhubung.

"Sean, kirim rekening kamu sekarang."

"Rekening? Untuk apa?" tanya Sean. Suaranya terdengar sedikit kesal.

"Aku mau ganti uang kamu. Kamu kan, udah mengurus pemindahan kamar rawat untuk anaknya Cinta?"

"Belum, Van. Sorry banget ya aku belum sempat ke rumah sakit. Ini aku lagi membujuk Ririn yang lagi ngambek. Dia tahu kalau semalam kita ngadain pesta ulang tahun bohongan itu di Cafe dan ada yang kirim foto aku lagi sama Maura. Udah dulu ya, Van. Aku tutup teleponnya dulu."

Panggilan pun berakhir. Vano terdiam menatap layar ponselnya dengan ekspresi tak terbaca. Jika bukan Sean yang mengurus pemindahan kamar rawat anaknya Cinta, lalu siapa. Sangat jelas tadi perawat itu menyebut nama pak Sean.

Sejenak, Vano termenung dengan pikiran melayang. Sesaat kemudian ia beranjak dari tempat duduknya sambil menarik nafas. Masalah siapa yang telah mengaku menjadi Sean itu akan ia cari tahu nanti. Sekarang ia harus ke laboratorium untuk menyerahkan sample DNA. Semalam ia dengan sangat hati-hati mengambil beberapa helai rambut anaknya Cinta.

"Berapa lama hasilnya akan keluar?" tanya Vano setelah menyerahkan sample DNA itu pada petugas laboratorium.

"Sekitar 5 hari, Pak."

"Oke, langsung hubungi saya kalau sudah keluar hasilnya."

"Beres, Pak."

"Terima kasih." Vano pun meninggalkan laboratorium dan langsung menuju kantin rumah sakit.

"Semoga kamu benar adalah anakku," gumamnya penuh harap. Balita cantik nan menggemaskan itu mampu membuatnya jatuh cinta hanya dengan waktu semalam.

...VISUAL...

...CINTA _ STEVANO_ LAURA...

Visual lainnya nyusul ya.

1
Rina
Semoga kebahagiaan selalu betsam kalian 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
🌷💚SITI.R💚🌷
Alhamdulillah, selamat vecin sdh punya jagoan.
kaila
lanjut kak
Sugiharti Rusli
karena putaran waktu sekarang sangat cepat, dan pada saatnya Laura dewasa dan Vano harus memenuhi janjinya ke si Evan
Sugiharti Rusli
semoga dengan kelahiran putra ke-2 Vano dan Cinta, membuat ikatan pernikahan mereka semakin erat yah dan Laura juga ga terabaikan,,,
dewi: dan vano jg hrs cerita sm cinta tentang kesepakatan nya dng evan saat laura besar nanti
total 1 replies
Sugiharti Rusli
setiap rumahtangga akan ada ujiannya masing" sih yah
Dwi Rustiana
Hhhmmm pembalasan si curut dimulai kira2 sie boneka Annabelle mau diapain ya 🤔🤔🤔
Nurlinda: aku mau kasih tau sesuatu, tpi ini rahasia wkwkwwk
total 1 replies
amilia amel
moga aja setelah ketemu dengan Indri, Evan jadi luluh dan memaafkan Indri bahkan nantinya berjodoh dengan Indri
LANY SUSANA
awas km jatuh cinta lo Evan
dari benci jadi cinta /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Sugiharti Rusli
cuma kalo Evan nekad melakukan sesuatu ke Indri, apa ga nanti si Cinta akan marah dan membenci dirinya, sepertinya ga mengetahui hubungan antara Cinta dan Indri yang kakak-adik satu ayah,,,
Sugiharti Rusli
papa Harris patut curiga dengan kedatangan Evan yang menanyakan tentang si Indri sih yah,,,
Sugiharti Rusli
apa Vano akan menceritakan hasil pembicaraannya dengan Evan tentang masa depan Laura kelak yah🤔🤔
Sugiharti Rusli
waduh apa yang akan si Evan rencanakan ke si Indri nih nanti,,,
kaila
lanjut
Rafly Rafly
baru di gertak gitu saja udah ngepret... kamu harus berani Vano...kalo perlu bantai di Evan
Rina
Kamu mau ngapain Evan , semoga kamu gak melakukan hal yang akan merugikan kami ya 🫢🫢🫢
Puji Ustariana
semoga setelah bertemu dengan indri hati evan di lembutkan jangan ada dendam evan gak ada habisnya klo soal dendam kecuali dengan ke ikhlasan
Puji Ustariana
jangan" evan akan membuat indri susah entah itu utk indri pribadi ato akan menyangkut dengan cinta dan vano semoga aja evan tidak jahat biarkan indri sepertinya dia sudah bertobat
Ilfa Yarni
waduh alarm bahaya ini
Aditya hp/ bunda Lia
waaah ...si Evan wajib di santet ini mah gemes pengen numpuk pake batu satu karung ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!