NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.5M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bapak

Hari ini Bulan terpaksa makan siang sendiri di kantor, Afi sedang dinas luar melakukan audit di Tangerang. Awalnya ia akan membawa bekal makan siang supaya tidak usah pergi ke kafetaria sendirian tapi karena tadi keasyikan bicara dengan Bapak akhirnya dia terpaksa harus makan siang sendirian. Ada banyak teman di divisi pajak sebetulnya, tapi mereka suka memilih makan di mall dekat kantor dan itu berarti menambah waktu jam makan siang untuk perjalanan sekitar 30 menit pulang pergi. Ditambah dengan cuaca Jakarta yang selalu panas di siang hari membuatnya enggan meninggalkan gedung.

Tadi pagi Bapak menelepon, memintanya untuk pulang minggu ini. Sudah dua minggu ia tidak pulang ke Bandung, dua minggu yang lalu karena ada lembur harus membuat laporan sehingga ia harus masuk di hari Sabtu. Sedangkan minggu kemarin Bulan merasa lelah ingin menikmati waktu libur tanpa harus mengejar-ngejar kereta ke Bandung. Sebetulnya minggu ini ia ingin mengajak Juno untuk pergi keluar jalan-jalan saat weekend tapi mengingat Bapak yang terdengar kangen dan ingin bertemu Bulan memutuskan untuk pulang saja ke Bandung.

“Neng anak Bapak yang cantik minggu ini pulang yaaahh… nanti Bapak buatkan ayam bakar bumbu Rica” pasti Bapak selalu membujuk dengan makanan kesukaan kalau ingin anaknya pulang.

“Ganti atuh Pak menu andalannya jangan Ayam Bakar Bumbu Rica, ntar Teteh bosen trus gak mau pulang gimana?” Bulan menggoda Bapak yang terdengar penuh pengharapan dalam suaranya.

“Kamu yang Bapak bikin jadi Rica-Rica” suara Bapak terdengar keras dan kesal. Bulan langsung tertawa, Bapak biarpun sangat memanjakannya tapi mudah kesal seperti perempuan.

“Tapi nanti musti bikinin Ayam Bumbu Ricanya agak banyakan biar bisa Bulan bekal ke Jakarta kalau pulang” selagi diharapkan pulang harus aji mumpung, lumayan kan ada bekal makanan siap saji di freezer.

“Iya Bapak bikinkan asal kamu belikan Bapak Cinnamon Rolls yang original satu box isi enam sama blueberry mix dengan nutella 1 box isi dua belas” beuhhh ternyata punya Bapak otak liciknya lebih hebat dari anaknya.

“Waaah itu sih gak balik modal …. Lebih mahal cinnamon rolls daripada ayam rica” Bulan langsung protes, pasti Bapak mau bikin persediaan kue untuk minum kopinya setiap sore.

“Kamu tuh gaji auditor tiga kali lebih gede daripada gaji Bapak tapi itungan pisan. Kamu tau kan Teh keberkahan dari anak itu kalau bisa menyenangkan orang tuanya, kapan lagi kamu bisa nyenengin Bapak kalau gak sekarang. Engke mah kamu keburu nikah laaah… boro-boro inget sama Bapak” kembali Bapak memasang mode berkah anak adalah dengan berbakti pada orangtua. Padahal gak disuruh pun Bulan pasti membawakan makanan kesukaan Bapak.

“Halaaah Bapak mah pasti aja ngungkit-ngungkit gaji teteh lebih gede daripada Bapak. Bukannya Bapak seneng kalau gaji teteh lebih gede daripada Bapak jadi Bapak gak usah mikirin biaya pernikahan Teteh kalau nanti nikah…. Bapak bisa nabung buat biaya pernikahan sendiri….hihihihi” Bulan paling suka mengganggu Bapak dengan masalah pernikahan, sesuatu yang paling malas Bapak bicarakan.

“Hussh… jangan ngomong gitu ari kamu, tanggung jawab Bapak itu sampaikeun ka  nikahin kamu, jangan khawatir soal biaya mah, dari sejak kamu lahir Bapak udah nabung seratus ribu setiap bulan jadi sudah ngumpul sekarang”

“Kalau biaya nikahan Bapak udah nabung sejak kapan?” Bulan tahu kalau Bapak sengaja mengalihkan pembicaraan soal menikah lagi.

“Cik ari kamu jadi anak suka belegug ka kolot teh, emang Teteh mau punya ibu tiri? Masih mending ibu tirinya jiga Ashanti geulis bageur solehah… kumaha mun ibu tirina goreng, bau jeung asin” Bapak masih kalem saja menjawabnya.

“Ckckckck ternyata Bapak selerana jiga Anang suka sama Ashanti hahahhahah umurnya kemudaan atuh Ashanti mah… Bapak cocokna sama Mpok Ati hihihihi...” Bulan masih senang saja menggoda Bapak, niatnya membuat bekal makanan untuk dibawa ke kantor terlupakan karena asyik mengobrol dengan Bapak.

“Udah ahhh… sok ngobrolkeun hal nu teu puguh pagi-pagi teu produktif… kamu gera bersiap-siap ka kantor. Bapak ge hari ini mau ada rapat sama Dinas Pendidikan jadi gak ke sekolah dulu” semenjak Bapak diangkat jadi Kepala Sekolah kesibukannya jadi bertambah. Bulan senang karena Bapak jadi bisa terus aktif bekerja dan tidak merasa kesepian di rumah karena ia sudah tidak lagi tinggal di Bandung.

Adiknya Bebey sekarang sudah kelas tiga SMA, persiapan ujian membuat kesibukannya hampir sama seperti orang yang bekerja. Kalau ditanyakan pada Bapak aktivitas adiknya itu pastilah akan keluar laporan curhat Bapak tentang Benny alias Bebey.

Dimulai dari susah bangun subuh, jarang bantu Bapak beres-beres, kalau disuruh suka lama, sampai pada sering banyak ada telepon dari anak perempuan ke rumah menanyakan Benny. Curhatan Bapak seperti ibu-ibu yang membutuhkan tempat untuk menuangkan kegundahan dan kekesalan seharian di rumah. Kalau sudah seperti itu Bulan hanya bisa memijit-mijit daun telinga supaya tidak terlalu panas karena mendengarkan suara Bapak.

Ibu meninggal saat melahirkan Benny, semenjak saat itu Bulan yang berbeda tujuh tahun dengan adiknya seperti menjadi ibu pengganti untuk Benny terutama karena Bapak tidak pernah mau menikah lagi. Jarang-jarang ada lelaki seperti Bapak memang, aneh bahkan, bukanlah laki-laki itu makhluk yang sangat tergantung pada lawan jenis, dan mereka sangat sulit untuk mengendalikan hawa nafsunya.

Dulu Bulan tidak terlalu memikirkan hal tersebut, malah ia merasa senang karena perhatian Bapak tercurah untuk mereka berdua dan tidak pernah terbagi. Bapak selalu ada bersama mereka, tidak pernah ada seorang perempuan pun datang ke rumah dan di perkenalkan Bapak sebagai calon ibu. Sebetulnya dulu pernah ada perempuan yang berani datang ke rumah dan bersikap seperti teman dekat Bapak. Bulan ingat kalau Bapak tampak seperti sungkan untuk mengusir perempuan itu pergi. Ia masih kelas dua SMP saat itu, saat perempuan yang bersikap sok akrab dan sok dekat itu datang ke rumah dan berlaku seperti nyonya rumah.

Astri, itu nama perempuanya. Bulan selalu ingat nama itu karena hampir sama seperti nama Ibu. Dia mengaku sebagai sepupu dari ibu dan menginap beberapa hari di rumah karena menurut pengakuannya ia ada pekerjaan sehingga harus menginap di Bandung. Bulan tidak menaruh curiga tapi ia hanya merasa tidak nyaman karena perempuan itu seperti mendominasi Bapak. Saat sore hari Bapak pulang, ia tampak bergegas membuatkan Bapak minum, satu aktivitas yang biasanya menjadi tanggung jawab Bulan, saat itulah Bulan merasa mulai merasa aneh tapi tidak banyak bicara dengan Bapak.

Entah apa yang dikerjakan perempuan itu selama di Bandung, tapi biasanya ia akan pergi hampir bersamaan saat ia, Bebey, dan Bapak berangkat ke sekolah. Tapi saat Bulan pulang dari sekolah ia selalu sudah ada di rumah. Perempuan itu akan menyiapkan makan, biasanya sudah ada Mak Ilah yang membantu membersihkan dan menyiapkan makan siang  tapi perempuan itu kemudian mengambil alih dan terlihat sibuk menyiapkan makanan untuk mereka. Bulan merasa heran mengapa tiba-tiba ada perempuan yang begitu baik, apakah dia menyukai Bapak. Itu pikirannya yang mulai bisa membedakan sikap antar lawan jenis.

Kebingungannya langsung terjawab saat malam hari. Bulan ingat malam itu ia dan Bebey sudah tidur, Bebey sudah terbiasa tidur dengannya, walaupun terpisah tempat tidur tapi adiknya sudah terbiasa mengikuti pola tidur Bulan yang sudah tidur sejak jam sembilan malam. Ia mendengar Bapak berteriak dan terdengar marah sampai akhirnya ia bermaksud keluar kamar tapi kemudian mengurungkan niatnya, Bebey tampak tidak terganggu dengan suara teriakan Bapak ia hanya bergerak sedikit dan terus saja tidur. Akhirnya Bulan mengintip dari celah pintu yang terbuka, ia memang tidak suka menutup pintu kamar, takut kalau ada hujan besar bisa langsung lari ke kamar Bapak.

Ia melihat Bapak marah dan berkata-kata dengan keras kepada perempuan yang bernama Asri yang duduk bersimpuh di depan kamar Bapak.

“Saya tidak akan pernah bisa menggantikan Lastri dengan siapapun. Tidak dengan saudaranya atau perempuan manapun yang mengaku sebagai teman atau saudaranya sekalipun”

“Jangan pernah kamu berpikir kalau laki-laki bisa dibujuk dengan tubuh perempuan dengan mudahnya hanya karena sudah lama menduda. KAMU SALAH!”

“Besok pagi saya minta kamu keluar dari rumah ini, kalau masih ada pekerjaan dan harus menginap di Bandung, saya akan bayarkan penginapan di luar sana tapi tidak di rumah ini”

Bapak kemudian masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras, Bulan ingat saat dia mengintip dari celah pintu, perempuan yang bernama Astri ini menangis sambil memegang bajunya yang bagian atas. Entah apa yang terjadi di malam itu tapi Bulan yakin kalau perempuan itu sudah membuat Bapak marah dan membuatnya langsung pergi keesokan harinya. Semenjak saat itu Bulan tidak pernah melihat perempuan datang ke rumah walaupun itu hanya seorang teman Bapak.

Lastri, bagi Bapak adalah perempuan terakhir yang akan menjadi pendamping hidupnya. Ibu dari Rembulan dan Benny yang harus menghembuskan nafas terakhirnya karena komplikasi pendarahan saat melahirkan Benny. Ibu memang memiliki penyakit bawaan darah tinggi sehingga setiap kehamilan selalu memiliki resiko yang tinggi karena akan memicu preeclampsia. Bulan ingat Bapak bercerita saat hamil Bulan setiap hari Bapak selalu mengecek tekanan darah ibu jangan sampai terlalu tinggi karena berbahaya untuk ibu dan Bulan yang masih di dalam kandungan. Itu sebabnya Bapak merasa kalau memiliki satu anak saja, sudah cukup karena khawatir dengan kondisi ibu.

Tapi kemudian saat Bulan berusia hampir tujuh tahun dan masuk SD, ibu ingin memiliki lagi seorang anak dan memaksa Bapak supaya mengijinkan ibu untuk melepas KB IUD nya. Ibu ingin memiliki anak laki-laki agar Bapak punya teman untuk pergi berangkat sholat Jumat bersama. Ibu selalu bilang suka merasa sedih kalau sholat Ied ia kasian melihat Bapak pergi ke lapangan sendiri tanpa ada yang menemani sedangkan Ibu ditemani oleh Bulan, karena bujuk rayu Ibulah akhirnya Bapak luluh dan mengijinkan Ibu untuk hamil anak kedua.

Kehamilan Benny ternyata lebih merepotkan daripada kehamilan Bulan, usia Ibu yang sudah 35 tahun menjadikan ibu mudah lemas dan lelah. Bapak yang sudah mulai disibukan dengan kegiatan di sekolah terlihat kerepotan mengurus ibu dan juga harus banyak tugas dari sekolah, sehingga perhatian Bapak tidak seperti saat Ibu hamil yang pertama, tapi Ibu memang tidak pernah cengeng ia selalu bilang baik-baik saja dan sehat kalau Bapak menelepon atau bertanya kondisi kesehatan. Padahal Bulan melihat kalau Ibu terlihat pucat dan sering mengeluh pusing sakit kepala.

Bulan mulai banyak harus mengurus diri sendiri semenjak ibu hamil, tapi itu tidak menjadi masalah karena selalu ada Mak Ilah yang membantunya semenjak ke sekolah dan menjemput juga. Sore hari ia akan menunggu Bapak pulang untuk sekedar naik motor keliling kompleks sebelum kemudian Bapak masuk ke rumah dan beristirahat.

Sampai pada suatu sore Bulan ingat kalau Ibu mengeluh kepalanya pusing dan sulit untuk bangun, ia kemudian minum obat dan meminta Bulan untuk menelpon Bapak. Saat Bapak datang kondisi Ibu tampak seperti sedang tidur  sampai akhirnya Bapak membangunkan dengan paksa tapi Ibu masih saja seperti sedang tidur.

Bapak kemudian terlihat panik dan menangis sambil berteriak teriak, meminta Bulan untuk memanggil tetangga agar menolong Bapak untuk membawa Ibu ke rumah sakit. Kejadian itu masih terekam dalam ingatan Bulan. Melihat Bapak dengan mata yang merah penuh dengan air mata membopong ibu masuk ke mobil, ia ditinggal dirumah dengan Mak Ilah, sampai kemudian ada Tante Susi yang tinggal di rumah depan mengajaknya ikut ke rumah sakit menyusul Bapak.

Ibu ternyata terkena serangan stroke, karena membahayakan janin akhirnya dilakukan operasi caesar agar ibu bisa menjalani pengobatan. Tapi karena ibu minum obat pengencer darah sebelumnya, setelah operasi ibu mengalami pendarahan hebat sehingga nyawa ibu tidak tertolong. Golongan darah ibu AB Rhesus negatif termasuk langka, sehingga menyulitkan saat mencari donor darah. Hari itu menjadi hari yang paling menyedihkan untuk Bulan, melihat Bapak yang menangis seperti seperti anak-anak dan Ibu yang kemudian tidak pernah ia lihat kembali bangun dari tidurnya.

Semua kejadian seperti mimpi yang tidak pernah berakhir, usapan di kepala dari orang-orang, suara tangisan dari tetangga dan keluarga terdengar seperti dengungan yang tidak jelas dan bermakna bagi Bulan. Melihat ibu yang terbaring di ruang tengah rumah, suara orang yang mengaji menjadi potongan-potongan gambar yang silih berganti tanpa makna. Ia tidak merasakan kesedihan yang amat sangat. Ia hanya merasa bingung kenapa Ibu tidak bangun dan memeluknya seperti biasa. Ia mendengar kalau Ibu meninggal, tapi kata itu seperti kata yang tidak bermakna, Ibu masih terlihat ada tidak hilang kenapa disebut meninggal. Ibu hanya tidur.

Bulan memilih duduk disamping ibu yang terbaring dan ditutup oleh kain batik. Berulang kali ia berusaha membuka tutup kain di kepala ibu, kasihan pikirnya Ibu jadi tidak bisa bernafas, tapi berulang kali pula orang-orang melarangnya membuka tutup kain itu.

“Jangan dibuka bageur… sing sabar yaaah… ya Allah Lastriii” hanya itu suara-suara perempuan yang terdengar. Ibu tidak memiliki saudara, sehingga yang berkumpul bersama di rumah hanya tetangga yang terdengar isak tangisnya. Suara Mak Ilah yang terdengar menangis dengan keras membuatnya merasa terganggu.

Ia baru bisa tidur saat Bapak menggendongnya dan memeluk sambil duduk di samping Ibu yang sedang tidur ditutup kain. Bapak juga terus saja menangis sambil menciumi kepalanya, malam itu Bulan tidak ingat jam berapa ia tidur, hanya saja ia berharap agar besok hari Ibu bisa bangun dan mengajaknya untuk mandi agar ia bisa pergi ke sekolah seperti biasa.

1
Syaiful Amri
teh othor kemana ini?? senggol dikit dong para readers2 ini, biar tau kabar teh othor gimana.?? moga sehat selalu, n masih terus berkarya.
Pudwi
kak kenapa nggak buat cerita baru lagi kak😥😥😥, susah tahu nemu penulis kayak kakak🥺. untuk yang baca komentarku tolong spil penulis yang karyanya bagus 🙏🙏🙏
erna erfiana
bagus banget,paket komplit, recommended buat dibaca.
Mak sulis
bisa dibayangkan perasaan Junaidi, istrinya ada dikamar hotel...pikirannya pasti kalut, salah satunya gara2 pernah diselingkuhi Inge, dan itu pasti bikin trauma, seperti pernah dibilang jangan sampai jatuh ke lubang yg sama..dan Juna masih belum paham aja kalo Bulan itu beda sama Ingge
Mak sulis
bingung kan mbul..mau tantrum tapi sayang proyek perdana masak gak diambil..ini salah satu pengorbanan buat ayang Junaedi ♥️😍
Mak sulis
bulan terlalu polos..cerita diklitik klitik tangannya pake emosi..tumben juga Junaedi gk sumbu pendek..bener2pasangan yg saling melengkapi..kalo satu meledak satu ngademin😍♥️😍
Ida Haedar
buna sukses yah ternyata jd mak comblang ameera dan kakanda angga.
Dini Fitriani
saya suka....saya suka 😀
bunda DF 💞
udah baca bwt yg kesekian kalinya. tteteh ditunggu bgt karya berikutnya. aku sampe bolak balik buka profilnya,, semog segera diberikan keleluasaan waktu bwt nulis lg ya teeh
Mak sulis
pas membaca ulang sambil memutar lagunya new light..duhhh sesuatu banget..serasa ada di ballroom ikut di acara Mbul-Junaedi 😍♥️😍💃🏼🕺🏼🎤🎸🎺🎷🎹🎻
Ida Haedar
weih c ingge tersungging menganggap bulan ikut campur urusan rmh tangga dia, dianya sendiri sok te-u belagu bak pahlawan kesiangan nyecer bulan ga bs ngedukung suami cuma gegara juni ngembaliin mobil yg dibeli nyicil krn bulan ga mau urusan dgn bunga bank. apa namanya kalau dia sendiri ikut campur rmh tangga juno dan bulan.
Laila Umroh
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣🤣
Ayaa
ahhh thorrrr lanjutin cerita hasna reza dan ameera angga, KANGENN BANGETTTTTTT😩😍
dyul
mbul... ilmu banget itu....
dyul
Ternyata.... si angga jodoh nya ameraa, 🤣🤣🤣
ᴷᴮ⃝🍓𝓓ͥ𝓪ͫ𝓷ͦ𝓲ͤ𝓪ͭᵇᵃˢᵉՇͫɧͧeᷡeͤՐͤՏꙷ
Juned udah gak tahan pingin eheeeem 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyul
papi... kudisan.... si tukang marah....lakinya hasna 🤣🤣🤣🤣
dyul
mbul..... 🤣🤣🤣🤣
dyul
🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!