7 Jiwa yang dipertemukan dan bahkan tinggal di satu atap yang sama, Asrama Dreamer.
Namun, siapa sangka jika pertemuan itu justru membuat mereka mengetahui fakta yang tak pernah ketujuhnya sangka sebelumnya?.
hal apa itu? ikuti cerita mereka di What Dorm Is This
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raaquenzyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 (Kebingungan Noah)
Seperti rencana kemarin, kini Almira dan Marvel pergi ke salah satu kantor polisi, tempat dimana Pak Danu dipenjara saat ini. Earpiece terpasang di telinga mereka semua, teman-teman Marvel akan mencatat apa yang pak Danu ucapkan melalui apa yang mereka dengar melalui earpiece.
"Pak Danu, ini saya. Prisa Almira Cahya, murid di sekolah tempat bapak mengajar dulu." sapa Almira, senyuman terukir di bibir tipisnya.
"Mira ... bagaimana kabarmu, nak? Bapak tidak menyangka kalau kamu masih hidup, sudah lama tidak bertemu."
"Kabar saya baik, pak. Saya di sini dengan Marvel, ingin bertanya tentang kejadian 10 tahun lalu. Mohon maaf karena tidak basa-basi tapi kami juga harus cepat, pak." balas Almira.
Diseberang sana, teman-teman Marvel sudah siap dengan buku dan bolpoin masing-masing. Mencoba mendengarkan sebaik mungkin informasi yang diberikan oleh pak Danu.
"Apa yang kalian ingin tau? Coba tanyakan, saya akan jawab kalau memang mengetahuinya." Pak Danu tersenyum, seolah tak ada beban ingin menceritakan kejadian yang telah ia sembunyikan bertahun-tahun.
"Saya dan kak Mira sangat yakin pak, kalau ada anggota inti di komunitas mereka. Karena tidak semua pembunuh itu memiliki tatto. Jadi, kami berpikir kalau anggota yang memiliki tatto pasti merupakan anggota inti. Hanya saja, kak Almira maupun Mbah Tono tidak tau tatto yang lain, selain huruf 'H' dan tatto berbentuk ular." jelas Marvel panjang lebar.
"Dulu, saya melihat ada 5 orang yang memiliki tatto, setelah saya telusuri lagi ternyata memang hanya mereka. Kekuatan mereka berbeda dari yang lain, mereka seolah tak terkalahkan, mereka pandai berkelahi bahkan menggunakan senjata."
"Sebentar, pria yang saya duga sebagai ketua dari komunitas mereka itu tidak hanya memiliki tatto huruf 'H' ada tatto lagi bertuliskan '23 april', selain itu ada tatto ular, tatto bintang, tatto bulan sabit dan tatto huruf 'M' dipundak kirinya." lanjut pak Danu.
"Tunggu, jadi ketuanya memiliki 2 tatto pak? Tulisan '23 april' disebelah mana pak? Karena yang saya lihat hanya huruf 'H' saja." tanya Almira.
"pundak kanan, dulu saya tidak sengaja melihat karena pakaian ketua itu sedikit turun setelah memukuli saya." Ujar pak Danu.
"Ada sesuatu yang bapak ingat, selain mengenai tatto? Kami membutuhkan banyak bukti, pak." balas Marvel.
"Maaf, nak. Hanya ini yang bapak ingat sekarang, setelahnya bapak sudah lupa. Nanti kalau bapak sudah ingat akan meminta polisi untuk menghubungi kalian ya." Almira tersenyum, ia memegang pundak Marvel, memberi tanda jika sudah saatnya untuk pergi.
"Terima kasih banyak, pak. Saya harap bapak segera menghubungi kami. Informasi dari bapak akan sangat berguna bagi kami semua." ucap Marvel.
Ia dan Almira akhirnya pergi dari kantor polisi, sesungguhnya informasi dari pak Danu tidak cukup, mereka akan sangat kesusahan untuk menemukan jika hanya menemukan dari tatto.
Earpiece mereka sudah tak saling terhubung, diseberang sana, Noah nampak kebingungan dengan napas yang naik turun. Keringat bercucuran dari pelipisnya, pikirannya terus berputar pada ucapan pak Danu '23 april'
"Tatto bertuliskan '23 april', tanggal sama bulan lahir gue. Apa itu artinya ketua dari komunitas itu ada di keluarga gue? Tapi siapa? Sejauh ini gue nggak pernah liat ada keluarga gue pake tatto tulisan begitu." celetuknya.
Suara pintu terbuka di kamar Noah membuat pria itu melompat kecil. "Bang, kalau mau masuk ketok dulu kek, gue kaget!" pekik Noah.
Pria yang merupakan kakak laki-laki dari Noah itu hanya terkekeh, memukul pelan pundak adiknya. "Harusnya gue yang marah, udah ketok berkali-kali kaga lu gubris sama sekali. Mikirin apaan sih?" tanya Aldo -abang Noah-.
"Nggak ada, cuma kepikiran sesuatu tentang masalah di asrama tempat gue tinggal kemarin." Aldo mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan jawaban Noah.
"Kenapa bingung? Harusnya masalahnya udah selesai kan? Diberita nya juga ada info kalau jasadnya dimakamkan secara layak, polisi juga mulai menyelidiki kasusnya, apa lagi?" tanya Aldo bingung.
"Gue mungkin nggak usah cerita ke bang Aldo, dia emang abang gue, tapi kaya kak Mira 'anggota keluarga' artinya bang Aldo juga termasuk." batin Noah.
"Nggak ada, cuma ngerasa bingung aja kaya siapa pelaku sebenarnya? Kenapa bisa secerdas itu sampai nggak ada satupun polisi yang tau kasus 10 tahun yang lalu." jawab Noah.
"Yakin? Bukan mau menyelidiki?" Napas Noah tercekat, merasa terkejut dengan ucapan Aldo, tatapan kakaknya itu seolah mengintimidasinya. Tatapan yang tajam juga senyuman tipis itu membuat tampang kakaknya menjadi lebih menyeramkan.
"No, jangan ikut campur masalah begituan. Masih untung nyawa lo selamat dari kejadian kemarin, pelakunya pasti lebih hebat dari yang kalian kira, jangan macem-macem kalau nggak mau mati lebih cepat." tekan Aldo.
"Bang, tau nggak? Alasan gue sama temen-temen gue dihantui adalah karena salah satu keluarga kita pasti ada hubungannya sama kejadian itu. Dari sikap lo sekarang, gue jadi curiga, kalau salah satunya itu, lo." sarkas Noah.
"Siapa yang kasih tau hal bodoh itu ke kalian? No, usia lo berapa sampai mudah percaya hal kaya begituan? Sekarang lo nuduh gue? Lo nyadar nggak? Orang yang kasih kesimpulan kalau 'pasti ada salah satu keluarga lo yang merupakan pelaku itu' bisa aja dia dalangnya. Dia pengen hubungan keluarga kalian hancur, lo mudah percaya? Gue nggak habis pikir" Noah terdiam, ucapan kakaknya ada benarnya juga, ia baru pertama bertemu dengan Mira dan gadis itu langsung menyimpulkan hal ini.
"No, jangan mudah percaya sama orang baru."
Setelahnya Aldo langsung keluar dari kamar Noah, meninggalkan pria yang masih berpikir keras dan berusaha mencari kesimpulan atas sulitnya kasus yang mereka hadapi saat ini.
Tangannya bergerak lincah untuk menghubungi satu kontak di ponselnya, nomor telepon 'Nando' pria itu cukup pintar jika menemukan kesimpulan, ia harus bertemu sekarang.
"Na, hari ini ketemuan di cafe deket smp lintang cahaya, bisa? Ada yang mau gue omongin." tanya Noah setelah mendengar suara sapaan dari seberang sana.
"Bisa, 10 menit gue ke sana, mau ganti baju dulu." jawab Nando dari seberang.
"Yaudah, gue tunggu ya." Setelah panggilan terputus, akhirnya Noah kembali bersiap-siap untuk menemui Nando. Dengan cepat ia melajukan motornya pada tujuan yang sudah ia beritahukan pada Nando.