Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan berkepanjangan
Belum sempat Nyonya Han di berikan tanggapan. Dari arah lain sudah ada empat rombongan dari empat keluarga berbeda yang juga ingin melamar. Mereka saling berebut jalan menuju ke kediaman Nyonya tau Chao. Semua keluarga yang datang membawa lebih banyak mahar pernikahan. Bahkan keluarga mereka semua sangat terkenal dan di hormat di kota Hengji.
Nyonya tua Chao menarik nafas dalam melihat kerumunan yang telah memenuhi pintu masuk kediamannya. Dia menatap kearah cucunya. "Yi er, kita baru datang kemarin. Tapi sekarang sudah ada banyak orang yang datang melamar. Sekarang nenek harus bagaimana?" tersenyum memandang cucunya.
Li Anhe hanya bisa menatap canggung.
"Nyonya Han, apa kamu tidak malu hanya membawa mahar sedikit seperti ini? Heh," tatapan Nyonya Rui merendahkan. Dia membawa sepuluh kotak berisi emas, sutra, juga barang berharga lainnya.
Nyonya Xui mendekat dengan wajah angkuhnya, "Kalian semua harus minggir. Aku membawa lebih banyak mahar," tersenyum menatap Nyonya tua Chao. "Nyonya Chao, kenalkan saya dari keluarga Xui. Suami saya hakim daerah di kota ini. Putra pertama ku ingin melamar cucu anda yang cantik ini," memandang kearah gadis manis, dengan kelembutan di wajahnya. "Kecantikannya tidak memiliki celah. Sangat bagus, cocok dengan putra ku yang tampan."
Dua keluarga lainnya juga menunggu untuk keputusan dari Nyonya tua Chao.
Salah satu pengawal mendekat kearah nyonya tua Chao. Dia berbisik sangat pelan, "Nyonya mereka semua datang melamar karena melihat kecantikan dari Nona kelima," dia mundur beberapa langkah setelah memberikan informasi.
Senyuman tipis namun terasa lebih dingin itu menatap kesegala arah. "Tidak akan ada pernikahan. Hanya cucu ku yang dapat memilih suaminya sendiri. Siapa pun tidak memiliki hak untuk ikut campur. Kalian semua bisa pergi," Nyonya tua Chao berjalan santai masuk kembali ke dalam kediaman di bantu Li Anhe.
"Ini?" semua orang diam tidak berani membuat kehebohan lebih jauh.
Semua rombongan perlahan meninggalkan kediaman Nyonya tua Chao yang ada di desa kecil. Kini kabar seorang gadis muda menolak banyak lamaran tersebar dengan sangat cepat di seluruh kota Hengji. Bahkan kecantikannya juga menarik banyak orang untuk ikut penasaran.
Di dalam kediaman Li Anhe terus melatih keahlian pedangnya. Setiap gerakan telah sepenuhnya berhasil di kuasai. Dia duduk menyeka keringat di wajahnya sembari meminum segelas air putih yang sudah di siapkan pelayannya Bi er. Gadis itu berjalan mendekat kearah sekat halaman belakang. Dia diam dengan santai menyandarkan tubuhnya.
"Sedikit lagi. Cepat bantu aku," suara pemuda terdengar dari luar pembatas.
"Tuan muda, ini tidak pantas di lakukan. Jika ada orang yang tahu anda mengintip seorang gadis nama baik keluarga Xui akan tercoreng."
"Diam," menginjak pundak pelayannya. "Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan wanita cantik begitu saja. Aku harus mendapatkannya. Berjinjit agar aku dapat menaikkan kaki ku ke atas pembatas," Tuan muda pertama Xui dari kediaman hakim daerah masih tidak menyerah meskipun lamarannya telah di tolak. "Baru kali ini ada gadis yang sesuai selera ku. Dia harus menjadi istri ku."
Kaki kanannya sudah sampai di atas pembatas saat tubuhnya akan di tarik.
Taakk...
"Aaa..."
Bukk...
Tuan muda pertama Xui dan pelayannya terjatuh. "Aaa... isss..." mengelus pantatnya yang sudah nyeri.
Satu kali sentilan batu kecil dari tangan Li Anhe membuat batu itu terhempas kuat tepat di mata kaki pemuda yang telah terjatuh di tanah.
"Tuan muda," pelayan itu segera bangkit membantu Tuan mudanya bangun dari tanah "Anda tidak apa-apa?"
"Kurang ajar," bangun dari tangan. Dengan wajah kesal dia membersihkan baju mahalnya. Dia juga merasakan sakit di bagian mata kakinya. Saat dia melihatnya sudah ada bekas lemam. "Aa... bantu aku. Aaa..." Tuan muda pertama Xui membiarkan tubuhnya di topang pelayannya. Kakinya sudah sulit untuk di gerakkan leluasa. "Kita pergi. Besok kita datang lagi," melangkah pergi dengan senyuman tanpa ada kata menyerah.
Tidak selang lama beberapa pemuda terus bergiliran untuk naik ke atas pembatas kediaman di halaman belakang.
"Nona muda," pelayan Bi er memberikan buah apel juga anggur. Bahkan meja juga telah di himpitan ke arah pembatas.
Li Anhe duduk santai menikmati teh panas juga buah apel di tangannya. Dia menempatkan jarinya ke arah bibir memberikan isyarat kepada pelayannya Bi er agar tidak bersuara. Pelayannya itu mengangguk mengerti. Sudah ada setidaknya enam pemuda yang berakhir sama seperti Tuan muda pertama Xui. Entah itu di kaki, tangan atau dada tapi batu kecil terlempar tepat sasaran.
Di dalam kediaman Nyonya tua Chao duduk santai di kursi ruang tamu. Pelayan setianya memijat pundaknya perlahan. "Yi er, masih ada di belakang?"
"Masih. Nyonya besar, di luar pembatas halaman belakang ada beberapa pemuda yang terus berusaha untuk naik dan menerobos masuk. Tapi kenapa Nyonya besar justru menempatkan para penjaga di bagian depan kediaman? Pelayan ini tidak bisa mengerti."
"Hahahh..." Nyonya tua Chao tertawa mendengar pertanyaan dari pelayannya. "Cucu ku itu bilang dia ingin melatih insting dan ketepatan sasaran setiap serangannya. Dia benar-benar dapat memanfaatkan situasi dengan baik. Tentu saja aku mengizinkannya."
Pelayan Xin ikut tertawa mendengar perkataan dari Nyonya besarnya. "Nona muda sangat cerdik. Berlatih dengan benda hidup tentu lebih memudahkan dirinya."
Di halaman belakang, Li Anhe masih duduk santai menikmati buah anggur. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi menatap kearah langit penuh awan gelap. Di meja juga telah tersedia puluhan batu kecil yang siap di lemparkan.
Suara jeritan dan teriakan kesakitan terus terdengar hingga sore hari. Rintik hujan masih tidak memindahkan Li Anhe dari halaman belakang.
Pelayan Bi er datang kembali membawa payung dan pergi setelah payung di serahkan.
Langkah kaki terdengar kembali, "Tuan muda apa anda yakin ingin naik juga? Kita sudah melihat bagaimana akhir semua orang yang naik keatas pembatas ini. Ada penjaga di dalam kediaman belakang. Tidak sembarangan orang dapat masuk."
"Aku hanya mengintip sebentar tidak akan naik ke atas," pemuda itu membawa tangga untuk mempermudah dirinya mengintip ke dalam. Baru saja dia sampai pada bagian atas pembatas. Pedang tajam sudah menekan lehernya. Gadis muda berdiri di depannya menatap tajam. "Lebih cantik dari lukisan yang aku dapatkan."
"Turun atau mati?" suara Li Anhe di tekan.
Pemuda itu merapikan rambutnya. "Nona," menatap dengan kedipan manja. "Sejak pertama kali melihat mu aku,"
Pakkk...
Bbrukk...
"Aku mencintai mu," tinju mendarat tepat di wajah pemuda itu. "Hehhh... Aku bisa melihatnya," dia tertawa dengan bodohnya meskipun masih tergeletak di atas tanah.
"Tuan muda," pelayannya berusaha untuk membantu agar Tuan mudanya bisa bangun.
Pemuda itu pergi dengan tatapan penuh cinta di bantu pelayannya.
Li Anhe melompat dari meja dan kursi yang di satukan setelah menghajar pemuda terakhir. Dia berjalan santai menempatkan pedangnya di pundak.
Pelayannya Bi er membukakan pintu belakang. "Nona muda air hangat sudah siap. Baju ganti juga telah tersedia di dalam kamar mandi."
"Terima kasih," Li Anhe meletakkan pedangnya di atas meja baru masuk ke dalam kamar mandi.
Gadis itu berendam di air hangat cukup lama.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut