Di negara barat, menyewa rahim sudah menjadi hal lumrah dan sering didapatkan.
Yuliana adalah sosok ibu tunggal satu anak. Demi pengobatan sang anak, ia mendaftarkan diri sebagai ibu yang menyewa rahimnya, hingga ia dipilih oleh satu pasangan.
Dengan bantuan alat medis canggih, tanpa hubungan badan ia berhasil hamil.
Bagaimana, Yuliana menjalani kehamilan tersebut? Akankah pihak pasangan itu menyenangkan hatinya agar anak tumbuh baik, atau justru ia tertekan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lindungi Anakku
Clara hamil, begitulah fakta yang kini sudah tersebar di dalam rumah. Banyak para pelayan yang memberikan selamat dan juga berpikir Yuliana akan disingkirkan.
Jika sebelumnya yang digenggam adalah hasil USG milik Yuliana, sekarang di tangan Sean adalah USG milik Clara.
Sean, Clara, Jessy dan William tengah berada di ruang tengah membahas kehamilan itu. Sedangkan Yuliana diam memperhatikan mereka sembari mengusap perutnya.
"Aku sudah hamil kembali Mommy, jadi kita bisa membuang anak di rahim wanita itu," ucap Clara yang hanya bisa membuat Yuliana menangis mengusap perutnya.
"Apa menggugurkannya adalah kesenangan bagimu?" balas Jessy dengan ketus, tetap ingin mempertahankan kandungan Yuliana.
"Kenapa Mommy? Aku hanya tidak butuh anak dari rahim wanita lain," balas Clara dengan tegas.
William yang selalu mengikuti kemauan istrinya pun ikut berceletuk. "Menjadikan anak di rahim Anna anak pertama, dan itu yang kedua."
Clara dengan cepat menggeleng. "Tidak aku tidak mau. Anak yang ku lahirkan adalah anak yang pertama. Aku tidak butuh anak yang lain," ucapnya dengan tegas.
Jessy memutar bola matanya jengkel dengan kelakuan Clara. "Ya sudah jadikan itu anak pertama kalian. Sedangkan anak di kandungan Jessy biar kami yang rawat, kami juga masih sanggup menjadikannya anak, iyakan Daddy?" ucapnya dengan santai, sembari meminta pendapat sang suami.
"Itu benar," angguk William dengan cepat.
Clara mengerutkan keningnya sebagai tanda protes. "Tidak bisa begitu dong. Kenapa kalian begitu bersikeras sih mempertahankannya?" ucapnya dengan ketus.
"Dan kenapa kamu bersikeras menggugurkannya? Padahal kalian kesulitan memiliki anak!" balas Jessy menekan setiap katanya.
"Kandunganmu sudah jalan dua bulan kan? Bagaimana kalau nanti keguguran lagi, dan anak di rahim Yuliana sudah digugurkan, itu namanya rugi!" sambung Jessy dengan sinis, membuat Clara menggeram.
"Sudah ku katakan, kali ini aku tidak akan keguguran!" balas Clara dengan tangan mengepal dan sorot mata yang memandang emosi.
Clara berbalik menatap Sean. "Sean, bantu aku bicara, jangan diam saja!" sentaknya dengan suara sedikit meninggi karena emosi yang tidak mampu ditahan lagi.
Sean yang sejak tadi diam menunduk menatap USG di genggaman tangannya itu, mengangkat pandangannya, menatap Clara.
Permintaan Clara memang kelewatan, namun ia tidak bisa mengabaikan. Pandangannya beralih pada kedua orang tuanya.
"Mom, Dad, itu ...."
"Kenapa, kamu mau membela istrimu? Jangan gila Sean, sampai kapanpun Mommy akan mempertahankan Anna!" ucap Jessy dengan tegas.
Pandangan Sean beralih pada Clara berharap wanita itu berhenti meminta hal yang kejam itu.
"Ayo Sean bicara? Tolong berikan pengertian pada mereka," rengek Clara yang kekeh pada pendiriannya.
Air mata wanita itu mengalir deras, membasahi pipinya, menatap setiap orang di sana. "Kenapa kalian tidak mengerti sih? Ini adalah anak murni hasil cinta kami. Aku hanya ingin, kalian fokus pada dia, bukan pada anak hasil buatan dokter!"
Dengan wajah melemas dan memohon. "Aku tidak ingin anak pertama yang ku lahirkan dengan susah payah, malah diabaikan, kasih sayangnya terbagi. Aku hanya ingin itu, tolong mengerti," ucapnya merengek dan mulai menangis mengungkapkan isi hatinya.
Semuanya pun seketika diam. Mulai memikirkan perasaan Clara. Namun, tidak sepenuhnya mereka membenarkan.
"Kalau Anna berhasil melahirkan, kamu berhasil melahirkan, apa salahnya menganggap mereka anak kembar. Mencintai mereka secara seimbang, bukannya mereka juga hanya berjarak dua bulan lebih?" ucap Jessy tetap dengan pendiriannya.
Clara mengacak rambutnya frustasi. "Mommy!" pekiknya.
"Clara," Sean segera menarik tangan Clara yang hendak menyakiti dirinya sendiri.
Clara memberontak menatap tajam pada Jessy, seolah akan menerkamnya.
"Mommy! Apa perlu aku membalas perlakuan Mommy? Membawa wanita lain dalam pelukan Daddy, mau hah!" bentak Clara dengan suara menggema pada sudut ruangan. Seluruh tubuhnya memerah, menandakan emosi yang berada di ambang batas.
"Heh!" sentak William berdiri menjadi penengah.
"Kamu jangan macam-macam! Aku tidak akan tergoda dengan wanita muda sekalipun!" ucap William dengan tegas.
Telunjuknya terangkat, menunjuk tepat di depan wajah Clara. "Dan ingat Clara! Mommy-mu bicara seperti itu, karena kamu juga terlalu kelewatan! Asal meminta menggugurkan anak yang tidak berdosa!"
"Dad, turunkan tanganmu! Tidak perlu memarahi Clara begitu. Kita juga harus mengerti perasaannya," bela Sean.
"Lalu perasaan Yuliana. Wanita itu bahkan kerap kali menangis setiap mengingat akan meninggalkan anak dalam kandungannya. Membahas tentang kalian tidak menerimanya dia juga menangis. Apalagi diminta menggugurkannya. Wanita itu juga sangat mencintai anak dalam kandungannya!" ucap William dengan tegas, memperingatkan pada Sean bagaimana perasaan Yuliana.
Sean terdiam. Ia tak mampu berucap apapun. Karena jelas ia tau sendiri bagaimana Yuliana.
Sudut matanya menangkap sesosok yang mendekat membuatnya menoleh dan melihat Yuliana dengan sorot matanya yang sedih datang mendekat.
"Mommy," panggil Yuliana dengan lembut membuat mereka menoleh.
Clara berdecak. "Puas kamu! Semua orang membelamu!" sahutnya ketus.
Yuliana mengabaikan dan tetap fokus pada Jessy yang tersenyum lembut padanya. "Dalam kontrak sudah ditambahkan kalau anak tidak diinginkan siapapun aku berhak mempertahankan dan membawanya, menjadikannya murni anakku secara hukum. Jika memang Clara bisa melahirkan anaknya, dan tidak bisa menerima anak ini. Biarkan aku membawanya pergi Mommy, daripada dia hanya akan sedih tidak dianggap oleh ibunya," ucapnya memberikan penawaran yang dirasa menarik dan akan membuat Clara senang.
Sean pun berharap Clara terima kali ini. Sayangnya itu hanya perkiraan mereka. Wanita itu sudah melayangkan protes penolakan.
"Tidak! Itu tetap tidak boleh! Kalau ada hubungan darah, itu tetap mempengaruhi keluarga di masa depan nantinya!" sahut Clara dengan cepat.
Yuliana menggeleng tidak percaya. "Aku dan kalian tidak akan mempunyai hubungan apapun nanti. Aku tidak akan membiarkan anak ini mengenal kalian nanti," ucapnya sembari menyentuh perutnya seolah melindunginya dari bahaya mendatang.
"Tidak! Tidak boleh!" balas Clara dengan tegas, yang membuat bahu Yuliana seketika lemas, karena wanita di depannya sudah jelas menunjukkan satu keinginannya, yaitu menggugurkan.
Yuliana mengambil dan membuang nafas kasar. "Aku berhak mempertahankannya, dan tidak akan mengambil sedikit pun keuntungan dari kalian. Tapi, jika anak ini kekeh ingin kamu gugurkan, aku berhak dapat kompensasi!" ucapnya dengan tegas menatap tajam pada Clara.
Clara berdecak sinis, tangannya bersedekap dada dan menatap remeh pada Yuliana. "CK! Orang miskin! Berapa yang kamu minta huh!"
"Mommy sendiri yang menambahkan kontrak, karena Mommy tau kalian akan menolak, dan Mommy menuliskan kompensasi yang tidak sedikit di sana," ucap Jessy sontak membuat Sean dan Clara terkejut dan membulatkan mata.
"Berapa yang Mommy tuliskan?" tanya Sean.
"30% saham milik perusahaan keluarga Sawyer. Kalian memiliki 65% saham perusahaan kalian kan, dan itu sama saja kalian menyerahkan setengahnya untukku!" ucap Yuliana yang dibalas anggukan santai dari Jessy, membuat Clara, Sean bahkan William terkejut.
"Ya ampun sayang. Kenapa kamu begitu nekat?" tanya William mulai was-was.
"Iya Mommy apa sudah gila!" balas Clara dengan sewotnya, tidak terima seberapa banyak mereka akan kehilangan harta.
"Itu hanya berlaku, jika dia dipaksa menggugurkan. Beda lagi kalau kita tidak mau, dan Anna juga tidak mau. Maka semuanya aman. Jadi, jika tidak ingin kehilangan harta, jangan melakukan hal bodoh! Anna berhak mempertahankan anak dalam kandungannya!" ucap Jessy dengan tegas menatap keluarganya.
William menghela nafas kasar, beruntung ia berada di pihak mempertahankan. Pandangannya bergerak menatap lembut pada Yuliana.
"Anna, kamu tenang saja. Anak itu tetap akan menjadi milik keluarga Sawyer. Anak itu akan hidup dengan baik," ucapnya dengan niat Yuliana bisa tenang, jika sewaktu akan meninggalkannya.
"Ish!" Clara menghentakkan kakinya kesal. Ia tidak tau lagi harus membujuk bagaimana. Wanita itu memilih berbalik pergi dengan emosi yang belum terlampiaskan.
"Dasar wanita tua bodoh! Dia bertingkah seperti penguasa saja!" batinnya menggerutu dan terus mengumpat atas yang dilakukan Jessy.
"Clara," Sean mengambil satu langkah mengejar Clara, namun ia menoleh sesaat menatap Yuliana, sehingga mereka kontak mata.
"Tetaplah kuat, pertahankan dia. Tolong lindungi anakku, Anna. Aku menginginkannya," batinnya menatap lekat Yuliana sesaat, sebelum ia menyusul Clara.
Aku tunggu episode selanjutnya kak, Semangat! 🔥
Aku tunggu episode 63 nyaa kakk!
Semangat bikin ceritanya kakk! 🔥
sean jgn terlalu berharap anna mau kembali sama kamu/Sly/
Semoga Yuliana Baik-baik Saja dan Selamat dari Clara,aku bakal sedih kalau ada hal yg terjadi sama Yuliana dan anak-anak nya🤍.Dan semoga Sean bisa cepat minta maaf langsung ke Yuliana.
Aku tunggu episode selanjutnya kak, Semangat 💪