Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Sandra dan Harun turun bersama untuk sarapan, Harun yang menggandeng tangan Sandra berhasil mengundang tatapan para keluarga yang sudah asik di meja makan.
"Selamat pagi," sapa Harun seraya menarik kursi untuknya.
"Mama, mama mau makan apa?" tanya Sandra seraya menyendokkan nasi ke piring Amira.
"Ada apa kak, seperti nya tidak ada hujan komedi hari ini?" tanya Ana menggoda Sandra yang terlihat terus saja tersenyum.
"Harun, apa kau?" tanya Adiguna ambigu.
"Maaf atas perlakuan ku pada menantu kalian selama ini, tapi sekarang aku sadar jika ini semua harus di mulai dari awal. Aku akan belajar untuk menerima Sandra, Pa, Ma." Jawab Harun menjelaskan.
"Mama bahagia untuk kamu, Nak." Ujar Amira mengusap kepala menantu kesayangan nya.
Setelah melayani ibu mertua nya, kini Sandra beralih untuk mengambilkan makan suaminya. Sandra benar benar menjadi menantu dan istri idaman keluarga Adiguna.
"Duduklah," titah Harun menarik kursi untuk Sandra duduk.
Sandra mengangguk kemudian duduk disebelah Harun, semuanya makan dengan tenang bahkan sesekali di selingi canda tawa. Bahagia sekali karena suasana seperti ini sudah lama hilang dari keluarga Adiguna.
Sandra mengantar Harun sampai ke depan pintu, sesuatu yang selalu Harun tolak kala Sandra ingin melakukannya.
Berbeda hari ini, Harun justru sangat bahagia karena Sandra mau mengantar nya sampai ke depan pintu.
"Aku berangkat ya," ucap Harun bermaksud pamit.
Sandra mengangguk kemudian meraih tangan Harun dan mendaratkan bibirnya tepat di punggung tangan sang suami.
"Hati hati ya, Mas." Balas Sandra tersenyum.
Harun segera pergi meninggalkan rumah, Sandra menatap kepergian mobil Harun sampai tak terlihat di pandangan matanya.
Sandra segera masuk, ia langsung disambut oleh tatapan bahagia ibu mertua dan juga adik ipar nya. Mereka merasakan kebahagiaan ketika melihat perjuangan Sandra kini tak sia sia.
"Kamu bahagia, Sayang?" tanya Amira membuat Sandra tertunduk menahan senyuman.
"Kami ikut bahagia untuk mu, Kak." Ujar Ana memeluk Sandra erat.
"Terimakasih banyak, Ma, Ana." Sahut Sandra kemudian memeluk kedua nya erat.
"Wah wah ada apa nih?" tanya Adiguna menghampiri istri dan anak anaknya.
"Papa," panggil Sandra tersenyum.
"Berbahagia lah selalu, Sandra. Kami senang melihatnya," tutur Adiguna mengusap kepala menantu nya.
Sementara di kantor, pekerjaan sudah menumpuk diruangan nya. Meski beberapa karyawan datang membawa pekerjaan, itu hanya beberapa dari dokumen urgent sementara pekerjaan yang lainnya masih tetap ada.
"Selamat pagi pak Harun." Sapa Azka menunduk sopan.
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Harun sambil membolak balik berkas di tangan nya.
Azka segera membuka agenda Harun, sudah 3 hari jadwal diundur karena Harun. Bisa di pastikan jadwal atasan nya itu padat hari ini.
"Meeting dengan beberapa kolega bisnis anda tuan guna membahas peluncuran elektronik terbaru, pukul 10 di ruang rapat A. Jelas Azka membacakan jadwal Harun yang begitu padat.
"Baiklah, tolong siapkan segala nya." Sahut Harun dibalas tundukan kepala oleh Azka.
Harun baru keluar dari kantor nya pukul 19.00 itupun ia belum bisa pulang kerumah karena masih ada jadwal makan malam dengan perusahaan yang akan bekerja sama.
Harun memijat pangkal hidung nya, pekerjaan yang ia tinggal selama 3 hari membuat nya benar benar bekerja ekstra hari ini.
"Tuan kita sudah sampai," ucap Azka keluar lebih dulu untuk membukakan pintu atasan nya.
Harun segera masuk ke dalam restoran, sungguh ia sudah benar benar ingin pulang kerumah dan menemui istrinya. Harun tersenyum sendiri jika menyebut Sandra sebagai istri, 1 bulan di perlakuan tidak baik namun sikap Sandra terhadap nya tidak pernah berubah.
"Selamat datang pak Harun," ucap pria berjas merah seraya menjabat tangan Harun.
"Silahkan duduk," titah Harun berusaha seramah mungkin.
Dan makan malam itu berujung penandatanganan kerjasama, Harun senang karena akhirnya bisa bekerja sama dengan perusahaan bahan mentah untuk pembuatan industri nya.
"Aghhhhh....ayo kita pulang." Ucap Harun memejamkan matanya karena sudah sangat lelah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 kemungkinan ia akan sampai rumah baru pukul 22.00 dan di pastikan rumah sudah sangat sepi.
Harun masuk ke dalam rumah, memang suasana nya sudah sangat sepi namun lampu masih menyala menandakan jika masih ada yang belum tidur.
"Siapa yang belum tidur," gumam Harun seraya menaiki satu persatu anak tangga.
Sesampainya dikamar, ia tidak menemukan istrinya disana sehingga kini Harun tau jika tadi yang belum tidur adalah Sandra.
Harun segera masuk kedalam kamar mandi untuk menyegarkan dirinya, setelah hampir 20 menit Harun akhirnya keluar hanya dengan lilitan handuk di pinggang nya. Ia pikir Sandra tidak berada dikamar sehingga dengan percaya dirinya ia hanya keluar dengan handuk.
"Astaga, Mas?!!!" seru Sandra yang baru masuk ke dalam kamar dan menemukan Harun yang sedang memakai baju.
"Sandra, sejak kapan kamu disana?" tanya Harun ikut terkejut.
"Baru saja, kamu kenapa gak pakai baju di kamar mandi?" tanya Sandra memejamkan matanya rapat.
"Aku kira kamu tidak ada," jawab Harun yang sudah selesai memakai baju.
"Sini," ucap Harun meminta Sandra mendekat.
Sandra menurut, ia duduk disebelah Harun seraya meletakkan nampan berisi makan malam untuk Harun di meja.
"Kenapa belum tidur?" tanya Harun menatap Sandra yang terus saja menunduk.
"Aku nunggu kamu, aku takut jika nanti tidak ada yang menyiapkan makan malam." Jawab Sandra tanpa menatap Harun. Bukan apa, tapi Sandra masih merasa malu ketika tadi melihat suaminya yang tidak memakai baju.
"Aku sudah makan," ucap Harun membuat Sandra menoleh padanya.
"Baiklah aku akan bawa ini kebawah," ujar Sandra berniat pergi namun di cegah oleh Harun.
"Tidak perlu malu, Sandra. Kita pasangan menikah, aku suami kamu dan kamu istri aku," cicit Harun mengerti suasana hati Sandra saat ini.
"Iya, Mas." Sahut Sandra tersenyum menatap Harun.
Malu malu neng Sandra mah🤣🤣
BERSAMBUNG.............