Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
El dan Ana dalam Bahaya
"Ni rumah baru kedatangan bocil rusuh dua hari, sekalinya ga ada. Ko ya sepi..." gumam Ajeng seraya membolak-balik lembaran majalah, di ruang tamu.
"Nek, atuh boleh inda tali te lumah na nenek Elina? Sepina lumah ini, inda ada Jala." tanya Satriya, yang baru keluar dari kamar ibunya.
"Nenek sih ngijinin, mama sama papa ngijinin ga?" tanya Ajeng
"Talena itu Tlia bilan sama nenek, supaya nenek monta ijin ke mama sama papa." jawab Satriya, Ajeng menatap horor pada cucunya itu
'Punya cucu kok ya pada pinter, memanfaatkan situasi.' ucap Ajeng dalam hati
"Mama lagi apa?" tanya Ajeng
"Lagi nenenin dede di kamal, matana Tlia di usil. Pilih kasih setali lah puna mama, Tlia jadina tesepian." Ajeng menghembuskan nafasnya pelan
"Ngga mungkin mama mu main usir, kalo kamu yang ga bikin masalah duluan." ucap Ajeng menatap Satriya sinis
"Tenapalah nenek ini inda pelcaya Tlia, tadi Tlia tuma nda senaja jatohin bantal ke ade. Mama lansun jadi mostel, malah-malah." balas Satriya
"Astaghfirullah haladzim... Anak Ken, ya Allah ya Allah... Ya jelas mama kamu ngusir kamu dari kamar, kelakuan cucu kok ga ada yang bener." Ajeng memegang lehernya, yang tiba-tiba terasa sakit.
"Ya udah nenek bilang dulu, sama mamamu. Tapi sore pulang ya, ga ada drama pengen nginep. Kalo pas di jemput nangis, nanti nenek suruh bubun bawa Amber ke sini." Satriya langsung menatap sengit Ajeng
"Nenek tu tuma satu, tapi senang setali ancam-ancam." Satriya memilih masuk ke kamarnya, untuk menyiapkan apa yang akan dia bawa. Ajeng hanya menggelengkan kepalanya, ia gegas bangun dan berjalan ke kamar Nuri.
Leon sedang di kamar Raya, karena tak ada ayahnya. Ia jadi bisa menguasai ibunya sendiri, Hahahaha.
.
.
Waktu pun berlalu, ternyata hanya 2 minggu saja, Laras terkurung dalam sangkar. Selama 2 Minggu itu juga, Laras puasa berbicara dan sekarang....
"ZARAAAAAAAAA"
"Ulah apa lagi yang udah di buat anak lu, Ras?" tanya Ken, ia baru saja pulang. Ia duduk di sofa, dan menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah.
Nuri sedang mengajak main Nico, ke panti asuhan milik Laras dan Bintang. Ajeng dan Raya pun ikut, karena Raya sudah merengek bosan di rumah.
"Dia masukin kembang anggrek bulan, punya mama ke mesin cuci. hufft" Laras menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa, ia merebahkan dirinya.
"Gue ga paham ma tuh bocah, pinter nya bikin keblinger. Yang ga kepikiran ma kita, bisa kepikiran ma tuh bocah. Tapi kelakuannya, Astaghfirullah banget." Ken tertawa mendengar keluh kesah adiknya
"Lu ga sadar, apa pura-pura kagak sadar Ras? Kelakuan anak lu si Zara, 11 12 ma lu bahlul!!!" jawab Ken tertawa, membuat Laras mencebik kesal
Tiba-tiba ponsel Laras, yang di meja pun terdengar nada dering.
"Hp lo tuh bunyi, bukannya di angkat" ucap Ken
"Mager banget bang, tenaga udah terkuras ma anak si Bintang." jawab Laras, seraya menutup kedua matanya menggunakan lengan.
"Ck" Ken menegakkan tubuhnya, ia pun mengambil ponsel adiknya. Heran, padahal hanya tinggal menjulurkan tangannya ke meja.
"Si El noh" ucap Ken, seraya melempar ponsel ke atas perut Laras.
"ADUH... ABANG!!!" namun Ken tak peduli, saat hendak bangun. Bersamaan dengan Laras menerima panggilan, yang sejak tadi tak mau berhenti.
'RAAAAAAAASSSS..... TOLOOOONG' Laras langsung mendudukkan tubuhnya, membuat Ken terkejut.
"Apa sih lo.." Lara mengangkat tangan
"KENAPA LO?!" terdengar suara Ellora, yang bergetar karena menangis dan juga ketakutan
'RAAASSSS.... ADA YANG NGIKUTIN GUE, DIA NEMBAKIN MOBIL. KYAAA' Laras berdiri, saat ia mendengar suara tembakan.
Ken yang melihat adiknya panik, jadi ikut tak tenang
"AN*ING, SIAPA YANG BERANI NYENTUH ORANG-ORANG GUE. LO DIMANA?"
'GUE DI JALAN XXX, RAAASSS.... GUE BAWA ANAK GUE.
'MA ANA TATUUUT.. HUWAAAA' Laras semakin geram dan amarahnya memuncak
"BA*GSAT, SI BAYU KEMANA LAGI!! SEKITAR 200 METER ADA KANTOR POLISI, LU LANGSUNG MASUK KE DALEM SANA. KALO PERLU TABRAK AJA KANTOR POLISINYA, LU NAIKKAN KECEPATAN. GA USAH TAKUT, GUE SUSUL SEKARANG. JANGAN MATIIN PONSEL LU!!" Laras bergegas mengambil kunci mobil
"RAS APA YANG TERJADI?" tanya Ken keras
"GUE GA TAU LAGI SIAPA YANG NYARI MASALAH, ELLORA DALAM BAHAYA. RIANA JUGA ADA DI MOBIL, DIA CUMA BERDUA." jawab Laras tak kalah keras, seraya ngeloyor pergi ke luar rumah.
"GUE IKUT" tanpa menunggu jawaban adiknya, Ken menyusul Laras.
"Berani cari masalah ma gue, sampai El ma anaknya kenapa-kenapa. Bakal gue cari, sampe ke ujung dunia sekalipun." ucap Laras penuh penekanan, ia segera masuk ke dalam mobil. Ken pun segera memutar dan masuk ke kursi penumpang.
"MANG BUKA GERBANG" teriak Laras, mang Nurman pun gegas berlari dan membuka gerbang. Laras tak berani ambil kecepatan tinggi, karena masih dalam kawasan komplek. Begitu juga setelah keluar gapura, karena ada anak-anak sekolah.
Begitu ia masuk jalan raya, Laras segera menginjak gas. Laju kecepatan yang begitu kencang, membuat kepala Ken membentur bagian kepala joknya. Ken langsung memegang hand grip mobil, menggunakan kedua tangannya. Tak peduli sakit di kepalanya, melihat wajah sang adik yang seperti dewa kematian. Ia tak berani mengusiknya, lebih memilih diam. Daripada Laras semakin berang, Ken membaca doa keselamatan dalam hati.
Bagaimana pun, ia yang menginginkan untuk ikut Laras. Jadi mulutnya harus di kunci, tak boleh bersuara. Ken hanya bisa mengumpat dalam hati dan berharap, Allah masih memberikan dirinya umur panjang.
"DIMANA LO?" tanya Laras
'Hiks... Gue udah di kantor polisi, huhu... Gue tabrak gerbang, soalnya tadi ketutup. Lu cepetan ke sini, gue ga sanggup Ras. Ana sejak tadi ga respon gue Ras, tatapannya kosong' jawab Ellora dengan suara yang masih bergetar
"S*AL" Laras kembali menaikan kecepatan, tak peduli para penumpang lain mengumpat. Karena hampir bertabrakan dengannya, Ken susah payah menelan salivanya.
.
CIIITTT
Terdengar suara ban dan jalanan, saat Laras menghentikan mobil sekaligus. Ken hampir menabrak dashboard, untung refleksnya bagus.
'Alhamdulillah.. gue masih hidup, nyawa gue masih bersatu dengan raga. Ya Allah, adek gue udah ngelebihin pembalap kayanya. Dia emang seneng banget, mainin nyawa. Dikira nyawanya punya serep, kaya ban mobil.' Ken mengontrol debar jantungnya, yang sudah tak aman sejak awal berangkat
BRAKK
Ken tersadar, ia segera melepas seatbelt. Gegas menyusul Laras, masuk ke dalam kantor polisi. Banyak yang menunduk kepala pada Laras, bukan karena takut. Namun mereka menghormati Laras, yang sudah banyak membantu kerja polisi.
"Dimana El?" tanya Laras pada komandan
"Dia di dalam, tak mau di dekati oleh siapapun selain kamu Ras." jawabnya, Laras mengangguk. Ia pun gegas masuk, ke ruangan yang di maksud.
Ken cukup terpana dan banyak pertanyaan, namun ia urungkan untuk saat ini. Ia hanya menunduk-nundukkan kepala, setiap bertemu petugas.
Ceklek
"El..
"RAS... ANA RAS, HUAAAA
...****************...
Maaf telatnya pake banget, bahkan mungkin hari ini aku ga double. Malah mungkin, judul yg satunya ga akan up. Baby Ito habis imunisasi, jadi rewelnya MasyaAllah. Bener-bener ga mau lepas, ini bisa nulis 1 bab juga perjuangan banget bisa selesai.
Sekali lagi, aku haturkan hampura baraya🙏
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading All...