Calia Averie Katarina, seorang model berbakat yang selalu disebut sebagai figuran.
Pengkhianatan yang ia terima dari sang kekasih membuat Calia terikat dalam sebuah pernikahan bersama pria yang baru saja ia kenal, Ronan Lysander. Pria sederhana berprofesi sebagai kurir yang mendapatkan pengkhinatan yang sama dari tunangannya.
Namun siapa sangka, pria yang selalu melakukan pekerjaan sebagai kurir itu menyimpan rahasia besar.
Ketika Calia menunjukkan kepada publik bahwa ia bisa menjadi model sesungguhnya, Ronan menunjukkan identitas aslinya dan membuat rahasia dibalik pernikahan mereka terungkap. Lalu, bagaimana dengan nasib pernikahan mereka?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Kontrak
"Menikahlah denganku!" ucap Ronan tiba-tiba.
Gerakan tangan Calia saat akan menarik knop pintu terhenti, berbalik cepat dengan alis terangkat mempertanyakan apa yang baru saja ia dengar.
"Menikahlah denganku!" ulang Ronan.
"Apakah kepalamu terbentur?" sambut Calia.
Ekspresi datar wanita itu berubah masam sesaat sebelum kembali pada sikap datarnya.
"Apakah karena aku hanya seorang kurir?" tanya Ronan.
"Khawatir aku tidak bisa memenuhi semua keinginanmu sebagai seorang model?" lanjutnya.
"Aku bahkan baru mengetahui namamu hari ini, dan kau memintaku menikah denganmu? Apa kau kehilangan akal sehatmu?" sambut Calia.
"Jawabanmu justru memperjelas bahwa bukan uang atau popularitas yang kau inginkan. Kau boleh menyebutku gila atau apapun, setidaknya aku tidak menikahi seorang pengkhianat, dan hubunganmu bersama pria yang sudah mengkhianatimu juga berakhir," sahut Ronan.
"Ucapanmu justru menunjukkan bahwa kau menganggap pernikahan adalah mainan," balas Calia.
"Jika kamu ingin membalas kekasihmu, aku akan menjadi dukungan terbesarmu sebagai suami yang sah," jawab Ronan.
"Aku akan melakukan apa saja untukmu selama aku tidak menikah dengannya,"
"Mengapa?" Calia bertanya.
Calia mengamati wajah pria yang baru saja ia kenal. Kalimat terakhir yang diucapkan pria itu seakan ingin meyakinkan dirinya bahwa pria itu bisa melakukan apa saja terlepas dari pekerjaanya sebagai kurir.
"Karena kamu wanita pertama yang tidak memberikan tatapan skeptis padaku meski kamu lebih terkenal dari Retha,"
Calia tergelak singkat, lalu menggeleng pelan menunjukkan rasa tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Alasan tidak masuk akal menurut dirinya.
"Alasan konyol!" sahut Calia.
"Kau akan bertemu dengan ratusan orang yang akan bersikap demikian di luar sana, bukan hanya aku,"
"Tapi, tidak dengan orang-orang kantor agensi ini," sahut Ronan.
"Apa yang bisa aku dapatkan jika aku menerima tawaranmu?" tanya Calia.
"Apa saja yang kamu inginkan," jawab Ronan tanpa ragu.
"Sebagai gantinya, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Calia lagi.
"Cukup menjadi pengantin pengganti tunanganku," jawab Ronan.
Calia menghembuskan napas panjang, merasa apa yang dikatakan pria di depanya hanyalah omong kosong, lalu berbalik tanpa memberikan jawaban dan bersiap untuk membuka pintu.
"Apakah itu artinya tidak?" tanya Ronan.
"Sepertinya kau masih terkejut dengan fakta yang baru saja kamu dapatkan hari ini, dan itu membuatmu bicara tidak masuk akal," ucap Calia.
"Kusarankan agar kau segera pergi meninggalkan kantor ini. Tapi, aku juga tidak akan menahanmu jika kau ingin menemui tunanganmu,"
"Tunggu...Hei...!" seru Ronan.
Calia membuka pintu dan keluar tanpa menghiraukan seruan yang ia dapatkan, cukup untuk membuat pria itu beranjak dari tempatnya berdiri untuk mengejar wanita itu, namun langkahnya terhenti saat melihat wanita itu justru masuk ke dalam ruangan pria yang dia sebut kekasihnya.
.
.
.
"Ada apa menemuiku?"
Intonasi pada suara Max terdengar jelas bahwa ia tidak senang dengan kedatangan Calia ke dalam ruangannya. Pria itu bahkan masih dalam usahanya merapikan pakaian yang sedikit berantakan saat Calia datang.
"Tinggalkan ruangan ini, Retha. Kita lanjutkan pembahasan itu nanti," ucap Max.
Max melirik singkat ke arah Retha yang tengah merapikan pakaiannya, melihat wanita itu tersenyum angkuh pada Calia sebelum kembali menatap Max yang kini sudah menatapnya.
"Baik," sahut Retha.
Calia hanya diam, memberikan ekspresi datar pada dua orang yang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Namun ia tahu pasti apa saja yang sudah mereka lakukan kala penglihatannya menangkap tanda merah di leher Retha.
"Apakah itu tentang kontrakmu untuk menjadi brand ambassador dari Kyler Corp?" Max bertanya lagi saat Retha tidak lagi terlihat.
Calia mengunci pandangan pada Max, mendengar nama perusahaan yang disegani di kota sekaligus menjadi perusahaan tertinggi. Perusahaan yang menjadi impian para model untuk menjadi brand ambassador dari produk yang mereka miliki.
"Aku bisa saja memberikan tawaran itu padamu," ucap Max percaya diri.
"Karena aku memang merekomendasikan dirimu dan Retha. Tapi, dengan satu syarat,"
Max membawa langkahnya mendekat pada Calia, memutar kursi yang diduduki wanita itu serta mencondongkan tubuhnya.
"Menghabiskan waktu bersamaku malam ini di Hotel,"
Max berkata dengan seringai tipis di bibirnya, mengamati lebih seksama wajah cantik yang kini berjarak sangat dekat dengannya.
Max akui, Calia jauh lebih cantik jika dibandingkan dengan Retha. Akan tetapi, sikap Calia yang selalu datar membuat dirinya tidak bisa menikmati waktunya saat bersama Calia meski berstatus sebagai kekasih. Ia bahkan tidak pernah mencium bibir Calia meski mereka menjalin hubungan asmara dalam waktu lama.
"Menyingkir!"
Max menautkan alisnya setelah mendengar satu kalimat tegas dari bibir Calia. Satu hal yang tidak pernah Calia lakukan.
"Kamu marah karena aku tidak memiliki bayak waktu untukmu seperti dulu?" tebak Max.
"Aku sibuk dengan pekerjaanku, dan kamu tahu itu bukan?"
Max melanjutkan, tetapi tidak mendapatkan tanggapan apapun. Cukup baginya untuk menangkap sikap dingin Calia.
"Kamu berubah, Calia," ucap Max.
"Kau yakin?" sahut Calia tersenyum skeptis. "Bukan aku yang berubah, Max. Tapi kamu,"
"Apakah kamu cemburu karena ada Retha di ruanganku?" Max bertanya.
"Kamu tentu tahu apa alasan Retha di sini, dia ingin membahas kontrak,"
"Membahas kontrak dengan duduk di pangkuanmu?" Calia mencibir.
Max tidak terkejut dengan apa yang baru saja Calia ucapkan, ia sadar Calia sudah melihat apa yang ia lakukan bersama Retha beberapa hari sebelumnya dan itu lebih dari sekali.
"Karena aku sengaja melakukannya untuk melihatmu cemburu, dan aku berhasil," ucap Max.
Calia tersenyum tipis, mendorong Max menjauh dan bangun dari duduknya.
"Berikan saja kontrak brand ambassador itu pada Retha, aku tidak ingin memperpanjang kontrakku di agensi ini. Setidaknya aku bisa terlepas dari kontrak palsu yang selama ini kau berikan padaku," ucap Calia tajam.
Kedua mata Max melebar, tubuhnya membeku sejenak saat Calia melewati dirinya. Akan tetapi, sebelum Calia memiliki kesempatan untuk keluar dari ruangan itu, Max menarik kasar tangan Calia hingga mereka kembali berhadapan.
"Apa maksudmu?" tanya Max.
"Aku hanya ingin membuatmu cemburu, dengan begitu aku tahu kamu masih mencintaiku. Kenapa sekarang kamu justru ingin memutus kontrak?"
"Kamu tahu jelas apa yang aku maksudkan, Max. Dan ini di luar masalah pribadi." jawab Calia menepis tangan Max darinya.
"Atau kamu ingin aku menunjukkan buktinya?"
Sorot pada mata Calia menunjukkan kekecewaan mendalam, menatap pria yang berhasil mencuri hatinya dan membuat dirinya menjadi wanita bodoh di waktu yang sama.
Satu tangan Calia merogoh saku blazernya, mengeluarkan flashdisk yang segera letakkan di tangan Max.
"Lihatlah sendiri!"
Setelah mengatakan itu, Calia berbalik dan pergi meninggalkan ruangan. Sementara Max masih terpaku sejenak sebelum berbalik dan bergegas menuju komputer untuk melihat apa yang ada di dalam flashdisk. Hingga kedua matanya membulat sempurna setelah melihat apa yang Calia berikan padanya.
"Sh*it...!"
...>>>><<<<...
. . . .
. .. .
To be continued...
Calia masih belum menyadarinya😁