Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Feeling seorang ayah.
Arfan melihat gala bersama teman-temannya berjalan menuju kesekolah dengan mata merah menyala ia hendak menabrak anak dari mantan calon istrinya.
Namun sialnya hanya bisa menyerempetnya saja. ia memegang stir nya kuat menahan gejolak marah yang kian membuncah.
Pernikahannya gagal karena perselingkuhannya terkuak dan bisnis nya menjadi hancur seketika. membuatnya menyalahkan kebodohannya yang menarik naura masuk ke kehidupannya.
" sialan ! Kurang ajar !" umpatnya memukul stir setelah melihat anak itu masih baik-baik saja.
Namun ada sesuatu yang aneh ketika ia melihat dari jauh anak itu. sosok mantan suami dari selingkuhannya berada diantara kerumunan itu.
" sedang apa dia disini ?" tanya arfan dari kejauhan melihat ke arah gala dan jendral yang saling tatap itu.
" kenapa mereka begitu mirip" fikir laki-laki itu dengan mengerutkan dahinya.
" jangan jangan" gumamnya ketika sesuatu terfikirkan olehnya saat melihat dua wajah yang seperti ayah dan anak.
" aku harus cari tahu" ucapnya lalu melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.
Sementara jendral mengobati luka lecet disiku dan lutut gala dengan obat dan plaster. sesekali gala menatap wajah pria asing itu tanpa berkedip dan menyadari wajahnya sangat mirip dengannya.
" sudah nak! " ucap jendral tersenyum lalu mengusap puncak kepala gala yang tampak tampan seperti dirinya dulu.
" ma makasih om " ucap gala lalu melihat ke arah saudaranya.
" kamu bisa jalan kan ga kalo ga kita bantu" ucap jena dan arhan yang mengangguk.
" gak usak aku bisa sendiri" ucap gala lalu berdiri menahan perih lukanya berusaha kuat agar tak dianggap cemen teman-temannya.
Mereka pun kembali berjalan melanjutkan tujuan dan niat mereka untuk belajar disekolah yang sudah tak jauh lagi.
Sementara jendral hanya tersenyum melihat anak yang membuatnya hampir hilang akal tadi.
...****************...
Disisi lain naura yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mulai meregangkan ototnya yang kaku. ia melihat berkas kembali dan memperbaiki jika ada kesalahan angka.
Reva yang melihatnya pun hanya menatap temannya dengan selidik. gosip tentang pernikahan naura yang gagal masih hangat diperbincangkan di kantor, tapi yang dibicarakan tampak santai.
" Ada apa lihat lihat terus" tanya naura tanpa menoleh ke arah temannya.
" Lo beneran gak apa apa? kalo butuh teman gue bisa denger curhat lo jangan gue mulu yang curhat" ujar reva menatap temannya yang menghentikan aktivitasnya.
" Aku fine aja kok, tapi kayanya kamu yang mau curhat deh" ucap naura yang membuat reva mengangguk.
" Gue mau dijodohin sama ortu. gue disuruh pulang " ujar reva dengan wajah sedih.
" Ya udah pulang aja lihat dulu siapa yang mau dijodohin sama kamu. siapa tahu dia ganteng? kaya, sepadan dengan keluarga kamu" ucap naura yang membuat reva mendelik sedangkan naura hanya tersenyum.
" udah ah males ngomong sama elo" ujar reva lalu memalingkan wajahnya dan fokus kembali ke layar persegi yang menyala di depannya.
...****************...
Jendral menjadi donatur sekolah gala dan teman-temannya untuk bisa menarik perhatian gala dan bisa mendekati anak tersebut.
Dari jauh jendral melihat gala yang hanya sibuk dengan buku yang dibacanya sama seperti saat ia melihat naura yang selalu sibuk dengan buku buku di perpus.
Lelaki itu tersenyum lalu mendekati anak lelaki itu. ia duduk disamping gala dan berdehem membuat anak itu menoleh dan menutup bukunya.
" Eh, om yang tadi kok ada disini " sapa gala yang terdengar dingin dan ketus.
" Kamu kenapa disini sendirian? Gak gabung sama yang lain" tanya jendral sembari mengusap puncak kepala gala dengan gemas.
" Males om! di panti juga main terus gala mau cepet beres sekolah biar cepet cari kerjaan dan nyusul mamah kerja dipusat kota" papar gala dengan serius yang membuat jendral sedikit terkejut dengan pemikiran anak yang masih 9 tahun itu.
" Memang papa gala kemana ?" tanya jendral memancing gala untuk bercerita.
" Papa aku tenggelam dimakan paus orca " ucap gala dingin.
Ucapan itu membuat jendral mengingat naura ketika ia mengejar gadis itu. jawaban yang sama ketika ia bertanya tentang papa naura. lelaki itu tersenyum, karena lagi-lagi ada sesuatu yang membuatnya yakin bahwa gala adalah anaknya.
Namun ia juga butuh kepastian agar tak ada lagi keraguan dimasa depan. dia butuh sampel untuk memastikannya maka ia butuh rambut gala.
" Gala ada pasir dirambut kamu om buang ya " gala hanya mengangguk saja.
Jendral mencabut beberapa helai rambut gala dan segera menyimpannya di saku celana. dari jauh ada jena dan arhan yang berlari mendekat ke arah mereka.
" Ga ! aku cariin ternyata kamu disini sama om ini" ucap jena cemberut.
" Emang mau apa? biasanya juga aku disini" ucap gala ketus.
" Kalo gitu om pamit ya !" ucap jendral beranjak dan pergi meninggalkan sekolah.
Disamping mobil han sudah menunggunya dan mereka pun masuk kedalam mobil. Jendral merogoh saku celananya mengambil rambut milik gala.
" Ini rambut gala. Bagaimana dengan rambut anak lainnya?" ucap jendral sembari memberikan rambut itu.
" Sudah saya dapatkan tuan" jawab han.
" Bagus segera lakukan tes DNA" titah jendral dengan tidak sabarnya ingin mengetahui siapa anak kandungnya.
Han keluar dari mobil bosnya, setelahnya mobil jendral mulai melaju meninggalkannya. Dia harus segera kerumah sakit mengirim sampel sementara bosnya kekantor.
...****************...
Sementara jena dan arhan langsung duduk disamping gala. mereka sempat melihat gala yang biasanya cuek pada orang asing itu mendadak dekat dekat om yang menolong nya tadi pagi.
" Kamu deket banget sama om tadi? biasanya kamu cuek ga " tanya jena melihat gala yang mulai sibuk dengan bukunya berjudul Ensiklopedia.
" Gak juga "sahut gala cuek.
" Kalo dilihat-lihat wajah kamu mirip sama om tadi. Apa jangan jangan ia papa kandung kamu ga? " ujar arhan melirik ke arah gala.
" Gak mungkin" ujar gala lalu beranjak dari tempat duduknya.
" Ingat kata bunda dulu saat kamu tanya soal wajah papa kandung kamu" ujar arhan tak mau diabaikan.
Gala terdiam langkahnya terhenti lalu melihat ke arah pantulan kaca transparan yang tak jauh di sampingnya. Anak itu memang sudah menyadarinya sejak awal bertemu dengan om tadi, tapi entah mengapa hatinya sangat membenci papanya. Setelah mendengar obrolan mamah dan bundanya saat itu.
Dia tak ingin mamahnya menangis lagi, seperti waktu itu makanya ia harus melupakan papanya. sementara jena dan arhan sudah tak peduli lagi karena sifat gala yang cuek dan dingin itu.
...****************...
Naura baru sampai di gerbang rumah kostnya, namun langkahnya terhenti saat melihat arfan yang sudah menunggunya didalam mobil yang menurutnya asing.
Lelaki itu keluar dari mobil dan mendekati naura yang hendak masuk ke dalam rumah. Naura langsung memasang wajah kesal melihat laki-laki yang membuatnya terluka lagi.
" Mau apa kamu kemari?" tanya naura dingin.
" Hanya kangen apa tak boleh. Ingat kita sudah lama saling kenal jangan sombong kau naura" sahut arfan dengan wajah merendahkan.
Naura berdecih kesal tak menyangka pria itu bisa bebas dengan mudah dari tuntutan perselingkuhannya dengan istri orang. mungkin inilah namanya hukum yang bisa dibeli dengan uang.
" Aku sibuk jangan ganggu" ujar naura hendak masuk namun suara arfan menghentikannya.
" Gala itu anak siapa ?" tanya arfan dengan suara sedikit meninggi dan membuat naura mendelik.
" Ngomong-ngomong gala sangat mirip sama mantan suami elvi. Apa jangan jangan dia yang menghamili kamu? iya, namanya Jendral Arsyad Askara" ujar arfan menatap naura dengan wajah yang menyindir.
" Itu bukan urusan kamu lagi fan, jadi jangan ikut campur" ucap naura yang segera masuk meninggalkan arfan namun laki-laki itu seolah tak ingin diam saja hingga ia pun menarik lengan naura secara kasar.
Arfan mencengkeram lengan naura kuat membuat wanita itu meringis sakit dan ketakutan yang mulai menggerogotinya.
" Kau fikir aku bodoh! kalian pernah satu sekolah kan kalian juga pernah berpacaran. jadi kamu juga bermain dibelakangku dengannya, iya kan! Dasar jalang" ujarnya lalu menghempaskan tangan naura dengan kasar pula.
jgn lupa mampir ceritaku yaa
semangat up thor...