Wanita introvert itu akhirnya berani jatuh cinta, namun takut terlalu jauh dan memilih untuk berdiam, berdamai bahwa pada akhirnya semuanya bukan berakhir harus memiliki. cukup sekedar menganggumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NRmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan ke panti
"Kesempatan lu tuh!" Kata Emil setibanya mereka duduk.
"Bu, seperti biasa ya 2 porsi." Teriak Arya kepada seseorang penjaga kantin.
"Kesempatan apa maksudmu?" Tanya Arya menanggapi perkataan Emil tadi.
"Deketin Dinda lah!"
"Ngawur lu! Gak mau pacaran juga gue bro! Diagama kita kan, gak diperbolehkan! Seperti yang lu bilang, gue juga mau kerja dulu nyari duit yang banyak. Kalau emang jodoh nanti bakal disatukan sama yang di atas dengan cara yang lebih baik."
Emil hanya tersenyum mendengar perkataan Arya. Mereka lalu mulai menyantap pesanan makanan yang sudah tersedia di depan mereka.
**********
Panti Asuhan
Arya terduduk mengajar adik-adiknya di taman panti. Sesekali memberi candaan agar bosan tidak hadir di antara adik-adiknya.
Dari kejauhan, Laura dan Dinda bersama ibu pengurus panti sedang memperhatikan Arya.
"Arya adalah anak tertua di panti ini dan satu-satunya yang bersekolah. Makanya, sepulang sekolah atau malam hari, Arya pasti menyempatkan waktu untuk mengajari adik-adiknya." Kata ibu pengurus mengalihkan pandangan Laura dan Dinda dari Arya kepada dirinya.
"Emang sebelumnya banyak yang sebaya seperti Arya, bu?" Tanya Dinda
"Banyak. Di sini, biasanya banyak pasangan suami istri yang sudah mendaftarkan diri untuk mengadopsi anak. Dan di panti ini, kami menerapkan aturan kalau mereka boleh diadopsi kalau sudah berumur 9tahun."
"Maaf bu! Lalu kenapa Arya masih di sini? Apa tidak ada yang mau mengadopsinya?" Laura mengangkat suara.
"Bukan tidak mau. Arya anak yang pendengar, pintar dan taat aturan terutama soal agama. Banyak pasangan suami istri yang ingin mengadopsinya. Namun, selalu ditolak oleh Arya sendiri. Baginya, panti ini adalah rumah terbaiknya. Sebelumnya, kami mencoba memindahkan di salah satu panti cabang kami di Bogor, dan bersekolah di sana. Tapi, ia tetap ingin kembali ke sini
Mereka bertiga terdiam dan menatap ke arah Arya. Beberapa saat kemudian, mereka menghampiri Arya.
Arya menyadari kehadiran mereka. Ia tersenyum menyambut kedatangan mereka.
"Adik-adik, kenalin ini teman-teman sekolah kak Arya. Yang ini namanya kak Laura dan yang ini kak Dinda. Mereka ke sini mau main dan berbagi sedikit rejeki kepada kalian. Ayo, semua berdiri dan beri salam dulu sama kakak-kakak cantik." Kata Arya memperkenalkan Laura dan Dinda.
"Assalamu'alaikummmmm kakak cantik...." sapa semua anak-anak panti.
"Wa'alaikumsalam..." jawab Laura dan Dinda bersamaan.
"Ibu tinggal ya, neng-neng cantik. Arya." Pamit ibu pengurus dan berlalu pergi.
"Arya, ini belajarnya udah kelar belum?" Tanya Dinda.
Arya menatap adik-adiknya yang juga menatap ke arahnya penuh harap, agar pembelajaran hari itu selesai.
"Okey. Karena hari ini kita kedatangan kakak-kakak cantik, jadi belajarnya kita lanjutkan lagi besok!"
"Horeeeee...." Sorak semua adik-adik itu.
Laura, Arya, dan Dinda tersenyum melihat mereka. Memberikan rasa bahagia tersendiri melihat adik-adik di hadapan mereka.
"Kakak bawa sedikit jajanan dan hadiah untuk kalian semua. Tapi, karena banyak jadi kakak gak bisa bawa sendiri. Yang cowok-cowok bisa bantuin kakak?" Kata Laura setelah melihat adik-adik panti kembali udah tenang kembali.
"Boleh kak." Jawab salah satu adik laki-laki.
"Ayo."
Laura berjalan mendahului menuju mobil yang sudah ia sewa, diikuti Dinda, Arya dan beberapa adik laki-laki di belakangnya. Barang bawaan Laura cukup banyak kali ini.
Setelah mengambil di mobil, semua kembali masuk panti kecuali, Laura. Ia hendak berterima kasih dahulu kepada bapak pemilik mobil yang bersedia mengantarnya.
Bapak pemilik mobil berlalu pergi meninggalkan panti. Saat Laura juga ingin kembali masuk ke dalam panti, tiba-tiba...
"Assalamu'alaikum Laura..."
Laura berbalik melihat ke arah pemilik suara. Berdiri Emil tepat di belakangnya. Laura tersenyum menyambut kedatangan Emil.
"Wa'alaikumsalam Emil." Laura menjawab salam Emil setelah beberapa menit.
"Sorry, aku telat ya? Tadi ada sedikit kerjaan."
"Gak apa-apa, Mil. Aku juga baru datang kok. Ayo masuk."
Mereka berdua masuk menuju tempat Arya, Dinda dan adik-adik panti yang telah menunggu.
"Adik-adik, kenalin juga kakak ganteng ini namanya kak Emil." Arya mengenalkan Emil yang telah berdiri di sebelahnya. Emil pun tersenyum yang di balas senyuman ke bahagiaan dari adik-adik panti.
"Oke! Kakak bakal bagiin ini sekalian kita bermain ya. Sebelum itu, ayo berbaris dulu. Buat dua barisan memanjang di pisah antara laki-laki dan perempuan ya. Soalnya, hadiah yang kakak bawa untuk laki-laki dan perempuan berbeda." Kata Dinda menjelaskan.
Semua adik-adik itu mulai membuat barisan. Arya dan Emil yang mendapat tugas membagikan untuk adik laki-laki dan begitupun sebaliknya tugas Dinda dan Laura.
Adik-adik yang sudah mendapatkan hadiahnya, terlihat begitu bahagia. Rasa senang yang sudah lama tidak dirasakan oleh mereka. Setelah beberapa waktu, mereka tidak lagi ada yang mengunjungi dan memberi begitu banyak hadiah.
"Oke. Sekarang kita main beberapa game yuk. Karena hadiah kakak ini masih banyak tersisa, jadi akan di buat sebagai hadiah game aja. Gimana? Setuju?" Tanya Laura bersemangat.
Emil, Dinda dan Arya menatap Laura. Gadis yang kini berdiri di antara mereka ini bukan gadis yang pendiam penuh luka seperti beberapa waktu lalu.
"Kamu terlihat jauh sangat cantik dengan kebahagiaan seperti ini, Ra." Batin Emil yang terpukau melihat aura kebahagiaan dari Laura.
"Karena kalian jumlahnya juga genap 28 orang, kakak akan bagi menjadi 7 tim secara acak ya. Kita akan main beberapa game aja biar gak kena waktu Maghrib ya." Lanjut Laura.
Laura mulai membagi tim. Semua anak mulai berdiri di dekat timnya masing-masing. Tentu dengan suara khas kehebohan anak-anak melihat teman timnya. Tidak terlihat satupun di antara adik-adik itu yang merasa tidak nyaman.
Laura menjelaskan peraturan serta cara bermain dan memberi tugas kepada teman-temannya.
Merekapun mulai bermain. Nabastala memberi warna nandikara. Menggandeng canda dan tawa di panti itu untuk menarik sang mentari memberikan cahayanya yang lebih aswara.
Bahkan, awan pun bersembunyi malu melihat harsa yang di bentuk dari adik-adik panti dan keikhlasan Laura, Dinda, Emil dan Arya sore itu.
Semua sakit dan ingatan kesedihan hilang dari jiwa yang rapuh. Semangat baru terbentang memberi harapan untuk terus bertahan di antara kebahagiaan itu.
Waktu terus berlalu. Permainan terus berlanjut. Tawa terus terdengar. Hingga Adzan yang harus menghentikan semuanya.
"Udah adzan, ayo semuanya simpan hadiah masing-masing di kamar kalian dan ambil wudhu kita sholat berjamaah di mushola ya." Kata Arya.
Adik-adik itu mengangguk dan mulai berlari ke kamar masing-masing.
"Kalian juga ya. Sholat dan makan malam dulu bersama kami di sini." Lanjut Arya kepada Emil, Laura dan Dinda.
Mereka bertiga menanggapi permintaan Arya dengan mengangguk dan tersenyum. Arya mulai mengarahkan posisi kamar mandi dan mushola di panti itu. Merekapun mulai berpisah mengambil air wudhu.
Bersambung....
Baguus yaa diksinya banyaak bangeet 😍