Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
" Dokter Adiba.. Di panggil pak Dirut ke ruangannya" seorang perawat memanggil Adiba untuk datang ke ruangan direktur utama FG hospital.
"Saya ners? ada apa?" tanya Adiba heran, yang awalnya matanya fokus pada layar laptop di depannya kini beralih menatap wanita manis yang berdiri di depan nya.
Perawat tersebut menggeleng seraya mengangkat kedua bahunya tanda ia juga tidak tau" pak Dirut ga bilang apa apa dok,cuma bilang minta tolong panggilkan dokter Adiba Khanza IGD" jawab wanita yang di panggil ners itu.
Adiba mengangguk" baik ners, terimakasih,saya akan segera ke ruangan Dirut, setelah menyelesaikan ini, sedikit lagi" jawab Adiba sopan,ia tengah menginput data beberapa pasien yang baru saja ia tangani di IGD,pasien kecelakaan.
Mendengar jawaban Adiba,perawat itu tersenyum dan mengangguk, setelah nya meninggalkan Adiba yang kembali fokus pada layar laptop nya.
" Alhamdulillah...Mir..aku ke ruangan pak Dirut dulu ya,ada panggilan" pamit Adiba pada Mira teman nya.
Mira mengaguk seraya tersenyum" hati-hati jangan pingsan kalau tiba-tiba di lamar" canda Mira,Mira tau bahwa dokter yang menjabat sebagai Dirut di FB group itu menaruh hati pada sahabat nya,Adiba.
Adiba mendelik tajam menatap wajah Mira yang tersenyum meledek,membuat Adiba memukul gemas lengan sahabat nya itu" jangan bicara yang aneh-aneh ya Mir,viral nanti" ucap Adiba mengingatkan.
Mira mengaguk seraya tertawa,dia jarinya ia acung kan membentuk v simbol perdamaian,Adiba menggeleng melihat tingkah absurd Mira.
" Sorry...udah Sono di tungguin itu,keburu kangen nya kritis nanti Lo" ledek Mira lagi,ia memang sangat suka menggoda Adiba, karena Adiba tak pernah marah,gadis cantik itu selalu bertutur kata lembut,jika ia tidak sependapat dengan kata-kata orang ia akan mencoba memberikan saran atau nasehat,atau akan diam jika berkaitan dengan orang asing.
" Lebay..awas kamu ya" ancam Adiba masih melayani candaan Mira.
Satu bulan sudah mereka menjalani magang di rumah sakit,sisa lima bulan lagi maka akan di lanjutkan ke puskesmas atau ke daerah terpencil,Mira menawarkan Adiba untuk memilih tempat yang sama dengan nya,di puskesmas di sebuah desa di luar jakarta.
Tok tok tok
Adiba mengetuk pintu ruangan bertuliskan ruang" direktur utama".
" Masuk" suara bariton khas laki-laki dewasa terdengar mengizinkannya untuk masuk.
" Assalamualaikum...dokter memanggil saya?" setelah menekan handle dan pintu terbuka,Adiba masuk seraya mengucapkan salam.
Randi mengangguk, mengangkat wajahnya menatap Adiba,seraya menjawab salam.
" Waalaikumsalam..ia ada yang ingin saya bicarakan" saat hanya mereka berdua,Randi akan berbicara dengan gaya yang lebih santai pada Adiba, walaupun Adiba selalu menanggapi nya tetap nada formal.
" Silahkan duduk" perintah Randi menunjukkan kursi yang berada di depan nya, bersebrangan dengan meja kerjanya.
Adiba mengangguk, melangkah menuju kursi, menariknya dan mendudukkan dirinya dengan posisi tegak dan sopan, layaknya para dokter lain saat berbicara dengan orang memilik jabatan tertinggi di FG hospital.
" Apakah kamu sedang sibuk?" tanya Randi sebagai pembuka pembicaraan mereka.
" Sudah tidak terlalu lagi dok,masih ada rekan lain yang bisa menggantikan saya" jawab Adiba yakin.
" Jangan terlalu formal,kita ngobrol lebih santai ya,saya ingin me minta tolong sesuatu pada kamu"
" Apa yang bisa saya bantu dok?" tanya Adiba sopan.
Randi terlihat diam sesaat,pria dewasa itu tampak sedang berfikir" begini.. ada pasien yang harus menjalani terapi pada otot kaki nya,saya minta kamu yang mendampingi beliau terapi,ya seperti kamu menjadi asisten dokter ortopedi,tapi khusus beliau saja" papar Randi.
" Kalau boleh tau apa penyebab cidera pada kakinya dok?"
" Akibat kecelakaan, karena kakinya terjepit saat mengalami kecelakaan,satu tahun mereka menjalani perawatan di luar negeri,dan kini sudah di izinkan untuk rawat jalan, makanya beliau meminta agar bisa melanjutkan pengobatan nya di negara ini " jelas Randi .
Adiba mengangguk paham" akan saya usahakan untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk beliau dok,kapan saya harus memulai nya?" tanya Adiba.
" Besok,dokter Darwin menjadwalkan besok,hari ini beliau baru kembali dari Jerman " jawab Randi pasti.
Adiba mengaguk" baiklah..dokter bisa mengabari saya kapan saya harus mendampingi beliau,dan tolong bimbingan nya apa saja yang harus saya lakukan, karena maaf saya belum pernah kenal dengan dokter Darwin,dokter ortopedi di rumah sakit ini hanya dokter Syafrizal yang saya kenal" jujur Adiba.
Randi mengangguk seraya tersenyum tipis" kamu tenang saja, Dokter Darwin orang nya sangat humble dan friendly,kami se usia bahkan lulus juga bersama,kami kuliah di kampus yang sama juga,nanti saya akan katakan pada beliau tentang kamu yang menjadi pendamping pasien" ucap Randi menenangkan.
Adiba tersenyum lega,ia segera mengangguk setuju,Adiba termasuk salah satu orang yang memiliki sikap yang sangat pemalu,menjadi dokter bukan lah cita-cita nya yang sebenarnya, sesungguhnya Adiba bercita-cita menjadi seorang desainer,tapi kedua orang tuanya mengharapkan padanya untuk menjadi seorang dokter.
" Terimakasih Dok,saya tunggu kabar selanjutnya" ucap Adiba tulus.
Randi mengangguk seraya tersenyum tipis menatap wajah cantik Adiba yang selalu tertunduk" sama-sama Adiba,saya merasa lebih bisa mempercayai kamu, karena beliau salah satu orang penting bagi saya" Randi menyebutkan alasan nya.
" Saya merasa sangat senang dokter mempercayai saya,kalau sudah selesai saya izin melanjutkan pekerjaan saya dok" pamit Adiba.
" Ya silahkan lanjutkan pekerjaan kamu, terimakasih atas waktunya " ucap Randi tulus.
" Itu belum sebanding dengan dokter yang sudah sangat banyak membantu saya dalam pengurusan perawatan ibu saya Dok " lirih Adiba.
" Tapi saya ikhlas memberi bantuan kepada kamu dan ibu kamu,demi Tuhan saya tidak pernah berfikir untuk mendapatkan balasannya, dengan melihat kamu baik-baik saja dan bisa tersenyum sudah cukup sebagai balasannya untuk saya" ucap Randi tulus.
Adiba mengangguk seraya tersenyum tipis, ia merasa sangat terharu dan berterimakasih atas kebaikan Randi, meskipun berawal dari Adam yang meminta pada Randi untuk membantunya,tetap saja baginya Randi sangat berjasa dalam kehidupannya akhir-akhir ini.
" Semoga Allah membalasnya dengan kebahagiaan untuk anda dan dokter Adam dok, kalau begitu saya permisi dok, assalamualaikum" pamit Adiba
" Amin...ya silahkan.. waalaikumsalam " jawab Randi.
Setelah mendapatkan izin untuk kembali ke pekerjaan nya,Adiba segera meninggalkan ruangan Randi dan kembali ke IGD, bergabung bersama beberapa rekannya untuk menyelesaikan jam kerja mereka yang tersisa beberapa jam lagi.
" Ada apa dokter Randi panggil kamu?" Mira orang pertama yang bertanya saat Adiba tiba di IGD.
" Sabar ih,belum juga duduk, apakah sesantai itu? sampai kamu bisa mendengar ceritaku?"
" Heem..mumpung sepi ini, buruan cerita" desak Mira cepat.
Adiba tersenyum,ia mendudukkan dirinya di samping Mira,mulai menceritakan tentang pembicaraan antara dirinya dan dokter Randi baru saja.
Meri mengangguk paham mendengar semua cerita Adiba" Wah pasti orang itu orang penting bagi dokter Randi" komentar Mira.
" Sepertinya sih begitu, karena tadi beliau juga bilang nya seperti itu, untuk aku penting atau tidak nya aku harus tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik,selain karena memang tugas kita membuat pasien puas,aku juga memiliki banyak hutang Budi pada dokter Randi,kamu tau sendiri kan bagaimana beliau memberikan bantuannya pada ku dan ibuku " jawab Adiba.
" Kamu benar,kamu bisa sedikit membalas kebaikan beliau, karena sepertinya kamu tidak bisa membalas perasaan beliau ke kamu" ucap Mira sedikit bercanda.
" Mira..mulai deh" protes Adiba geram.
" Aku itu bicara fakta Diba,kamu aja yang ngak peka" Mira mengatakan dengan wajah serius.
" Terserah anda dokter Almira" geram Adiba yang memilih memeriksa kembali pekerjaan nya,agar tidak terjadi kesalahan.
Mira tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban pasrah Adiba, sampai-sampai Adiba memukul lengannya karena suaranya terdengar oleh beberapa rekan mereka.
"Sorry.. sorry.. refleks" pinta Mira pada yang lain.
Mereka semua menggeleng seraya tersenyum lucu dengan tingkah Mira yang mereka tau selalu saja suka menggoda Adiba, karena mira juga humoris pada rekan lainnya,namun mereka tau kedekatan nya dengan Adiba.
Hidup yg sdh jelas tp dibuat samar. .
Atas bawah mumet...
wkwkwk