Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
" Bagaimana nyonya? Apakah nyonya sudah merasakan perkembangan nya? " Adiba bertanya dengan nada lembut pada mama Liana, keduanya kini tengah berada di ruang perawatan, walaupun tidak rawat inap,tapi mama Liana di sediakan ruangan khusus VVIP untuk beliau istirahat sebelum terapi di mulai dan setelah selesai terapi.
Mama Liana mengangguk antusias di sertai senyuman lembut dan merekah " ini semua berkat support dari kamu,andai kamu belum menikah akan saya jodohkan dengan putra bungsu saya,kalian pasti cocok,kamu sangat penyabar dan lemah lembut,akan cocok dengan dia yang seperti gunung es" ucap mama Liana disertai dengan senyuman lembut.
Adiba tertawa kecil " nyonya bisa saja"
" Dokter Diba bisa kah kamu tidak memanggilku nyonya, rasanya terlalu formal,kamu bisa panggil saya mama atau Tante,agar terasa lebih dekat" pinta mama Liana.
Adiba mengangguk seraya tersenyum manis" baik lah,saya panggil Tante saja"
" Nah begitu,terasa lebih enak di dengar,jika kamu ada waktu berkunjunglah ke kediaman Tante, kita makan malam bersama,pasti seru,Tante akan kenalkan kamu pada kedua putra Tante"
" Terimakasih banyak atas tawarannya Tante,saya janji saat saya ada waktu saya akan berkunjung, apakah saya boleh membawa teman saya?"
Mama Liana mengangguk" tentu saja boleh sayang,kamu tidak perlu terlalu sungkan seperti itu pada Tante, anggap saja Tante ini keluarga kamu,Tante sangat bermimpi bisa memiliki seorang n Nn lll l lli,tapi apa mau di kata, Tuhan berkehendak lain "
Adiba mengusap lembut punggung tangan mama Liana, menatap wajah yang masih terlihat cantik itu" jika Tante tidak keberatan anggap lah saya sebagai putri tante,saya akan belajar dan berusaha menjadi putri terbaik untuk Tante"
" Terimakasih sayang...kamu benar-benar gadis yang sangat baik,tidak hanya wajah kamu yang cantik,tapi kamu benar-benar memiliki inner beauty yang terpancar dari wajah mu" puji mama Liana tulus.
Adiba tersenyum mendengar pujian dari wanita paruh baya di depannya itu" Subhanallah...semua ini hanya sebuah titipan Allah Tante"
" Boleh Tante peluk kamu?" tiba-tiba mama Liana meminta izin untuk memeluk Adiba.
Dengan cepat Adiba mengangguk seraya tersenyum manis,ia malah lebih dulu menghambur memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu sampai tak terasa ia meneteskan air matanya, karena merasa sangat terharu.
" Saya pasti akan merindukan Tante,mulai besok jadwal terapi Tante di kurangi,menjadi tiga hari sekali"
Mama Liana mengangguk seraya tersenyum, kedua tangannya mengusap lembut wajah cantik Adiba yang terbingkai hijab berwarna coklat susu" Tante lebih merindukan mu nak, kenapa Allah terlambat mempertemukan kita, saat kamu sudah menikah " ucap mama Liana penuh sesal.
Adiba tersenyum mendengar keluhan wanita paruh baya itu" takdir baru mempertemukan kita Tan, mungkin bukan nama putra tante yang tertulis di lauhul Mahfudz sebagai jodoh saya,jawaban dari doa di sepertiga malam saya juga bukan putra Tante" Adiba memberikan alasan yang logis.
" Tante saya harus kembali melanjutkan tugas saya,Tante tidak apa kan kalau di temani suster selagi Tante menunggu jemputan?"
Mama liana mengangguk" lanjutkan tugas mu,semoga semuanya lancar, hubungi Tante jika kamu mengalami kesulitan " ucap mama Liana tulus, keduanya sudah saling bertukar nomor ponsel sejak satu bulan yang lalu.
Adiba mengangguk " terimakasih Tante,saya permisi, assalamualaikum"
" Waalaikumsalam...hati ya nak"
Sebuah anggukan kepala Adiba tunjukkan, kata-kata 'nak' yang mama liana tujukan untuk nya serasa sangat indah dan menghangatkan jantung nya.
Adiba meninggalkan ruangan VVIP mama Liana,berselisih dengan Abizar yang datang menjemput sang mama.
" Sudah selesai ma? Maaf Abi telat" Adiba baru memasuki ruangan sang mama, bersamaan dengan seorang perawat.
" Sudah,baru saja mama ingin menghubungi mang kirno, ternyata kamu sudah datang"
" Mama kenapa sendirian,mana dokter yang di tugaskan Abang mendampingi mama? Mengapa sangat tidak bertanggung jawab?" omel Abizar .
" Baru saja dia keluar dan dokter Diba sudah memerintahkan perawat untuk menemani mama,kamu terlambat, seharusnya kalian bisa berkenalan,dia sangat cantik,mama sangat menyukainya,hanya saja sayang nya dia..." lirih mama Liana pada akhir kalimat.
" Dia kenapa ma? " Abi jadi penasaran, setelah melihat wajah tak bersemangat sang mama, biasanya mama nya akan sangat bersemangat saat bercerita tentang dokter yang menjadi pendamping nya saat terapi.
" Dia sudah menikah" jawab mama Liana lirih.
Abizar mengerutkan keningnya mendengar jawaban sang mama yang sarat akan kekecewaan" lalu di mana salahnya ma,dia wanita dewasa dan seorang dokter,wajar dong jika dia sudah menikah, atau jangan-jangan mama berniat ingin menjodohkan dokter itu dengan ku atau Abang?" curiga Abizar.
Mama Liana sedikit tersenyum" seharusnya begitu,tapi dia sudah menikah,dia belum terlalu dewasa bi, usianya baru 21 tahun, karena kepintarannya dia sudah menjadi dokter di usia segitu"
" Aku bahkan sudah lulus S3 satu tahun yang lalu" jawab Abizar menyombongkan dirinya,ia sudah menyelesaikan S3 nya di usia 24 tahun.
" Tapi semua orang tau,kuliah kedokteran itu tidak mudah"
" Terserah mama, sekarang ayo aku antar mama pulang,aku ada janji makan siang bersama teman" ucap Abizar mengakhiri perdebatan kecil dengan sang mama.
***
Di lain tempat, Adiba baru saja memasuki IGD,ternyata Dea sudah menunggu nya.
" Diba.." panggil Dea.
" Loh mbak,kok disini? ada keperluan atau cari aku?"
" Cari kamu, tentang makan siang bareng Riki yang beberapa hari lalu aku katakan,kita ganti hari ini ya,pacar aku harus keluar kota malam nanti,dan Riki juga akan ke luar kota besok"
Adiba mengangguk patuh,hari ini,besok atau lusa,sama saja kan, itulah yang Adiba pikirkan,justru lebih cepat lebih baik,ia akan merasa lega karena tak lagi memiliki hutang janji pada Dea.
" Ok satu jam lagi kita ketemu di lobby ya" Dea segera memutuskan,ia harus kembali ke poli kulit ( dermatolog),ada beberapa hal yang masih harus ia lakukan.
Adiba mengaguk seraya tersenyum manis,ia kembali pada kegiatannya, melanjutkan membantu para rekannya untuk menangani pasien yang baru masuk seperti biasanya.
Hingga satu jam berlalu,waktu yang mereka sepakati telah tiba,Adiba bersiap,ia segera menuju ruangan khusus dokter, membuka jubah dokternya, melipatnya dengan rapi dan memasukkan nya ke dalam loker milik nya,tak lupa Adiba mengambil tas sandang miliknya.
Sebelum menuju lobby,Adiba terlebih dahulu menuju toilet,ia ingin merapikan penampilan nya, mengaplikasikan wajahnya dengan sunscreen dan pelembab bibir,Adiba tak pernah memakai make up, setelah merasa cukup dan wajahnya terlihat segar,Adiba meninggalkan toilet.
" Mbak sudah lama?" Adiba bertanya karena melihat Dea yang sudah lebih dulu menunggunya di lobby,Dea terlihat begitu cantik,seksi dan anggun dengan rok selutut di padukan dengan kemeja berwarna soft pink, rambutnya tergerai indah.
" Tidak juga,baru Lima menitan" Jawa Dea santai.
" Wah cantik banget sih yang mau makan siang bareng my love nya" ledek Adiba.
" Kamu ya bisa aja,kamu yang terlihat begitu cantik,aju jadi khawatir pacar aku akan ikutan jatuh cinta sama kamu, bersaing dengan adik aku " canda Dea,dalam hati ia memang mengakui kecantikan alami Adiba tak sebanding dengan dirinya.
" Astaghfirullah..mbak,ga boleh bicara seperti itu,aku ga mau jadi perebut milik orang,aku belum siap di cap sebagai pelakor" jawab Adiba santai.
Dea tersenyum seraya mengangguk mendengar jawaban Adiba,ia percaya Adiba bukan wanita licik yang akan menusuk dari belakang orang yang dekat dengan nya,di mata Dea,Adiba adalah sosok gadis yang cantik,jujur,pintar,baik namun tegas dalam mengambil keputusan.
" Aku percaya padamu,kamu bukan wanita yang memliki hati kejam, perasaan mu sangat lembut"
" Terimakasih.. insyaallah..Allah akan selalu menjaga ku mbak,hanya Allah tempatku mengadu mbak"
" kamu jangan berfikir bahwa kamu seorang diri,ada kami di sekeliling mu,ada aku, Mira,dokter Randi,dokter Adam, mereka semua ada untuk kamu" Dea menyemangati Adiba karena ia tau Adiba menanggung beban yang begitu berat di pundaknya.
Keduanya memasuki mobil,Dea melajukan mobilnya menuju suatu tempat,tempat yang telah ia dan sang adik janjikan,tak lupa Dea mengirimkan alamat lokasi pada sang kekasih, dengan emot love.
sedangkan Adiba menyibukkan dirinya dengan menghubungi perawat yang menjaga ibunya, seperti biasa menanyakan tentang perkembangan pengobatan nya melalui pesan chat.
dan kasih an juga baby el iya begitu bahagia ketika berinteraksi dengan papa nya apa kamu tega memisahkan el dan juga papa nya