NovelToon NovelToon
Gadis Pejuang Keluarga

Gadis Pejuang Keluarga

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hani_Hany

Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Hasna mampu bekerja selama setahun di Kantor Desa. Dia mampu membuktikan jika dia bisa menjadi Bendahara desa yang baik dan bertanggung jawab.

"Hebat juga dia bisa gantikan pak Miftah." ujar Sari kepada Siska pelan. Siska hanya mengangguk saja! Memang wajar jika Hasna mudah paham, dia anak yang pintar dan cerdas.

Dia bukan hanya berprestasi saat di sekolah tetapi di kampus juga. "Hati-hati kak ketahuan perselingkuhanmu dengan pak Desa. Hasna itu diam-diam pemantau." ucap Siska berbisik.

"Ish kamu ini, diam!" ujar Sari tegas. Siska hanya nyengir kuda.

Hasna bukan tipe wanita yang pelapor, dia tidak peduli dengan urusan orang lain. Lebih tepatnya tidak mau ikut campur. "Mereka itu kerjanya gosip saja! Habis uang negara pakai bayar orang-orang malas seperti mereka." batin Hasna.

Meski diam tapi Hasna tahu akan hal itu. "Bodo amat, terserah mereka." imbuhnya dalam hati. Hasna biasa ikut ke kota MI untuk mengurus pencairan dana Desa. Jadi dia tahu jika Sari biasa ikut pergi bersama.

Pada suatu hari pekerjaan Hasna sudah selesai, dia begitu malas melihat orang-orang yang datang hanya bergosip. "Pulang deh, pekerjaanku dah kelar." gumamnya pelan.

"Pak Sek-des, saya pulang duluan ya!" pamitnya ramah. Pak Sek-des menatap Hasna heran.

"Eh, kamu dimarahi pak Desa nanti. Pekerjaan sudah selesai kah?" tanyanya dengan menatap Hasna yang siap untuk pulang.

"Pekerjaan sudah beres pak. Tidak ada juga mau dikerja disini bosan pak." jujur Hasna. "Saya pulang pak." ujarnya melangkah keluar menuju kendaraannya. Ya! Hasna sudah beli motor baru. Meski masih atas nama ayahnya sih.

"Hasna, mau kemana kamu?" teriak pak Desa Adi, Hasna yang sudah menyalakan mesin motornya dia urungkan. Dia berbalik menatap pak Desa.

"Mau pulang saya pak, pekerjaan saya sudah selesai." jawab Hasna santai.

"Berani sekali kamu melanggar aturan. Orang pulang kantor itu jam satu siang Hasna." ujarnya tegas. Hasna diam sejenak sebelum menjawab.

"Kan tugas saya sudah selesai pak, lebih baik saya pulang daripada disini hanya bergosip malah menambah dosa." ujarnya tegas. Yang lain hanya menonton.

"Beraninya dia melawan pak Desa." bisik Sari pada staf disana. Stafnya hanya mengangguk membenarkan.

"Kalau kamu berani pulang, tidak usah kerja disini lagi! Anak kecil sudah bandel, masih ingusan tidak mau dengar kata orang tua." omel pak Desa. Tapi tanpa Hasna, siapa yang dapat menggantikan pak Miftah? Tidak ada!

Hasna termasuk kuat menghadapi orang-orang macam mereka. Hasna tetap melanjutkan langkah untuk pulang. Dia tidak peduli jika harus dipecat. "Terserah." batin Hasna kesal.

Setiap ke kantor mereka pada menggosipkan Hasna, baik itu penampilan Hasna, cara bergaul Hasna, maupun cara kerja Hasna. Hasna memang tidak mau jika terlibat dalam hal bersih-bersih.

"Aku loh banyak kerjaan, sedang mereka datang untuk bersih-bersih dan bergosip." gerutu Hasna kesal. Karena memang pekerjaan yang melibatkan laptop selain Hasna hanya pak Sek-des yang mengerjakan.

Di kantor desa

"[Halo Ahmad, bisa datang ke kantor desa?]" tanya pak Desa Adi melalui sambungan teleponnya.

"[Halo pak Desa, iya ada apa ya?]" Tanya ayah Ahmad santai, dia sedang istirahat karena baru pulang dari kebun bersama sang isteri.

"[Besok datanglah ke kantor Desa, ada yang ingin saya bicarakan]" ujarnya lagi. Ayah Ahmad mendengar ada nada kesal dalam setiap ucapan pak Adi.

"[Baiklah pak, besok saya akan datang]" jawab ayah. Panggilan pun diakhiri. "Ada apa ya sama Hasna?" Batin ayah bertanya-tanya.

Ayah menatap ponselnya berniat menghubungi Hasna tapi dia urungkan. Akhirnya ayah melanjutkan istirahatnya karena nanti harus mencari pakan kambing lagi.

Hasna di rumah sibuk buat cemilan yang dia lihat dari ku-tube. "Akhirnya jadi juga, mantap ini." Gumam Hasna pelan, dia bangga dengan hasil karyanya.

Dia masak sendiri, makan sendiri, nikmatnya! Dia ambil ponselnya, lalu memotret hasil karyanya kemudian dia kirim kepada keluarganya.

Keesokan harinya ayah Ahmad datang pagi-pagi. "Hasna." Panggilnya setelah turun dari motor.

"Iya ayah, aku sedang mandi." Jawab Hasna agak keras. Ayah masuk ke dalam rumah, saat duduk di kursi ayah melihat cemilan di atas meja.

"Hasna buat kue." Gumamnya pelan lalu mencoba kue buatan Hasna. "Enak." Imbuhnya. Sambil menunggu Hasna, ayah ngemil.

Usai mandi dan ganti baju Hasna keluar kamar. "Eh, ayah. Sama siapa?" Tanya Hasna basa basi.

"Sendiri. Oya, ayah di telefon sama pak Desa, ada apa ya?" Tanyanya menatap Hasna yang sedang memakai sisir rambut.

"Ha?" Tanya Hasna sambil berpikir. "Oh, mungkin karena kemarin aku pulang duluan ayah. Kalau aku dipecat gak apa-apa ya ayah?" Tanya Hasna.

"Loh, emang kamu buat masalah apa?" Tanya ayah belum paham inti permasalahannya.

Akhirnya Hasna menceritakan kronologi dia pulang kemarin yang menyebabkan pak Desa marah besar. "Begitu ayah." Ucap Hasna jujur.

"Oh ya sudah." Jawab ayah santai, setidaknya dia sudah mendengar jawaban yang jujur dari putrinya.

Menjelang siang ayah berangkat bersama Hasna, dia mengenakan pakaian santai tapi sopan. Kemeja maroon dengan jilbabnya yang serasi, dengan celana hitam andalannya.

"Aku sudah siap jika harus dipecat! Pasti akan ada solusi dari setiap masalah yang ada. Allah maha Besar." Batinnya yakin.

Setibanya di kantor, pak Desa sudah uring-uringan dengan para stafnya yang lambat datang. "Hasna, kamu ke kantor Camat untuk mengikuti rapat." Perintah pak Desa.

Hasna mengangguk pasti "Untung masih pagaian rapi, hampir aku pakai kaos oblong." Batin Hasna tersenyum senang.

"Sama siapa pak?" Tanya Hasna penasaran. Pak Desa hanya menunjuk saja ke arah pak Sek-des tanpa berniat menjawab.

Ayah Ahmad diajak ke ruangan pak Desa, mereka akan berbicara empat mata saja. "Duduk pak Ahmad." ujar pak Adi sang kepala Desa. Mereka berteman sejak remaja, satu kampung.

"Terima kasih pak Adi, ada apa?" tanya ayah Ahmad tanpa basa basi. Ayah duduk di kursi plastik, sedangkan pak Desa duduk di kursi kerjanya.

"Bagini pak Ahmad, tolong anda nasehati putri bapak. Dia kemarin pulang begitu saja di jam kerja! Dia bikin malu saya, karena saya tegur tapi dia berani membantah dan tetap pulang. Saya bisa saja memecatnya pak." ujarnya.

"Saya akan berikan toleransi kali ini, jika mengulang lagi sebaiknya keluar saja dari pekerjaan ini." imbuhnya menahan geram. "Berani-beraninya anak kecil melawan saya." batinnya.

Usai mengatakan itu, pak Desa tersenyum sinis. Ayah Ahmad hanya mengatakan. "Iya pak, nanti akan saya nasehati dia." ucapnya pelan. "Dia memang punya pendirian kuat, semoga saja masih bisa saya nasehati. Dia tidak mungkin pulang tanpa alasan." batin ayah Ahmad.

1
♕⃟ Ƙҽƚυα MT™【﷽】
bagus kok, tulisanmu rapih 😚 teruskan ya biar jadi penulis profesional ☺
♕⃟ Ƙҽƚυα MT™【﷽】: oke 😚
Hani: Aamiin.. terima kasih Ketua /Good/
total 2 replies
♕⃟ Ƙҽƚυα MT™【﷽】
kota apaan nih, coba buat 1 huruf aja kayak kota A, B, atau C. jan buat dua huruf ya 👍
Hani: untuk saat ini tidak ada ketua, terima kasih
♕⃟ Ƙҽƚυα MT™【﷽】: apakah ada lagi yang ingin di tanyakan ☺
total 5 replies
Thoriq murtadho
gak mau tau ya... besok harus update!!! /Determined//Determined//Determined/
Hani: sip. update tiap hari dua bab lah kak insya Allah
total 1 replies
Hafizah
semangat selalu thor
Hafizah
semangat berkarya thor
Hafizah
semoga mbk Maria sadar dan gak bergosip lg
Hafizah
Hasna jg kerja
Hafizah
semangat berkarya thor
Thoriq murtadho
cukup jadi penikmat cerita ini /Smile/

semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/
Hani: Terima kasih kak Thoriq ♡
total 1 replies
Reogkhentir
Wah jangan bilang kalau keinginan ayahnya untuk yang terakhir kali, semoga Hasna tidak menyesali kelak. Lanjutkan kesahnya sungguh bagus sekali sangat menyentuh kalbu
Hani: ikuti terus ya kak sampai tamat /Pray/
total 1 replies
Reogkhentir
Entahlah seperti apa nasib ayahnya, semoga mereka tetap diberikan ketabahan kesabaran serta ikhlas dalam menghadapi semua dan penuh rasa syukur.
Hani: Aamiin. ikuti terus ya kak
total 1 replies
Reogkhentir
Basngsssssat sekali kau istri durhaka, memeras keringat suami demi kepentingan sendiri. Semoga azab segera menghampirimu, kota P itu Pinrang kah🤔
Hani: bukan kak. /Smile/
total 1 replies
Reogkhentir
Ya jelas saja Hasna malas berlama lama dikantor desa lah yang lain pada santai serta gibah semua ji, hanya Hasnah yang sibuk sendiri. Lapor saja ke camat Hasna, kelakuan kades Adi itu sudah berselingkuh dengan staff dikantornya.
Hani: Hasna gak mw ikut campur kak krna itu urusan orang, dia disitu hanya kerja.
total 1 replies
Reogkhentir
Tampa sadar sebenarnya mengerjakan pekerjaan orang orang yang ada dikantor desa itu, sungguh biadab sekali orang orang itu senang sekali memeras keringat orang lain.
Hani: Lama-lama Hasna gak mau disuruh² kak, dia hanya fokus pada pekerjaanya di bendahara. Bahkan Hasna tidak dibuatkan jadwal piket karena dia menolak.
total 1 replies
Reogkhentir
Dari kata kata ketusnya kelihatan sekali masih kerabat dari kades, sok berkuasa serta sombong sekali tingkahnya.
Hani: Hasna : iya kak. Ada salah satu selingkuhan pak Desa disitu, makanya dia bergaya.
total 1 replies
Reogkhentir
Wadah mbak Winda mana mau berkah serta barokah usaha mu lah gaji karyawan tak dibayarkan, hanya diminta jadi pemeras keringat orang saja. Yang sabar Hasnah jalani semua dengan penuh keikhlasan serta penuh syukur semoga kelah kesuksesan mu melebihi mereka
Hani: Hasna ; Aamiin. mksh kk
total 1 replies
Lucy
real banget, di dunia nyata pun banyak yg jalan hidup nya begitu, semangat Thor bikin ceritanya
Hani: Emang aku buatnya yg real kk, mksh dah mampir.
total 1 replies
Reogkhentir
Sudah terima saja jadi bendahara desa tak terlalu sulit itu, dari pada kau tinggal dengan dengan orang yang tak kau senangi bikin sakit hati terus
Hani: Hasna: Iya kak. aku terima tawaran itu. Aku datang ke rumahnya demi ayah kak/Smile/
total 1 replies
Reogkhentir
Kalau mau merebut hatinya ya yang tulus jangan modus, mau cuma sama bapaknya saja guna diperas tenaganya. Mana lagi mulut tukang gibah pula, jika anaknya Ahmad sukses paling minta jatah dengan berbagai alasan.
Hani: Hasna : Bener tuh kak, kenapa jg aku dapat Mak Tiri kek gitu ya! Enak kalau punya Mak Tiri kayak bunda Ashanty
total 1 replies
sSabila
Semangat terus kak
Hani: sama sama.
sSabila: terima kasih kak
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!