Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
1 bulan sudah pernikahan antara Harun dan Sandra. Selama itu semua keluarga tak pernah melihat Harun memberikan cinta pada Sandra, tapi keluarga juga tak pernah melihat Sandra menyerah untuk cinta suaminya.
Setiap hari Sandra menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, meski tak dianggap oleh suaminya ia tetap berada di samping Harun. Sandra tau, Harun bersikap demikian karena masih ingat dengan masa lalunya dan jika dibiarkan maka selamanya Harun akan seperti itu.
Sandra harus bisa mengambil Harun yang masih terjebak di jurang masa lalu, ia harus mengangkat Harun dan menyadarkan pria itu ke masa sekarang. Masa depannya.
"Ma, pa. Aku mau bicara sesuatu pada kalian," ucap Harun tiba tiba setelah selesai makan malam bersama.
"Ada apa? apa perusahaan mengalami masalah?" tanya Adiguna sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
"Tidak pa, ini tentang pernikahan ku dan Sandra." Jawab Harun mengundang tatapan Sandra, Ana dan juga Amira.
"Ada apa dengan kalian?" kini Amira yang bertanya, ia sangat takut putranya akan mengatakan hal buruk tentang menantunya.
"Aku memutuskan untuk menceraikan Sandra, Ma." Jawab Harun dengan entengnya, ia tidak mempedulikan perasaan Sandra sama sekali.
Sandra tersentak, ia menjatuhkan gelas ke lantai karena terlalu terkejut dengan apa yang ia dengar saat ini. Sandra buru buru membereskan pecah gelas itu dan membuangnya ke tempat sampah.
Tak banyak bicara, Sandra segera berlari ke kamar. Kamarnya, bukan kamar tempat ia tidur selama 1 bulan ini melainkan kamarnya yang dulu ia gunakan ketika dirinya masih menjadi art.
"Kak Sandra?" panggil Ana yang khawatir pada kakak iparnya itu. Ia lantas mengejar Sandra agar wanita itu tak melakukan sesuatu diluar batas.
"Harun, apa yang kau katakan. Kau pikir pernikahan itu hanya untuk bermain-main?" tanya Amira membentak, ia tidak menyangka jika putranya akan mengambil keputusan sejauh ini.
"Bukan begitu, Ma. Aku tidak mencintai Sandra," jawab Harun mencoba menjelaskannya. Rupanya ini masalah perasaan, tapi Harun tak pernah melihat kerja keras Sandra selama ini untuk mencintainya.
"Cinta? lalu bagaimana dengan perasaan Sandra? dia rela menikah denganmu hanya demi nama baik keluarga kita dan kau sekarang ingin menceraikan nya?" tanya Adiguna berusaha untuk tidak memukul putra.
"Kau membicarakan tentang cinta, dimana matamu Harun? Sandra sangat mencintaimu, dia melakukan segala kewajiban nya sebagai istri meski kau tak pernah menganggapnya." Sanggah Amira dengan penuh amarah.
"Dia mungkin mencintaiku, ma. Tapi kalian juga tolong hargai perasanku, aku tidak pernah mencintai Sandra." Balas Harun melawan kedua orangtuanya.
Harun pergi ke kamarnya, ia tidak menghiraukan panggilan kedua orangtuanya. Bagi Harun perceraian adalah jalan terbaik, bukan karena ia masih mencintai Isabel hanya saja Harun malas berurusan dengan wanita termasuk Istrinya Sandra.
Sementara Sandra, ia sedang menangis di dalam kamarnya dengan Ana yang berusaha menenangkannya namun tetap saja Sandra tak berhenti menangis. Selama 1 bulan ia berusaha menjadi istri yang baik untuk Harun namun nyatanya Harun tak pernah menghargai itu semua.
Semua perjuangannya sia sia, Sandra sadar jika ia hanya pengantin pengganti bukan pengantin yang dicintai oleh Harun. Bagaimanpun keputusannya Sandra harus menerima, tapi rasanya sangat sulit karena sebenarnya Sandra sudah jatuh cinta pada suaminya itu.
"Tenang kak, mama sama papa sedang bicara pada kak Harun." Ucap Ana sambil mengusap bahu Sandra dengan lembut.
"Hiks hiks tidak apa Ana, semua ini sudah menjadi keputusan mas Harun. Mau tidak mau, suka tidak suka aku harus menerimanya." Balas Sandra pasrah dengan hidupnya.
"Kau menyerah kak?" tanya Ana menatap mata Sandra yang merah karena menangis.
"Aku berjuang sendiri untuk pernikahan ini, seperti sebuah timbangan jika tidak seimbang maka barang di atasnya akan jatuh. Seperti pernikahan ini, aku berjuang sendiri mempertahankan nya semua itu akan goyang dan hancur." Jawab Sandra terisak, suaranya sangat berat karena sesak di dadanya.
"Kau tidak boleh menyerah apapun yang terjadi, Kak. Aku yakin kau bisa mendapatkan cinta kakakku," ucap Ana masih terus memberikan semangat pada Sandra.
"Aku mendapatkan kasih sayang dirumah ini, itu semua sudah lebih dari cukup. Jika aku belum mendapatkan kasih sayang sebagai seorang istri mungkin itu memang sudah takdirku," balas Sandra tersenyum miris.
"Ana aku butuh waktu sendiri," ucap Sandra yang dimengerti oleh Ana. Gadis itu pamit keluar kamar membiarkan Sandra sendirian.
Setelah Ana pergi, Sandra meraih bantal untuk menutup mulutnya agar tak bersuara saat menangis nanti. Dalam hati ia berteriak, segitu miris kah hidupnya sampai harus diceraikan oleh suaminya.
Selama ini ia berusaha menjadi yang terbaik untuk Harun, ia sadar jika penampilannya jauh berbeda dengan Isabel yang merupakan model. Tapi cinta Sandra lebih tulus dari siapapun untuk Harun.
"Aaaaaaaaa," Sandra berteriak dengan dekapan bantal sehingga suaranya hampir tak terdengar.
"Hiks hiks kenapa hidupku selalu dipenuhi dengan kesendirian, tidak pernah ada yang menyayangiku dengan tulus?!" tanya Sandra memukul dadanya. Ia menjambak rambutnya, tidak peduli rasa sakit ataupun rambutnya akan rontok.
Semoga saja setelah ini Sandra tidak mengalami depresi.
BERSAMBUNG............